Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ruang Publik dan Tantangannya : Catatan Pribadi untuk Bandung dan Jakarta

29 September 2015   21:02 Diperbarui: 6 Oktober 2015   10:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Sebuah ruang publik di Jakarta"]

[/caption]

 

 

Ketika saya masih duduk di bangku SD di daerah Tebet bisa bermain sepakbola dengan aman karena tersedia banyak ruang terbuka. Untuk pulang ke rumah saya bisa berjalan kaki tidak dijemput orangtua saya. Saya bebas bermain dengan anak-anak berbeda kelas sosial di lapangan dekat rumah, bermain di gang-gang atau main perang-perangan di halaman rumah tak banyak berpagar, pergi taraweh bersama ke masjid. Pada awal 1970-an saya masih ingat pagar rumah kakak ibu saya di Kebayoran tak berpagar. Saya bisa bebas bermain dengan anak-anak tetangga kalau sedang berkunjung ke sana.

Sekarang? Dengan banyak berita anak yang hilang diculik atau jadi korban kekerasan, orangtua yang punya anak usia SD –terutama dari kalangan berada-berpikir panjang untuk melepas pulang sendiri naik angkutan umum, berjalan kaki, hingga bermain di tempat umum.

“Padahal di kota-kota Jepang seorang anak usia SD dilepas orangtuanya naik bus umum. Kalau terjadi bencana tsunami mereka bisa tertib,” ujar mantan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 2009-2013 Achmad Harjadi dalam seminar di Fakultas Psikologi UI pada 26 September 2015 lalu yang saya hadiri. Ruang publik sendiri menurut Harjadi adalah tempat yang digunakan bersama-sama bukan hanya ruang terbuka, tetapi juga jalan, gang kecil, pedestrian, sungai dan sebagainya.

Hanya sedikit tempat ruang publik dan tempat interaksi sosial yang nyaman dan memadai, di antaranya kawasan sekitar Stadion Senayan pada waktu tertentu, seperti akhir pekan. Tetapi terciptanya Senayan bukan murni produk atau intervensi kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Saya masih menunggu terobosan yang dilakukan Gubernur Basuki Tjahja Purnama atau akrib dipanggil Ahok, termasuk juga bisa memanfaatkan sungai sebagai ruang publik, baik bantaran mau pun sungainya sendiri.

Saya percaya Ahok punya potensi untuk itu. Persoalannya tantangan sosial politik yang dimiliki Ahok lebih rumit dari yang dihadapi Ridwan Kamil atau seperti Walikota Surabaya Tri Risma Harini.

Irvan Sjafari

Catatan Kaki
1. Girinarasoma Suhardi “Ruang Publik Hyde Park London” 12 April 2012 dalam http://www.girinarasoma.com/ruang-publik-hyde-park-london diakses 29 September 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun