Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nani Wartabone: Penegak Republik di Gorontalo (Membaca Perjuangan Kemerdekaan di Tingkat Lokal-1)

16 Agustus 2015   17:49 Diperbarui: 21 Juni 2017   23:58 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pengaruh pandangan pergerakan pemuda ini, membuatnya tidak betah bersekolah karena menilai guru-gurunya yang orang Belanda terlalu mengagung-agungkan bangsa barat dan merendahkan Bangsa Indonesia. Akhirnya Nani Wartabone lebih sering mengahabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan tokoh-tokoh seperti Mohammad Yamin, Soetomo, dan H.O.S Cokroaminoto.

 

Berbagai pemikiran nasionalisme dari berbagai tokoh itulah yang kemudian menjiwai perjuangan dan kepribadiannya sampai ia balik ke Gorontalo. Setibanya di kampung halamannya, Nani Wartabone menggerakan rakyat untuk berani menentang Belanda. Ia menanamkan cita-cita kemerdekaan kepada semua masyarakat. Kiprahnya bermula ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo.

 

Pada 1939 sewaktu di Jakarta  ada aksi “Indonesia Berparlemen” yang dipelopori oleh Muhammad Husni Thamrin  dan sejumlah pemuda Indonesia lainnya.  Gerakan ini tampaknya menggugah pemuda di Gorontalo.  Sejumlah pemuda di Gorontalo membentuk Komite 12  yang kemudian menjadi panitia aksi Indonesia Berparlemen  Daerah Indonesia Timur.  Di antaranya Nani Wartabone.

Selain pergerakan politik, Nani Wartabone juga memberikan konstribusi pada gerakan pendidikan dan ekonomi kerakyatan.Dia membentuk Persatuan Tani di gorontalo pada November 1927 di Gorontalo.  Pada 1932 Nani mendirikan Sekolah Desa Muhamadyah di Suwawa.  Setahun kemudian Nani mendirikan Koperasi Muhamadyah di Gorontalo.  

 

Peristiwa 23 Januari 1942

 

Nani  tidak puas hanya membentuk organisasi pergerakan.  Dia  membuat langkah yang lebih lugas.  Pada 1941 dia sudah mempengaruhi sejumlah polisi di Gorontalo.  Ini modal yang membuatnya bisa memimpin gerakan 23 Januari 1942 yang bersejarah bagi rakyat Gorontalo.  Pada hari itu meletus suatu pemberontakan yang memanfaatkan kepanikan Hindia  Belanda menghadapi serbuan Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun