Mohon tunggu...
Muhamad Arya Kurniawan
Muhamad Arya Kurniawan Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda wirausaha yang terjerumus dalam agrobisnis, kambing, silat dan dunia perancangan website

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasehat Pesilat Ketika Anaknya Hendak Belajar Silat Pada Orang Lain

8 November 2011   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:55 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Atau ada syarat yang meminta garam dan cabai merah, itu memiliki makna bahwa kau jika belajar di silat harus hingga te “rasa” dan jangan kepalang tanggung. Jika harus asin maka haruslah seperti garam di laut atau jika pedas maka harus bagaikan cabai merah. Tapi jika dalam benakmu ada perasaan “menolak” meski secuil karena urusan rasional maka berpikirlah, guru hanya meminta cabai dan garam… mungkin ia memerlukannya. Penuhilah karena hal itu mudah….

Jika ia meminta syarat kembang tujuh rupa dan kau harus dimandikan saat malam selesai berlatih dan pemahamanmu tak sampai hingga masalah energi dan hubungan antara kembang-kembang dalam air itu untuk apa, maka anggaplah itu agar kau segar dan tak lagi berbau keringat setelah selesai belajar silat dan tetaplah berpikir jernih mungkin jaman guru dari guruku dulu belum ada sabun. Dan anggaplah itu sabun alami yang baik ketimbang yang terbuat dari bahan kimia.

Jika ada permintaan selembar kain untuknya maka pahamilah bahwa memang seharusnya murid memberikan kebutuhan pakaian sang guru, jika kau berlebih belikanlah pakaian yang terbaik untuk gurumu.

Jika kau dapati ia meminta beras secupak atau setanggang… pahamilah bahwa memang sepantasnya dan seharusnyalah murid dalam menuntut ilmu tak boleh mengganggu kebutuhan dapur sang guru, maka penuhilah kebutuhan hariannya jika kau sanggup. Jangan meremehkan permintaannya yang hanya meminta beras secupak apalagi menertawakannya dengan menganggap betapa “murah”nya belajar padanya, tidak nak… ilmu silat itu sangat berarti dan tak ternilai, ketika kau memberi gurumu beras yang sedikit itu dengan merendahkan dan menertawakannya berarti hargamu dan pemahamanmu hanya sampai beras secupak itulah, maka janganlah kau persempit pemikiranmu hanya sampai di sana.

Jika ia bilang padamu bahwa tak ada bayaran atau bayar seikhlasnya dalam belajar silat, maka pahamilah bahwa silat memang tak sepadan dengan nilai uang maka berikanlah yang terbaik. Jika ia meminta seikhlasnya, janganlah kau anggap bahwa hanya sepeser dua peser uangmulah yang cukup untuknya. Namun ia meminta muridnya senang hati membantu gurunya. Maka berpikirlah kau dalam posisinya, manakah yang akan membuatmu ikhlas sebagai guru jika menerima lima puluh ribu atau lima juta? Tentunya kita akan sangat ikhlas menerima rejeki yang lebih besar. Maka ukurlah keikhlasanmu itu juga dengan keikhlasan menerima gurumu. Jika tak mampu memberi besar maka memberikanlah yang cukup. Jika kau tak mampu juga dengan materi, bantulah dengan tenagamu, pikiranmu dan pengabdianmu.

Jika kau dapati acara kecer, peureuh atau teteskan mata dengan air sirih maka berpikirlah bahwa memang diperlukan membersihkan matamu saat telah belajar silat jika kau tak mampu memahami hingga ke hal tersebut. Anggap itu sebagai perhatian gurumu pada muridnya

Bilamana kau temui bahwa selesai belajar jurus gurumu mengurut / memijat tangan murid satu persatu dan seringkali dianggap sebagai “menurunkan elmu” maka jika kau tak mau berpikir demikian, tetaplah berpikir baik, itu mungkin salah satu kebaikan seorang guru untuk menghilangkan efek latihan seperti cidera atau pegal atau apalah yang ada di tangan muridnya, ia mau mengurut atau memijatnya. Dan jangan beranggapan dengan diurut kau bisa semua ilmu yang ada di gurumu dan tahu segalanya, karena dalam silat hanya mengenal yang terus belajar dan mengasah serta mengertilah yang akan tajam keilmuannya.

Jika ada yang bertentangan dengan apa yang kau tahu, janganlah lantas kau mencerca dan mencacinya di belakang. Akan tetapi tetaplah lihat dalam sisi baiknya. Kalau saja gurumu dalam pengetahuan agama Islam kurang dan menganggap bahwa ayat dan bacaan dalam menghalau ini itu, atau dengan “hanya” bismillaah dia dapat tak mempan dibacok. Janganlah lantas kau hakimi dia, renungkanlah bahwa dengan bismillaahnya orang yang berpengetahuan agama sedikit dibandingmu, kenapa mampu membukakan pintu langit hingga Allah melindunginya dari senjata tajam yang mengenai kulitnya? Terlepas dari bantuan jin atau apa, ini tetap adalah kebaikan Allah yang rahman pada mahluk-Nya. Belajarlah tentang apa yang menjadi keikhlasannya hingga mampu mengetuk pintu langit. Jika masih juga pikiranmu tak menerima hal ini, maka anggaplah…. Sungguh Maha Kuasa dan Maha Penyayang Allah pada mahluk-Nya, hingga semua yang tak mampu akal terima bisa kau lihat.

Agama kita tak pernah melarang menimba ilmu pada siapapun untuk kebaikan, meski yang akan kau pelajari membuat panah sekalipun atau pedang yang dalam benak setiap orang itu adalah alat untuk membunuh. Namun tidak demikian dalam hidup ini, nak. Panah mungkin untuk bisa untuk membunuh, namun banyak orang di hutan belantara sana yang memanah untuk kebutuhan makan yang akan menghidupi keluarganya yg jika mereka hidup dapat menjalankan kewajiban untuk Tuhannya. Pedang tak selamanya alat bunuh, kini banyak kau lihat itu sebagai alat perlambang status atau sekedar pajangan… Jika kau murid yang baik dan lebih berpengetahuan agama lebih baik dari guru silatmu, perlihatkanlah segala kebaikan yang kau pelajari dari agama buatlah ia bangga kau jadi muridnya. Nantinya tak perlu kau ajari seseorang guru yang telah terpikat oleh kebaikanmu.

Jika gurumu berkata-kata, ingatlah. Jika ia memiliki kesalahan maafkanlah.

Jika ada terlihat jelek dan aib pada gurumu, jadikanlah pelajaran bahwa kau tak harus sepertinya, tetaplah ambil kebaikan yang ada padanya. Tinggalkanlah yang jelek. Karena meski keluar dari tempat yang sama, telur ayamlah yang diambil oleh kita untuk makan ketimbang yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun