Mohon tunggu...
Moheng Gonzales
Moheng Gonzales Mohon Tunggu... Seniman - Come Back
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

five nine and seven three...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sulitnya Menjadi Wali Kelas Ideal

17 Oktober 2019   08:07 Diperbarui: 17 Oktober 2019   08:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hangat perbincangan di sebuah ruang kelas, kepala sekolah bersama dewan guru membahas permasalahan yang sempat mengusik ketenangan proses pembelajaran di sekolah.

Sebenarnya permasalahan ini bukanlah persoalan yang penting apalagi genting. Namun jika dibiarkan tanpa ada jalan keluar, ataupun respon dari para petinggi sekolah, tentunya masalah ini berpotensi merubah kondisi sekolah menjadi tidak kondusif. 

Semester ganjil TP. 2010/2011 berlalu, memasuki semester genap TP. 2010/2011, terdengar celoteh, seraya bertanya tanpa arah, ke mana ya?, Insentif wali kelas yang biasanya diberikan setiap akhir semester. Koq, adem ayem!

Budaya disatu sekolah dengan sekolah lain pasti berbeda, ada sekolah yang memberi Insentif kepada guru (wali kelas), karena mendapat tugas tambahan. Sebaliknya di sekolah lain tanpa imbalan jasa (identik dengan sebutan guru pahlawan tanpa tanda jasa), karena tugas wali kelas termasuk kedalam tugas pokok guru sebagai tenaga pendidik yang profesional.

Artinya masing-masing sekolah mempunyai kebijakan tersendiri untuk menentukan manajemennya. Kebetulan di sekolah tempat penulis bertugas, setiap mendapat tugas tambahan selalu memperoleh insentif, dan tradisi ini sudah berlangsung lama.

Suatu ketika Insentif dihentikan, ini terjadi karena kondisi keuangan sekolah tidak memungkinkan, lalu disepakati Insentif akan diberikan menyusul, dengan catatan jika kondisi keuangan sekolah kembali normal. 

Merubah sebuah tradisi yang telah bejalan baik, jelas menimbulkan gejolak, mengapa?, karena antara harapan dan kenyataan berbeda, yang akhirnya mendatangkan masalah pro dan kontra. Pro dalam kamus bahasa Indonesia berarti setuju, sedangkan kontra berarti tidak setuju.

Kenyataannya memang demikian, sebagian guru setuju, jika wali kelas tidak perlu diberi Insentif dengan alasan sudah mendapatkan tunjangan Sertifikasi dari pemerintah. Sebagian guru yang lain tidak setuju jika Insentif wali kelas ditiadakan, karena tugas wali kelas cukup banyak dan menyita waktu.

"Undang Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 35 menyatakan : beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan".

Menurut penulis salah satu tugas tambahan itu adalah : wali kelas, disamping masih ada tugas tambahan yang lain. Tugas wali kelas membantu kepala sekolah mengelolah manejemen kelas yang menjadi tanggung jawabnya, dan sekaligus berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah. 

Rincian tugas pokok wali kelas secara garis besarnya, sebagai berikut :

1. Menata dan mengelolah kelas

2. Mengontrol kehadiran, dan tingkah laku siswa di sekolah

3. Membantu siswa yang kesulitan dalam belajar

4. Menulis raport, dan menulis kumpulan nilai semua mata pelajaran

5. Kunjungan rumah/home visit, dst.

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia kata ideal mempunyai arti: "sesuai dengan yang dicita-citakan". Untuk mewujudkan cita-cita menjadi wali kelas ideal, dibutuhkan kemampuan dan kemauan yang sunguh-sungguh. Disamping itu perlu dukungan dari semua warga sekolah,(komite sekolah dan orang tua siswa). 

Jangan sampai terjadi wali kelas mempunyai segudang pemikiran yang dapat mengganggu konsentrasinya. Di saat fokus pada kinerjanya, di sisi lain masih berpikir besok keluargaku makan apa ya?, ini tragis sekali. Oleh karna itu untuk dapat menjadi ideal, perlu mempertimbangkan pendapat seorang pakar.

William James (1842-1909), seorang pakar psikologi, mengatakan "Ideal itu bagaikan bintang di langit. Jangan pernah berpikir tangan anda dapat menggapainya tetapi pilihlah sebagai petunjuk yang harus anda ikuti untuk meraih nasib yang anda pilih".Pendapat pakar diatas dapat menjadi sebuah "pencerahan", khususnya bagi guru yang ingin menjadi wali kelas ideal. 

Sebenarnya menjadi wali kelas ideal, tidak sesulit yang kita bayangkan, justru terasa menyenangkan, membanggakan, dan menjadi kenikmatan tersendiri, ketika berhasil mengarahkan, dan membimbing anak didik kesatu tujuan. Di situlah hakekatnya letak kebahagiaan seorang guru, yang tentunya menjadi dambaan hati setiap guru.

Untuk membahas lebih lanjut tentang pengertian Insentif, mari mencermati pendapat ahli manajemen berikut ini. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2002:89), mangatakan pengertian Insentif adalah: "Suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi".

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pemberian insentif adalah pemberian uang diluar gaji, sebagai motivasi dan pengakuan terhadap prestasi kerja. Tak salah, kalau sebagian guru bersikeras tetap mempertahankan Insentif tersebut, guna memacu laju gairah kerja, atau dengan kata lain sebagai perangsang dalam berkarya. 

Memang idealnya jika dapat melaksanakan tugas dengan baik, serta ditunjang dengan Insentif yang memadai, dimungkinkan tugas yang menjadi tanggung jawab wali kelas akan terselesaikan sesuai yang diharapkan.

Dengan demikian, bahasan tentang sulitnya menjadi wali kelas ideal, yang menjadi topik dalam tulisan ini, dapat memberi gambaran bagaimana peran seorang wali kelas ditengah-tengah peserta didik, yang memiliki beragam karakteristik dan status sosial yang berbeda.

Suka dan duka dalam melaksanakan tugas mengasuh, membimbing, dan mengarahkan anak didik di dalam satu kelas (35-40 siswa), yang sekaligus berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah. Jika demikian, masih perlukah insentif diberikan kepada wali kelas?

Entahlah! Penulis hanya dapat berharap kepada orang tua wali murid, sudilah untuk ikut berpartisipasi aktif dalam menghantar anak-anak kita mencapai tujuan pendidikan, demi menggapai masa depan yang lebih menjanjikan. 

Harapan semoga tulisan ini dapat menjadi wacana untuk kita direnungkan, dan menginsfirasi bagi calon dan wali kelas disemua jenjang pendidikan, kapan dan dimanapun. Akhirnya penulis memohon, bagaimanakah solusi terbaik menyikapi problema ini ?, tentunya tanpa mengurangi rasa hormat penulis pasrahkan kepada pembaca yang budiman. Wasalam.

*Singosari, 17 Oktober 2019*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun