Mohon tunggu...
JUNUS BARATHAN
JUNUS BARATHAN Mohon Tunggu... Guru - Secangkir KOPI Hangat...

Mari kita bersulang...SOBAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Pendidik Terbaik Bagi Anak-anaknya

16 November 2020   21:21 Diperbarui: 16 November 2020   21:36 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : etsy.com

"Dan para ibu hendaklah menyusui anak-anak mereka dua tahun penuh, yaitu bagi yang menyempurnakan penyusuannya..." ( QS. Al-Baqarah (2) ayat 233 ) 

Air susu ibu bagi bayi adalah makanan yang paling mudah diterimanya, karena merupakan bahan makanan yang fitrah bagi bayi. Bahkan adalah sangat penting air susu ibu ini bagi pertumbuhan jasmani dan rohani bayi. Selama menyusu, bayi mendapatkan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Kebutuhan jasmani berupa kenyangnya perut dan kebutuhan rohani berupa rasa dekat dan kemesraan dengan ibunya. Wow, keren! 

Ibu adalah seseorang yang mempunyai banyak peran, peran sebagai istri, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai seseorang yang melahirkan dan merawat anak-anaknya. Ibu juga bisa menjadi benteng bagi keluarganya yang dapat menguatkan setiap anggota keluarganya.

Menurut Effendy (1998), peran ibu didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengasuh, mendidik, dan menentukan nilai kepribadian anaknya. Peran ibu dalam keluarga sangat penting bahkan dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran ibu. Bisa dikatakan jika seorang ibu yang baik akan baik pula keluarganya, apabila ibu itu kurang baik akan hancur keluarganya.

Masa Kecil

Semasa di sekolah dasar (SD), aku masih bersama ibu, ayah, dan saudara kandungku yang lain. Setelah kelas 2 (dua) SMP aku harus berpisah dengan orang tua, karena ayahku dipindahkan tugasnya. Dengan begitu, aku hidup sendiri jauh dari ibu. Namun, banyak pembelajaran yang telah diberikan oleh ibu di masa kecilku dulu, tentang "Akhlakul Karimah" Seperti ketika aku mengambil barang yang bukan milikku, ibu dengan segera menekuk jari-jemariku berlawanan hingga ke belakang membentuk sudut 90 derajat, sakit bukan main. Ibu mendidikku untuk tidak :

  • Mengambil barang orang lain
  • Memiliki sesuatu yang bukan menjadi haknya
  • Mengembalikan barang yang diambil dan minta maaf
  • Dan berani mengakui kesalahan.

"Mengajarkan arti ketulusan, melalui kasih sayang. Meski marah, tetap peduli dan tak pernah hilang tulus kasihnya." Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya?

Masa Remaja

Masa remaja adalah tahap peralihan antara masa anak -- anak dengan masa dewasa. Masa ini menunjukkan masa awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya dimulai dari usia 14 tahun untuk pria dan 12 tahun untuk wanita. Masa remaja adalah masa yang didefinisikan sebagai waktu di mana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka dan mulai untuk melakukan tanggung jawabnya sendiri. (Proverawati & Maisaroh, 2009).

Secara kebetulan ataukah ini memang takdirku, pada usia 14 tahun (kelas 3 SMP), aku telah berpisah dengan kedua orang tua untuk hidup sendiri, melakukan tanggung jawab sendiri, dan semua serba mandiri. Ada hal yang sangat berkesan dan tak mudah untuk dilupakan, ketika ibu mengajari aku bagaimana? cara memasak makanan. Ini semua dilakukan oleh ibu, agar aku bisa mengirit pengeluaran sehari-hari. Meskipun aku seorang laki-laki aku bisa memasak beberapa jenis masakan antara lain, sayur lodeh, sayur asem, sayur bening, tumis kangkung, sambal bajak, dan yang tak asing lagi "nasi goreng". Semua itu kulakukan hingga aku tamat dari SMA. Dalam hal ini, ibu memberikan pembelajaran kepadaku agar :

  • Tak selalu bergantung kepada orang lain
  • Bersikap mandiri
  • Tidak boros (irit)
  • Dan bertanggung jawab pada diri sendiri.

"Seorang wanita yg patut diteladani. Kasih sayangnya tulus tak terhingga sepanjang masa. Sosok wanita penyayang yang akan melakukan apapun demi anaknya." Maafkan aku ibu belum bisa membalasnya.

Masa Dewasa

Dua pembelajaran yang telah ibu berikan saat masa kecil dan masa remaja, sangat berpengaruh pada kehidupan di masa dewasa, terutama pada sikap mandiri. Setelah selesai dari SMA, aku semakin jauh berpisah dengan kedua orang tua. Sebagai seorang mahasiswa perantau tanpa sanak famili di negeri orang. Sikap mandiri dan tidak boros, ternyata sangat membantu. Pada akhirnya aku berhasil lulus dengan kehidupan yang serba irit sebagai seorang mahasiswa. Dan sekaligus sebagai kebanggaan orang tua dan keluarga tentunya. Aku jauh dari orang tua dan hanya memiliki kesempatan bertemu langsung setahun sekali. Itu juga hanya dalam waktu yang singkat. Apalagi aku akan kembali untuk melanjutkan hidupku. Aku tahu ibuku sedih, namun tetap berusaha tegar. Senyum indah terpancar di wajahnya untuk menyembunyikan kesedihannya.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah
(Cuplikan lagu IBU, Iwan Fals)

Dengan begitu, walau secara akademik boleh jadi ibu tidak pandai, tetapi kasih sayang dan kasih cinta yang ibu berikan bisa mengantar sang anak mencapai puncak kesuksesan hidup. Sedemikian mulianya makna seorang ibu, sehingga Rosululloh Muhammad memberi kabar bahwa :
"Surga itu di telapak kaki ibu."

Singhasari, 16 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun