Pesta rakyat untuk memilih pemimpin kepala daerah mulai dari tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Rote telah usai dilaksanakan, dan bisa berjalan dengan baik, aman, tertib dan lancar.
Sepengetahuan saya pemberitaan dari media elektronik, media massa dan media sosial dari kemarin sampai saat ini belum terdengar berita negatif (rusuh) terkait pemlihan kepala daerah tersebut. Hanya saja yang namanya kecurangan – kecurangan seperti permainan uang dan penggelembungan suara bisa saja terjadi. Tetapi semua itu bisa dilaporkan oleh pihak – pihak yang merasa dirugikan dengan bukti – bukti  yang ada dilapangan kepada pihak yang berwenang.
Hasil perhitungan cepat dari lembaga – lembaga terpercaya terhadap hasil pemilihan kepala daerah akan menimbulkan berbagai perasaan seperti rasa bahagia, rasa marah, dan kecewa dari setiap pasangan calon kepala daerah tersebut. Hasil perhitungan cepat pemilihan kepala daerah tersebut juga akan  memberikan berbagai dampak kepada para pendukung kandidat tersebut, baik secara emosional, sosial, maupun politik. Ada beberapa dampak yang umumnya terjadi yaitu :
1. Dampak Emosional
Kepuasan dan euforia : Pendukung kandidat yang menang biasanya merasa bahagia, bangga, dan optimis terhadap masa depan daerahnya. Ada rasa pencapaian atas dukungan yang mereka sudah berikan.
Kekecewaan dan frustrasi : Pendukung kandidat yang kalah sering merasa kecewa, sedih, atau marah. Perasaan ini bisa semakin intens jika mereka merasa proses pilkada tidak adil.
2. Dampak Sosial
Polarisasi masyarakat : Pilkada sering memunculkan pembelahan sosial di antara pendukung kandidat yang berbeda. Ketegangan sosial dapat meningkat jika perbedaan pandangan politik tidak dikelola dengan baik.
Rekonsiliasi : Di sisi lain, jika calon yang menang dan masyarakat dapat membangun komunikasi yang baik pasca-pilkada, polarisasi bisa berkurang, dan masyarakat lebih bersatu kembali.
3. Dampak Politik
Akses terhadap kebijakan dan peluang : Pendukung kandidat yang menang kadang merasa mereka memiliki akses lebih besar terhadap kebijakan, program, atau bantuan dari pemerintah daerah.
Munculnya oposisi : Pendukung kandidat yang kalah bisa menjadi oposisi yang aktif mengkritisi kebijakan pemerintah. Hal ini penting untuk menjaga akuntabilitas, tetapi juga berisiko bisa memicu konflik jika tidak dilakukan secara konstruktif.
4. Dampak Ekonomi dan Praktis
Keuntungan atau kerugian ekonomi : Pendukung yang terlibat dalam tim kampanye atau aktivitas politik lainnya mungkin mendapatkan manfaat ekonomi (seperti pekerjaan selama masa kampanye), tetapi mereka juga berisiko kehilangan peluang jika kandidat mereka kalah.
Harapan terhadap program pemerintah : Pendukung kandidat yang menang biasanya memiliki ekspektasi tinggi terhadap realisasi janji-janji kampanye. Kekecewaan dapat muncul jika janji tidak terpenuhi.
5. Keterlibatan dalam Pemerintahan atau Lembaga Publik
Pendukung yang memiliki hubungan dekat dengan kandidat  terpilih mungkin diberi kesempatan untuk terlibat dalam struktur pemerintahan atau mendukung program-program tertentu.
Sebaliknya, pendukung yang kalah mungkin merasa terpinggirkan, meskipun mereka tetap memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
Mengelola Dampak Hasil Pilkada
Pemimpin terpilih harus menunjukkan sikap inklusif (pendekatan semua pihak) dengan tidak hanya fokus pada pendukungnya, tetapi juga mengakomodasi aspirasi dari kelompok yang sebelumnya mendukung kandidat lain. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog terbuka dan melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Setelah pilkada, masyarakat perlu didorong untuk kembali mengutamakan kepentingan bersama daripada perbedaan politik. Program yang bersifat inklusif, seperti kerja bakti bersama atau forum diskusi warga, dapat membantu mengurangi polarisasi.
Mengelola dampak hasil pilkada memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen lainnya untuk menjaga harmoni sosial. Dengan pendekatan yang inklusif, transparan, dan berbasis pada dialog, perbedaan pilihan politik dapat menjadi kekuatan untuk membangun demokrasi yang lebih matang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H