Munculnya oposisi : Pendukung kandidat yang kalah bisa menjadi oposisi yang aktif mengkritisi kebijakan pemerintah. Hal ini penting untuk menjaga akuntabilitas, tetapi juga berisiko bisa memicu konflik jika tidak dilakukan secara konstruktif.
4. Dampak Ekonomi dan Praktis
Keuntungan atau kerugian ekonomi : Pendukung yang terlibat dalam tim kampanye atau aktivitas politik lainnya mungkin mendapatkan manfaat ekonomi (seperti pekerjaan selama masa kampanye), tetapi mereka juga berisiko kehilangan peluang jika kandidat mereka kalah.
Harapan terhadap program pemerintah : Pendukung kandidat yang menang biasanya memiliki ekspektasi tinggi terhadap realisasi janji-janji kampanye. Kekecewaan dapat muncul jika janji tidak terpenuhi.
5. Keterlibatan dalam Pemerintahan atau Lembaga Publik
Pendukung yang memiliki hubungan dekat dengan kandidat  terpilih mungkin diberi kesempatan untuk terlibat dalam struktur pemerintahan atau mendukung program-program tertentu.
Sebaliknya, pendukung yang kalah mungkin merasa terpinggirkan, meskipun mereka tetap memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
Mengelola Dampak Hasil Pilkada
Pemimpin terpilih harus menunjukkan sikap inklusif (pendekatan semua pihak) dengan tidak hanya fokus pada pendukungnya, tetapi juga mengakomodasi aspirasi dari kelompok yang sebelumnya mendukung kandidat lain. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog terbuka dan melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Setelah pilkada, masyarakat perlu didorong untuk kembali mengutamakan kepentingan bersama daripada perbedaan politik. Program yang bersifat inklusif, seperti kerja bakti bersama atau forum diskusi warga, dapat membantu mengurangi polarisasi.
Mengelola dampak hasil pilkada memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen lainnya untuk menjaga harmoni sosial. Dengan pendekatan yang inklusif, transparan, dan berbasis pada dialog, perbedaan pilihan politik dapat menjadi kekuatan untuk membangun demokrasi yang lebih matang.