Bagi penggemar film-film Disney tentunya sejak kehadiran film Maleficent yang pertama membawa angin baru, terlebih yang juga mengikuti kisah Sleeping Beauty.Â
Dalam kisah Sleeping Beauty, Maleficent dipersonafikasikan sebagai tokoh antagonis utama, bahkan musuh bersama dalam film.Â
Namun, sejak kehadiran film pertama yang secara khusus mengangkat Maleficent sebagai tokoh sentral cerita, tentunya membawa perspektif baru bagi para penikmat film Disney.Â
Atensi publik pun mengarah pada film Maleficent, terlebih sebelumnya jagat maya hadir bahasan mengenai kisah-kisah sebenarnya dalam dongeng-dongeng yang diangkat oleh Disney.
Melalui film Maleficent, publik diajak untuk mengenal Maleficent dengan lebih dekat dan ikut berempati dengannya. Pada film pertama, publik dibawa untuk mendalami kisah pengkhianatan yang dialami oleh Maleficent hingga membuatnya berubah menjadi sosok peri yang garang.Â
Kepahitan tersebut tak lantas membuatnya benar-benar menjadi peri yang jahat. Meski sempat memberikan kutukan kepada Aurora, putri dari pria yang mengkhianati Maleficent, ia bahkan memberi penawar untuk kutukan tersebut, yakni dengan ciuman dari cinta yang tulus.Â
Maleficent bahkan tetap mengawasi Aurora dari sejak bayi hingga dewasa untuk menjaganya dari bahaya. Hingga pada akhirnya kecupan Maleficent di wajah Aurora yang tertidurlah yang melepaskan Aurora dari kutukan itu.Â
Diawali oleh keserakahan raja dari kerajaan manusia untuk menaklukan The Moors, berlanjut pada pengkhianatan oleh pria yang dicintai Maleficent karena nafsu akan tahta kerajaan, kemudian manusia tanpa peri kemanusiaan.Â
Pada film kedua, kembali ditampilkan betapa jahatnya manusia. Dalam kasus pada kisah Mistress of Evil ini adalah seorang ratu dari kerajaan manusia, Ingrith. Maleficent kembali ditampilkan garang.Â