Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sajak Air Mata Dewa

8 Juni 2019   03:10 Diperbarui: 8 Juni 2019   03:14 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

adakah tanganmu, mengapa tidak kau ingat
kepala, kaki, lidah, telinga, mengapa tak satu teringat
adakah mereka kuberi padamu?

saat tangan tengadah ke atas, adakah ulur tanganmu
meski tiada nestapa kan menjemput, mengapa beku ia di saku celana

saat sembilu bermain di pinggang saudara, adakah leher dan kepala memandangnya
apakah mata yang memohon padamu sekedar penghias dariku

mengapa tiada melangkah kaki yang kuat, patutkah ia terpahat indah bersama tubuh yang kuberi padamu
sementara ibumu terjatuh di bawah jemuran
berpura ada paku yang menahanmu angkat kaki

bukankah nikmat berucap? bahkan untuk menjatuhkan dengan ucap, bukankah nikmat?
daging hina di mulutmu meliuk dengan indahnya, berairkan bintang fajar

indah memang pujian, tapi pendengaranmu panas akan senandung pilu anak kelaparan
sesal kuciptakan musik untuk penghiburanmu

bagaimana bisa tiada berguna dirimu?
baikkah engkau kuciptakan? baikkah engkau kuberikan? luputkah rasa kuresapkan di setiap daging dan tulangmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun