Minal Aidin wal Faidzin
Beberapa waktu yang lalu saya pergi mudik ke Klaten untuk kumpul merayakan lebaran bersama keluarga dan sahabat. Ini merupakan kali pertama bagi saya merasakan yang namanya mudik lebaran. Meski saya dan beberapa sahabat adalah non muslim, kami tetap ikut merayakan semarak lebaran di rumah salah satu sahabat kami yang berada di Klaten.
Saya merasa bersyukur boleh merasakan pengalaman mudik lebaran seperti ini. Jarak Jogja ke Klaten memang tidak jauh, tapi tetap saja pengalaman ini menyenangkan. Boleh bersua dalam momen spesial.
Kunjungan tamu demi tamu, bersalam-salam dan memohon maaf. Mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin pada sesama.
Tapi saya agak sedikit penasaran dan bertanya-tanya dalam hati saya. "Mereka yang muslim tahu gak ya makna dari Minal Aidin wal Faidzin?". Saya anggap mereka paham apa yang diucapkannya dan meresapinya.
Saya termasuk pribadi yang suka membaca banyak hal. Kalimat Minal Aidin wal Faidzin bagi saya merupakan cita, harapan dan doa. Kalimat tersebut bagi saya merupakan hasil yang kita idamkan dari olah pribadi selama proses ramadan yang telah dilalui.
Melalui kalimat itu kita juga tidak hanya berdoa untuk diri sendiri, namun juga bagi sesama. Kalimat tersebut bagi saya sama baiknya seperti "Om Shanti Shanti Shanti Om" dalam ajaran Hindu, dan "Semoga semua makhluk berbahagia" dalam ajaran Buddha, maupun dari berbagai versi ajaran lainnya yang mana sama membawa harapan dan doa bagi semua makhluk untuk hidup yang baik.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Semoga Hyang Widhi selalu menganugerahkan keselamatan, damai di hati, dan di bumi damai selalu
Selamat hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H