Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tukang Cukur Tradisional Tetap Eksis di Metro

24 Januari 2025   20:54 Diperbarui: 25 Januari 2025   04:14 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tukang cukur tradisional (Sumber: KOMPAS.com/Verryana Novita Ningrum) 

Mereka lebih mementingkan efisiensi dibandingkan sekadar mengejar kenyamanan atau tren. Halah, bilang aja ngirit! Wkwkwk.

Kelekatan

Akrab! Inilah yang terasa hilang saat saya berada di barbershop. Dibandingkan barbershop, tukang cukur tradisional terasa lebih “ngakrab” dan, tentu saja, lebih murah. Hal ini lah yang membuat tumbuhnya emotional attachment pada tukang cukur tradisional. 

Wajar sih kalau tukang cukur tradisional lebih akrab. Keakraban ini adalah salah satu hal yang akan diingat oleh pelanggan. Bukan soal seberapa premium fitur pelayanan yang ditawarkan, tetapi saya dan banyak teman lain menganggap keakraban sebagai hal penting yang membuat kami terus kembali untuk mencukur rambut.

Ada rasa memiliki yang mendalam dari tukang cukur tradisional. Mereka bekerja dengan senang hati, bahagia, dan penuh keramahan, sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan bagi pelanggan.

Selain itu, jasanya pun lebih murah karena mereka bekerja untuk diri mereka sendiri. Berbeda dengan barbershop yang harus menggaji karyawan, perbedaan ini tentu berimbas pada harga jasa pangkas rambutnya.

Sebenarnya, yang pertama kali merekomendasikan barbershop kepada saya adalah murid-murid di sekolah. Mereka bilang, “Mantap, Pak, potong di barbershop itu! Adem dan nyaman, Pak.”

Namun, tidak lama setelah itu, mereka juga yang merekomendasikan tukang cukur tradisional, yang akhirnya menjadi langganan saya.

Mereka bilang, “Lebih murah, Pak. Orangnya ramah, potongannya bagus.” Saya pun mencoba, dan ternyata benar sesuai dengan yang mereka katakan. Meski tukang cukur tradisional, hasil potongannya sama saja dengan barbershop.

Akhirnya, rekomendasi mereka membuat saya jadi pelanggan tetap tukang cukur tradisional. Selain hasil potongannya yang memuaskan, hal yang paling “menjual” adalah akrab atau kelekatan mereka terhadap pelanggan. Kelekatan inilah yang membuat saya terjebak dalam customer loyalty.

Tukang Cukur VS Barbershop

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun