Barbershop hadir membawa tren baru, tapi tukang cukur tradisional tetap tak tergantikan di Metro.Â
Sekitar tahun 2016, barbershop pertama kali hadir di Kota Metro (CMIIW, ya, warga Metro). Barbershop tersebut menempati lokasi strategis, tepatnya di belakang salah satu swalayan lokal di Kota Metro. Saya mungkin termasuk salah satu pelanggan pertama yang mencoba layanan mereka saat awal buka.
Jangan tanya, beda atau tidak antara barbershop dan pangkas rambut biasa, tentunya sangat berbeda. Di barbershop ini, ruangan ber-AC, membuat pengalaman menunggu terasa nyaman.
Bukan hanya ruangannya yang bikin betah, pelayanannya juga istimewa. Mulai dari keramas hingga pijat kepala menjadi menu andalan yang sudah termasuk dalam paket sekali potong rambut.
Atmosfer kekinian juga sangat terasa. Dari kostum pegawai, gaya rambut yang ditawarkan, hingga berbagai pernak-pernik menarik, semuanya tidak akan Anda temukan di pangkas rambut biasa.
Namun, layanan eksklusif ini tentu sebanding dengan harga yang harus dibayar. Jika pangkas rambut biasa hanya merogoh kocek sekitar Rp10.000, di barbershop Anda harus merelakan Rp25.000 untuk sekadar memotong rambut.
Perlu diingat, ini harga di Metro. Mungkin di kota-kota lain lebih mahal, sehingga uang segitu dianggap murah dengan fasilitas premium yang ditawarkan barbershop.
Sejak kemunculan perdananya pada 2016, barbershop ini menjadi pionir bagi barbershop-barbershop lain. Satu per satu mulai bermunculan dan digandrungi oleh remaja pria saat itu.
Barbershop menjadi disruptive innovation dalam pasar pangkas rambut tradisional, yang pada saat itu eksistensinya masih kuat dan belum tergantikan.Â
Konsep baru yang dibawa oleh barbershop sempat mengganggu pasar tukang cukur tradisional, karena menawarkan pengalaman berbeda yang lebih premium dan sesuai dengan tren konsumen yang menginginkan kenyamanan serta pelayanan eksklusif.