Di balik setiap kerusakan perintilan rumah yang harus diperbaiki, tersimpan pilihan antara mengandalkan kemampuan sendiri atau menyerahkannya pada ahlinya, sebuah dilema yang sering kali mencerminkan bagaimana kita menilai waktu, keterampilan, dan hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari.Â
Banyaknya, saya lebih suka memanggil tukang servis daripada harus memperbaiki sendiri. Ya, kalau hanya sekadar memperbaiki terminal, bisa sih, hehe.Â
Tapi kalau pekerjaan yang harus dilakukan memang memerlukan keahlian, saya lebih memilih untuk memanggil ahli daripada mengerjakannya sendiri. Memang seru juga jika diperbaiki sendiri atau berkolaborasi dengan tukang servis, tapi tak ada salahnya juga jika mereka yang mengerjakannya.
Lebih dari satu dekade tinggal di rumah sendiri memberikan banyak pelajaran tentang perbaikan perintilan rumah yang rusak. Dari genteng yang melorot, listrik yang tiba-tiba mati, pintu kamar mandi yang copot, hingga tandon air yang penuh lumpur.Â
Terakhir kali, aliran air rumah mati mendadak. Setelah diperiksa, ternyata tandon airnya terisi penuh dengan lumpur. Setelah sekitar satu jam berkutat menguras tandon secara mandiri, akhirnya saya memutuskan untuk memanggil bantuan.Â
Menarik juga karena ada teman yang ikut membantu memperbaiki. Saat itu, bisa saja saya kerjakan sendiri, tapi karena waktu yang mendesak dan matahari sudah hampir terbenam, saya memutuskan untuk meminta bantuan dari ahlinya.
Sebenarnya, masih banyak lagi pengalaman tentang perbaikan perintilan rumah yang rusak. Kadang saya perbaiki sendiri, kadang juga memanggil tukang servis.
Sarana Menjaga Hubungan Baik
Niat saya sebenarnya lebih untuk menjaga persaudaraan dan menjalin ikatan yang lebih erat, baik dengan tetangga maupun saudara. Jadi, jika saya ingin mengerjakannya sendiri, ya bisa saja.Â
Beberapa tukang servis yang saya minta bantuan biasanya adalah teman atau saudara, sekalian membantu mereka menambah penghasilan.Â
Hingga sekarang, hubungan kami cukup akrab. Keluarga saya pun menganggap mereka seperti saudara sendiri karena seringnya kami meminta bantuan mereka. Meminta bantuan mereka untuk memperbaiki sesuatu di rumah bagi saya adalah sarana saling berbagi kebaikan.Â
Saya pun mempertimbangkan dengan bijak ketika meminta bantuan untuk perbaikan. Tidak semua perintilan rumah yang rusak harus melibatkan mereka. Beberapa masalah kecil saya perbaiki sendiri.Â
Saya meminta istri untuk menawarkan kepada saudara terdekat terlebih dahulu, sebelum meminta bantuan dari teman atau orang lain, agar silaturahmi tetap terjaga.
Saat berbincang dengan tukang servis atau saudara, kita juga bisa bertukar cerita atau pengalaman hidup, yang justru memperkaya hubungan kita. Tidak hanya memperbaiki barang, tapi juga memperbaiki relasi antar sesama.
Lebih Efisien dan Efektif
Pernah saya memperbaiki sesuatu yang rusak di rumah, tapi malah hasilnya tidak memuaskan. Waktu yang saya habiskan terasa sia-sia, padahal seharusnya bisa digunakan untuk beristirahat sejenak.Â
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk memanggil tukang servis. Saya harus mempertimbangkan waktu, tenaga, dan keahlian. Memang, saya yakin bisa mengerjakannya, tapi durasi pengerjaan dan hasilnya membuat saya berpikir ulang.
Suatu kali, setelah pulang mengajar, antena TV saya rusak. Dari setelah ashar hingga waktu maghrib, saya baru selesai mencoba memperbaikinya, itu pun masih belum puas dengan hasilnya.Â
Lain waktu, kerusakan serupa terjadi, tapi kali ini saya meminta bantuan tetangga yang memang ahli dalam perbaikan elektronik. Tak lama, TV kembali normal, jauh lebih cepat daripada saat saya mencoba memperbaikinya sendiri.
Jika dihitung-hitung, lebih baik memanggil tukang servis. Waktu yang terbuang untuk memperbaiki sendiri bisa digunakan untuk istirahat, sementara pekerjaan yang belum tentu berhasil dapat diselesaikan dengan lebih efisien oleh ahlinya. Kalkulasi waktu dan tenaga untuk memperbaiki sendiri seringkali lebih besar dibandingkan meminta bantuan.
Memilih tukang servis juga berarti memilih untuk mengelola waktu dengan bijak. Sebab, waktu yang kita habiskan untuk hal lain yang lebih produktif jauh lebih berharga dibandingkan dengan menghabiskan waktu berjam-jam untuk perbaikan yang hasilnya belum tentu memuaskan.
Serahkan Pada Ahli
"Serahkan pada ahlinya." Pernah dengar pepatah itu? Memang, jika kita mengerjakan sesuatu yang bukan bidang kita, tak jarang hasilnya akan jauh dari harapan.Â
Begitu pula dengan perbaikan barang-barang di rumah. Tukang servis adalah ahlinya, mereka memiliki pengalaman dan alat yang tepat untuk memperbaiki kerusakan.Â
Saya sendiri, ya, spesialisnya mengajar. Mengurusi perbaikan rumah bukan keahlian saya. Alat yang terbatas dan jam terbang yang minim membuat saya kesulitan mengerjakannya.
Dengan ahli yang datang, perbaikan bisa selesai dalam sekejap. Saya pernah mengalami ini. Ketika listrik rumah rusak, saya sudah memeriksa kabel dan sambungan, tapi tak juga menemukan masalahnya.Â
Akhirnya, saya memutuskan memanggil tukang servis. Tak lama setelah datang, listrik kembali hidup, padahal saya sudah mencari-cari dengan sekuat tenaga. Jelas, ada perbedaan besar antara saya yang amatiran dengan tukang servis yang berpengalaman.
Begitu pula saat saya mencoba memasang horden besar sendiri. Karena tidak punya pengalaman, alat yang saya gunakan pun seadanya.Â
Dengan bantuan istri, saya coba pasang, tapi beberapa waktu kemudian, tingginya jadi tidak simetris. Wajar saja, saya tidak punya alat dan pengalaman yang memadai. Berbeda dengan spesialis, mereka datang, bekerja sebentar, dan horden terpasang kokoh tanpa ada kesalahan.
Kita merasa lebih puas dengan hasil yang dikerjakan oleh orang yang lebih berkompeten, meskipun kita bisa melakukannya sendiri. Keahlian dan pengalaman mereka seringkali memberikan hasil yang lebih maksimal, yang justru memberi kita ketenangan pikiran.
Gak Salah Kok Meminta Bantuan Perbaikan
Memang benar, segala kerusakan di rumah adalah tanggung jawab pemilik, terutama sebagai suami. Namun, dengan mempertimbangkan berbagai hal yang telah disebutkan, tidak ada salahnya jika kita memanggil tukang servis yang memang ahlinya dalam perbaikan.Â
Kadang, saya juga berkolaborasi dengan saudara yang sudah berpengalaman untuk memperbaiki barang-barang rumah yang rusak. Selain memperbaiki, momen ini mempererat silaturahmi dan meningkatkan kualitas hidup. Kita kan makhluk sosial yang butuh orang lain.
Kolaborasi dengan tukang atau meminta bantuan mereka untuk memperbaiki kerusakan rumah adalah cara kita berkomunikasi dan berbagi dengan sesama. Dengan meminta bantuan mereka, kita justru membuka peluang untuk berbagi kebaikan. Ini membawa manfaat positif. Apalagi, saat kita punya rezeki lebih, berbagi dengan tukang atau saudara tidak ada salahnya.Â
Memperbaiki sendiri juga tidak masalah, jika kerusakannya sederhana, saya lebih memilih memperbaiki sendiri. Rasanya puas dan lebih hemat. Intinya, tinggal memilih antara memanggil tukang servis atau memperbaiki sendiri, masing-masing punya keuntungannya.
Oh iya, kita tetap "gentleman" meskipun memanggil tukang servis. Ini bukan soal apakah kita bisa atau tidak memperbaiki perintilan di rumah, tapi soal menjadi suami yang solutif.Â
Jadi, tak perlu ragu untuk meminta bantuan atau memanggil tukang servis. Itu bukan soal merasa lemah, melainkan soal bijaksana dalam mengambil keputusan agar kehidupan kita lebih terkelola dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H