Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka, Merdeka atau Bingung?

23 Oktober 2024   23:00 Diperbarui: 25 Oktober 2024   13:06 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Kompas/Heryunanto

Di balik semangat reformasi pendidikan, Kurikulum Merdeka justru menghadirkan tantangan yang membingungkan bagi guru, siswa, dan orang tua. 

Sebagai ujung tombak masa depan bangsa, sekolah-sekolah di Indonesia kini terjebak dalam berbagai persoalan yang belum tuntas. 

Kurikulum yang dijanjikan sebagai "merdeka" ini, sayangnya, tidak sepenuhnya membebaskan. Alih-alih memberikan kemudahan, banyak masalah fundamental yang muncul akibat penerapan sistem ini.

Sebagai guru saya merasakan langsung bagaimana kebijakan Kurikulum Merdeka seringkali bersinar indah di atas kertas, namun terjebak dalam realitas pelaksanaan di lapangan. 

Di ruang kelas, kami menghadapi masalah yang semakin kompleks. Siswa terlihat bingung dengan sistem pembelajaran yang baru, orang tua tidak paham arah pendidikan yang diambil anak mereka, sementara guru-guru sering kali terperangkap dalam keraguan tentang cara menerapkan kurikulum ini.

Di tingkat pusat, kebijakan dirumuskan dengan ambisi besar, namun sayangnya, banyak dari kebijakan itu tidak menyentuh akar masalah. 

Di sekolah, kami berjuang dengan keterbatasan sumber daya dan kebijakan yang tidak selalu memadai. Realitas ini menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka belum siap menjawab kebutuhan yang ada di lapangan. 

Jika kita ingin menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan benar-benar "merdeka" untuk masa depan siswa-siswa kita, ada banyak isu yang perlu segera diselesaikan.

Mari kita lihat beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kebingungan dalam pembagian paket mata pelajaran, penilaian yang tidak relevan, dan materi yang terasa dangkal. 

Semua ini menambah beban bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru dan orang tua yang berusaha untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka. 

Jika tidak segera ditangani, kita berisiko kehilangan generasi yang tidak siap menghadapi tantangan dunia yang terus berubah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun