Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Penggerak: Opsionalitas dan Paradoks Tujuan Nasional Pendidikan

3 Mei 2024   00:26 Diperbarui: 3 Mei 2024   04:40 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan guru penggerak adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sifatnya opsional. Padahal, tercapainya tujuan nasional pendidikan bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban yang harus dicapai.

Nyala guru penggerak yang diilhami dari filosofi Ki Hajar Dewantara, yang menganalogikan guru sebagai pemimpin pembelajaran, adalah seorang petani yang tidak akan mengubah padi menjadi jagung, tapi bagaimana merawat dan menjaga padi untuk menjadi padi terbaik. 

Filosofi ini tercermin dalam peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran yang akan membantu siswa untuk menemukan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga menemukan potensi terbaiknya.

Sayangnya, guru penggerak adalah program opsional, padahal nyala dari filosofi ini sangat penting bagi tujuan nasional pendidikan bangsa kita.

Harus ada perubahan pola pikir bahwa guru penggerak adalah sebuah program pendidikan bagi guru yang sifatnya opsional, tidak wajib. 

Tentu saja perubahan pola pikir ini bukan pada kita, tapi ini adalah sebuah usulan bagi pemerintah, bahwa sebenarnya program pendidikan guru penggerak ini seharusnya menjadi kegiatan yang sifatnya wajib bagi seorang guru. 

Bukan masalah karir, sebagai prasyarat untuk menuju karir berikutnya sebagai kepala sekolah ataupun pengawas. Ini adalah masalah nasib bangsa.

Akan ada kepincangan dalam pendidikan jika ada guru penggerak dan guru bukan (tidak mau) penggerak. Padahal setiap guru harusnya menjadi seorang pemimpin pembelajaran di kelas, garda depan dalam perubahan peradaban. 

Namun bagaimana jika program pendidikan guru penggerak hanya program yang opsional?

Tidak Menarik

Buktinya dari 60 guru, sampai dengan tahun 2023 akhir, sekolah kami hanya memiliki satu guru penggerak. 

Terus terang, saya termasuk dalam golongan guru yang malas. Guru yang enggan bergerak, seperti yang dikatakan salah satu teman, masuk dalam kategori guru yang "halah", halah untuk apa, halah nanti repot, halah males lah, pokoknya malas, dan ternyata apa yang saya rasakan ini mewakili beberapa teman yang juga memiliki sikap yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun