Namun, cerita berbeda saya dengar dari salah satu murid yang kuliah di salah satu kampus negeri ternama di tanah air.
Dia sangat beruntung karena dimasukkan ke dalam golongan UKT bagi keluarga kelas menengah ke bawah. Hal ini karena dalam formulir pendaftaran, pekerjaan ayahnya terdaftar sebagai salah satu profesi yang tidak memiliki slip gaji yang jelas.Â
Meskipun pekerjaan yang terdaftar sesuai dengan kenyataan, namun karena tidak ada bukti pendapatan tetap, maka dia dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan.
Berbeda dengan kami, kebingungan seringkali muncul, banyak yang menganggap kami adalah golongan mampu yang tidak perlu mendapatkan bantuan, Â padahal kadang besaran sisa gaji membuat kami rentan menjadi kelas menengah ke bawah.Â
Untuk berbagai urusan pembayaran, orang-orang sering menganggap kami berasal dari perekonomian kelas atas.
Pernah suatu ketika, karena syarat keringanan adalah surat keterangan tidak mampu, seorang rekan saya akhirnya menahan diri untuk meminta surat tersebut kepada kelurahan. Dia berkata, "Mungkin kelurahan tidak akan memberikan saya surat keterangan tidak mampu, karena saya seorang PNS."
Ini merupakan dilema yang membuat kami bingung, harus memilih kelompok mana, kelompok miskin bukan, kaya bukan, tapi masalah pembiayaan contoh UKT, tetap kami dianggap sebagai golongan elit kelas atas, padahal lo nyatanya berdasarkan besaran gaji guru PNS masuk pada kelas menengah. Akhirnya, mungkin lebih baik kita semua memilih kelompok yang penuh dengan rasa syukur, hehe.
Dari Gaji ke Gaji
Saya selalu teringat dengan ucapan salah satu pakar ekonomi yang mengatakan, 'kalau Anda hidup dari gaji ke gaji, maka bersiaplah untuk menjadi miskin', CMIIW (Correct Me If I'm Wrong) ya.Â
Ini memang terkait dengan kehidupan kami, dan mungkin juga dengan banyak teman-teman PNS lainnya. Hidup dari gaji ke gaji artinya jarang atau bahkan mungkin tidak ada penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan setiap bulannya, kecuali hanya dengan gaji.
Namun, ini hanya berlaku untuk PNS tertentu ya, seperti guru contohnya, jadi tidak bisa disamakan dengan semua PNS, karena beberapa PNS lain sepertinya tidak merasakan menjadi kelas menengah.
Terlebih bagi PNS guru tanpa sertifikasi, ini pasti dirasakan dengan sangat nyata. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki sertifikasi saja kadang rasanya masih sulit memenuhi kebutuhan bulanan rumah tangga, terutama dengan lebih dari dua anak yang harus ditanggung.