Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menilik Gagasan dan Pentingnya Pelestarian Bahasa Daerah

8 Februari 2024   12:19 Diperbarui: 9 Februari 2024   07:47 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu sebuah terobosan kebudayaan dari pemerintah agar kebudayaan tetap lestari dan terjaga dengan berbagai kebijakan yang perlu diterapkan di segala kehidupan ini, sehingga modernisasi tetap berjalan dengan nafas adat budaya kearifan lokal daerah masing-masing.

Memperkuat Identitas Budaya

Penggunaan bahasa daerah di sekolah dapat menjadi langkah awal yang penting dalam upaya menjaga keberlangsungan budaya serta memperkuat identitas budaya bangsa dalam era globalisasi yang semakin kompleks ini.

Di sekolah di mana saya bertugas sesuai dengan regulasi setempat, bahasa dan aksara Lampung menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sebagai muatan lokal. 

Sayangnya, stigma yang melekat pada muatan lokal hanya sebagai mata pelajaran tambahan. Mapel ini minim praktik, dengan hanya dua jam mata pelajaran di kelas. 

Padahal, bahasa dan aksara seharusnya menjadi sebuah kebiasaan. Saya merasa tidak efektif jika hanya mengandalkan materi yang diperoleh di kelas untuk mencapai tujuan pelestarian kebudayaan daerah.

Perlu langkah-langkah dan aksi-aksi tambahan sebagai terobosan kebudayaan dalam rangka memantapkan keberadaan dan kesinambungan bahasa dan aksara daerah. 

Tidak hanya sebatas teori di kelas, saya mendorong adanya regulasi yang mengatur kewajiban penggunaan bahasa dan aksara daerah setidaknya satu hari dalam seminggu. 

Dengan adanya regulasi ini, seharusnya kita menjadi semakin terbiasa, paham, dan lancar dalam penggunaan bahasa dan aksara daerah.

Ini juga harus berlaku bagi bahasa dan aksara non-lokal, yang perlu diatur dalam regulasi terkait. Gagasan ini muncul karena melihat kemampuan berbahasa daerah generasi saat ini semakin menurun. 

Maksudnya, pemerintah harus memikirkan kelestarian budaya non-lokal yang juga ada pada daerah tersebut. Jika tidak memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam struktur kurikulum sebagai mata pelajaran, langkah praktis seperti menetapkan hari khusus untuk menggunakan bahasa Lampung dan bahasa daerah lainnya bisa diambil. 

Misalnya, Kamis sebagai hari bahasa Lampung, dan Jumat sebagai hari berbahasa daerah sesuai dengan suku masing-masing siswa. Hal ini akan menciptakan suasana yang menarik dan memperkuat semangat keberagaman di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun