Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mindful Eating untuk Indonesia Lestari

3 Februari 2024   14:56 Diperbarui: 4 Februari 2024   19:43 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mindful eating diartikan sebagai konsep makan dengan kesadaran penuh, yang artinya kita benar-benar sadar sedang makan, memperhatikan porsi, komposisi, dan memaknai momen ini sebagai waktu yang sangat berharga.

Makan pagi bersama adalah aktivitas yang sangat penting bagi keluarga kami. Saya menganggap makan bersama anak-anak dan istri pada pagi hari sebagai mood booster sempurna untuk menjalani hari-hari yang akan terasa padat dan panjang dengan berbagai aktivitas. 

Sebenarnya hanya beberapa menit saja, tidak lama kok. Saya biasa memberikan waktu kepada anak-anak, sekitar 15 menit, untuk bersiap makan dan menghabiskan makanannya.

Banyak hal ternyata yang kita peroleh saat makan dan makan pagi bersama. Jauh sebelum konsep mindful eating diperdengarkan, saya pikir di keluarga kami, saya sebagai kepala keluarga ternyata telah banyak mempraktikkan konsep mindful eating. 

Terdengar keren dan rumit karena menggunakan bahasa asing, padahal sejatinya mungkin kita telah mempraktikkan konsep ini lama sebelumnya. 

Dengan popularitasnya kini, semakin menguatkan dan menegaskan betapa pentingnya konsep mindful eating diterapkan. Dan inilah pengalaman keluarga kami dalam menjalani konsep mindful eating yang selama ini sudah kami terapkan di keluarga kami. 

Apa yang diungkapkan dalam opini ini adalah pengalaman penulis. Adapun mungkin dalam beberapa praktik-praktiknya ada yang bisa jadi tidak sesuai dengan kesepakatan di dalam diri maupun keluarga pembaca. Disclaimer mode is on.

Jangan Meleng

Maksudnya bukan meleng tengok kiri dan kanan, tetapi tetaplah fokus saat kita makan.

Saya selalu meminta anak-anak dan istri agar tidak melakukan aktivitas seperti scroll ponsel, menonton TV, atau bahkan mengerjakan PR saat waktu makan. 

Ternyata, kebiasaan ini kami terapkan sejak anak-anak masih kecil, pada usia batita. Saya selalu meminta istri agar tidak pergi jalan-jalan saat menyuapi anak-anak, artinya tidak membawa mereka keluar dari rumah, melainkan tetap di ruang makan sambil menyuapi mereka.

Konsep yang saya inginkan saat itu adalah fokus; bagaimana anak-anak belajar untuk berkonsentrasi melalui pembelajaran ketika mereka sedang makan. 

Jadi, saat waktunya makan, anak-anak tetap berada di rumah, di ruang makan untuk makan sambil disuapi. Saat itulah saat yang sangat berharga bagi mereka dan juga bagi kami dalam membangun ikatan. 

Agar tidak bosan, biasanya kami mengajak anak-anak sambil bercerita saat ngobrol, semacam permainan ala batita. Kadang-kadang kita yang bertanya, kadang-kadang kita juga yang menjawab. Pokoknya, yang pasti, saat makan harus fokus.

Ketika anak-anak tumbuh dewasa, sekarang pun kami tetap mempertahankan aturan ini. Saya melarang keras anak-anak untuk scroll ponsel, menonton TV, bermain game, atau melakukan apapun selain fokus saat mereka makan. 

Saya menginginkan agar anak-anak benar-benar menghadirkan segala pikiran mereka untuk tetap fokus dan menyadari bahwa mereka sedang makan.

Sepertiga

Ini adalah sebuah konsep yang kami ajarkan kepada anak-anak tentang bagaimana mereka memiliki takaran seimbang dalam mendefinisikan 'kenyang'.

Kehadiran rasa kenyang tidak semata-mata diukur dari perut yang penuh dengan makanan, melainkan porsi kenyang adalah definisi dari perut yang terisi sepertiga oleh makanan, sepertiga oleh air, dan sepertiga oleh udara.

Biasanya, saat makan, saya meminta anak-anak untuk menyiapkan air di dalam gelas masing-masing. Tujuannya adalah agar mereka memahami porsi seberapa banyak yang mereka minum. 

Konsep ini kami pertegas dengan pesan berulang "berhenti makan sebelum kenyang". Yang kami maksudkan bukan berhenti makan saat perut belum penuh, melainkan berhenti makan saat rasa lapar sudah reda.

Sepertiga adalah konsep yang memudahkan bagaimana kita seharusnya membagi porsi kenyang. Meskipun takaran yang presisi untuk sepertiga belum pernah kami terapkan, konsep ini lebih menitikberatkan pada kekenyangan fisik perut dan juga kekenyangan secara psikologis. 

Ada pesan yang ditekankan, yaitu untuk tidak menghamburkan makanan dengan cara menghabiskan semuanya untuk mengisi perut secara penuh.

Ngengeh

Menggunakan bahasa Jawa, "Ngengeh" berarti "menyisakan" atau lebih tepatnya "berbagi". Konsep ngengeh ini selalu saya ingatkan kepada anak-anak di rumah, terutama ketika ada makanan, jangan dimakan semuanya, melainkan harus "ngengeh".

Artinya adalah memikirkan orang lain, jadi janganlah memakan semuanya, berikan kesempatan orang lain untuk juga menikmati.

Sebagai contoh, ketika istri memasak telur dadar, biasanya istri akan membaginya menjadi 4 potongan sesuai dengan jumlah anggota keluarga kami: saya, istri, dan kedua anak saya.

Kami selalu menegaskan kepada anak-anak bahwa setiap orang mendapatkan satu potongan, dan larangan utamanya adalah jangan makan potongan milik orang lain.

Pernah suatu ketika, saya protes berat kepada anak-anak karena mereka menghabiskan seluruh makanan yang ada di meja makan.

Perlu dicatat bahwa hal ini bukan masalah pelit, melainkan memiliki makna mendalam yaitu mengajarkan kepada mereka untuk selalu memikirkan hak orang lain dan belajar untuk berbagi. 

Termasuk dalam praktiknya, ketika mengambil lauk atau sayur yang tersedia di meja, saya juga selalu meminta anak-anak untuk tidak menghabiskan semuanya dalam satu kali makan, melainkan meminta mereka untuk mengambil secukupnya agar yang lain juga mendapatkan bagian.

Secukupnya

Ini juga merupakan aturan yang saya terapkan di keluarga kami. Prinsipnya adalah lebih baik menambah daripada menyisakan makanan yang tidak terkonsumsi sehingga terbuang begitu saja.

Saat makan bersama di rumah, saya selalu memberi peringatan kepada kedua anak saya, agar mereka mengambil makanan secukupnya sesuai dengan porsi sepertiga kenyang mereka, dan hindari menyisakan makanan sedikit pun.

Sebagai bentuk contoh, saya kadang-kadang mengangkat piring ke atas dalam posisi telungkup setelah selesai makan, memberikan pesan tegas kepada anak-anak bahwa saya menghabiskan makanan tanpa tersisa. 

Hal ini bertujuan untuk membentuk sikap disiplin terhadap pengaturan porsi dan mencegah pemborosan. Saya sangat prihatin melihat banyaknya makanan yang terhambur sia-sia dan tidak dimakan, karena hal ini menciptakan pola pikir yang tidak baik dalam masyarakat kita.

Sebuah fakta menarik yang diungkapkan oleh Naztia Haryanti dalam infid.org bahwa berdasarkan grafik komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di situs Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022, sampah sisa makanan memiliki persentase tertinggi yaitu 41,5%. 

Disusul dengan sampah kayu, ranting, dan daun sebagai urutan kedua. Data ini menggambarkan bahwa sampah makanan mendominasi segala jenis sampah yang ada di lingkungan kita.

Sungguh memprihatinkan melihat adanya kecerobohan kita terhadap kehidupan berkelanjutan. Banyak orang tidak menyadari dan acuh terhadap dampak dari pemborosan ini terhadap sumber daya alam, yang pada akhirnya dapat mencemari bumi. 

Bayangkan betapa banyak energi yang terbuang dalam manifestasi sampah makanan tersebut. Upaya untuk mengurangi pemborosan makanan dapat menjadi langkah kecil namun signifikan dalam menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

Curcol

Suer, saat makan adalah saat yang kita nantikan, sebab momen ini menjadi penyatuan bagi saya, istri, dan kedua anak kami.

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya sebagai mood booster, namun lebih dari itu, makan bersama dengan kesadaran penuh menjadikan kami semakin dekat dan saling berbagi berbagai hal yang dialami pada aktivitas masing-masing.

Di momen makan bersama ini, sering kali banyak hal tidak terduga yang muncul. Misalnya, bagaimana perasaan anak perempuan kami yang mengungkapkan kekesalannya saat dibilang bau ikan asin, hehehe. 

Atau menjadi waktu bagi si sulung untuk menceritakan pengalamannya saat bertanding dalam liga bola pelajar. Selain itu, momen ini juga sering kali menjadi waktu yang tepat untuk menyelipkan berbagai harapan, dorongan, dan penguatan untuk mereka berdua.

Saya dan istri juga sering kali bertukar pikiran selama momen makan bersama ini. Hal ini menjadikan makan tidak hanya sekadar kegiatan fisik, melainkan benar-benar menjadi momen curhat yang efektif dalam menghilangkan stres dan memberikan semangat untuk menjalani hari.

Mendukung Keberlanjutan

Ada banyak makna mendalam dalam konsep mindful eating; delayed gratification, dan termasuk dalam sebuah konsep mendukung pembangunan berkelanjutan.

Ini bukan hanya sebuah praktik, melainkan kebiasaan-kebiasaan kecil yang akan berdampak pada pola pikir dan karakter seseorang. 

Bagaimana kita dapat menahan diri untuk tetap makan tanpa terburu-buru, bagaimana kita dapat makan tanpa asal-asalan dan serakah, serta bagaimana kita dapat makan tanpa menghamburkan berbagai sumber daya yang telah diberikan.

Mindful eating seharusnya tidak hanya dipahami sebagai kata-kata tanpa makna, melainkan seharusnya menjadi pola hidup atau kebudayaan yang tersebar di tengah-tengah masyarakat kita. 

Di dalam mindful eating, terdapat pembelajaran tentang ketuhanan, di mana makan tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan fisik, tetapi juga sebagai tindakan yang penuh kesyukuran karena apa yang kita makan merupakan rezeki yang diberikan oleh pencipta alam semesta.

Banyak nilai luar biasa yang dapat dipetik dari konsep mindful eating. Dengan menerapkan mindful eating, seharusnya tidak ada yang namanya fatherless atau motherless, karena dalam momen makan bersama ini, kehadiran ayah dan ibu sangat dirasakan oleh anak-anak, dan ini pula yang kami terapkan.

Indonesia seharusnya tidak lagi menjadi negara dengan posisi kedua sebagai penghasil sampah makanan terbesar di dunia jika konsep kesadaran penuh saat makan diadopsi oleh setiap individu.

Tidak ada salahnya jika pemerintah turut serta dalam kampanye mindful eating ini, karena nyatanya banyak manfaat yang dapat diambil dari praktik baik ini.

Dengan mindful eating, Indonesia dapat mengonsumsi makanan sesuai dengan gizi yang seimbang, tanpa tergesa-gesa, tanpa serakah, dan tanpa menghamburkan makanan, sehingga berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. 

Tidak akan ada kelaparan jika semua orang sadar akan arti berbagi. Kesehatan dan kesejahteraan hidup tercapai ketika kita sadar akan apa yang kita makan. 

Kota dan pemukiman yang berkelanjutan karena bersih dari sampah yang didominasi oleh sampah makanan, karena kita memproduksi dan mengkonsumsi makanan dengan tanggung jawab.

Jadi, apa lagi yang perlu kita tunggu? Jangan hanya makan asal-asalan. Mari terapkan mindful eating untuk mewujudkan Indonesia lestari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun