Mindful eating seharusnya tidak hanya dipahami sebagai kata-kata tanpa makna, melainkan seharusnya menjadi pola hidup atau kebudayaan yang tersebar di tengah-tengah masyarakat kita.Â
Di dalam mindful eating, terdapat pembelajaran tentang ketuhanan, di mana makan tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan fisik, tetapi juga sebagai tindakan yang penuh kesyukuran karena apa yang kita makan merupakan rezeki yang diberikan oleh pencipta alam semesta.
Banyak nilai luar biasa yang dapat dipetik dari konsep mindful eating. Dengan menerapkan mindful eating, seharusnya tidak ada yang namanya fatherless atau motherless, karena dalam momen makan bersama ini, kehadiran ayah dan ibu sangat dirasakan oleh anak-anak, dan ini pula yang kami terapkan.
Indonesia seharusnya tidak lagi menjadi negara dengan posisi kedua sebagai penghasil sampah makanan terbesar di dunia jika konsep kesadaran penuh saat makan diadopsi oleh setiap individu.
Tidak ada salahnya jika pemerintah turut serta dalam kampanye mindful eating ini, karena nyatanya banyak manfaat yang dapat diambil dari praktik baik ini.
Dengan mindful eating, Indonesia dapat mengonsumsi makanan sesuai dengan gizi yang seimbang, tanpa tergesa-gesa, tanpa serakah, dan tanpa menghamburkan makanan, sehingga berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.Â
Tidak akan ada kelaparan jika semua orang sadar akan arti berbagi. Kesehatan dan kesejahteraan hidup tercapai ketika kita sadar akan apa yang kita makan.Â
Kota dan pemukiman yang berkelanjutan karena bersih dari sampah yang didominasi oleh sampah makanan, karena kita memproduksi dan mengkonsumsi makanan dengan tanggung jawab.
Jadi, apa lagi yang perlu kita tunggu? Jangan hanya makan asal-asalan. Mari terapkan mindful eating untuk mewujudkan Indonesia lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H