Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bersuara untuk Indonesia Berkelanjutan

26 Januari 2024   11:24 Diperbarui: 27 Januari 2024   15:35 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah 

Jika dalam hati kita menjawab tidak ada yang salah, maka kita perlu merenung tentang semangat kita terhadap kehidupan yang berkelanjutan. 

Meskipun telah banyak penekanan tentang penanganan sampah dan pemilahan sampah, pada kenyataannya, praktik ini masih belum maksimal diimplementasikan. Paling tidak, kita dapat memilah sampah menjadi organik dan non-organik. 

Sampah organik berasal dari sisa-sisa bahan hayati, yang mudah terurai oleh organisme pengurai. Di sisi lain, sampah non-organik merupakan produk sintetis atau hasil produksi pabrik yang sulit terurai.

Pentingnya pemilahan sampah ini menjadi prinsip yang saya pegang dan ajarkan kepada keluarga saya. Dengan cara ini, saya berharap bahan-bahan hayati dan non hayati tidak bercampur, karena ketika keduanya dicampurkan, proses pengurai sampah organik terganggu, membutuhkan waktu lebih lama, dan dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat.

Saya percaya pengetahuan tentang pemilahan sampah adalah dasar etika terhadap lingkungan. Sayangnya, walaupun pengetahuan ini umumnya dimiliki oleh banyak orang, implementasinya seringkali kurang di lapangan. 

Petugas kebersihan tetap mengangkut sampah tanpa melakukan pemilahan, dan akhirnya, sampah berakhir di tempat pembuangan akhir tanpa penanganan yang memadai. 

Sampah menumpuk di tempat pembuangan akhir, menjadi bukit sampah, dan rentan terhadap kebakaran. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.

Di provinsi tempat saya tinggal, Lampung, pada Oktober 2023, terjadi kebakaran di tempat pemrosesan akhir sampah di Bakung. 

Kebakaran diduga terjadi akibat gas metana yang menguap dan terpercik api. Tempat pembuangan sampah tersebut menerima sekitar 800 ton sampah setiap harinya. 

Sayangnya, setiap pagi dan sore, petugas kebersihan terus mengangkut sampah tanpa melakukan pemilahan, dan ini menjadi indikator bahwa penanganan sampah belum mendapatkan perhatian serius. 

Masalah sampah ini juga tidak bisa disepelekan, selain kebakaran, longsor, air lindian, ada satu lagi yang saat ini sedang menjadi isu yang sedang tren, yaitu mikroplastik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun