Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Rupiah Digital untuk Indonesia Jujur

17 Januari 2024   14:28 Diperbarui: 18 Januari 2024   01:31 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: SUPRIYANTO untuk KOMPAS.id

Saya dengan tulus menyambut gembira wacana penerapan rupiah digital, sebab saya menaruh harapan besar bahwa rupiah digital dapat mencegah berbagai praktik kecurangan di negeri ini.

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya rupiah digital itu? Dengan penjelasan yang sederhana, rupiah digital adalah mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara digital. 

Rupiah digital tidak dapat ditarik sebagai uang tunai atau berwujud fisik seperti uang kertas, dan bukan pula uang rupiah fisik yang disimpan di dalam dompet digital seperti Gopay, OVO, Link, dan sebagainya.

Pertumbuhan teknologi ini sesuai dengan perkembangan zaman, dan saya melihatnya sebagai langkah yang tepat menuju ke arah yang lebih efisien dan modern.

Mengutip dari cnbcindonesia.com, penerapan rupiah digital menggunakan struktur tersentralisasi dan terdesentralisasi. Pencatatan transaksi dilakukan secara real-time dan lebih transparan, memungkinkan rekam jejak perpindahan uang tercatat oleh sistem secara otomatis.

Semuanya akan tercatat sesuai dengan identitas pengirim dan penerima. Dengan demikian, praktik-praktik curang akan sulit dilakukan karena identitas pelaku dan penerima akan mudah terbongkar.

Pada opini kali ini, izinkan saya menyajikan beberapa efek yang mungkin menjadi gagasan menarik jika rupiah digital benar-benar diterapkan.

Gak Disusukin Permen Lagi

Hal ini akan menghilangkan praktek-praktek curang, dan yang lebih penting, diharapkan dapat menghilangkan budaya curang di tingkat bawah seperti ini.

Beberapa individu memanfaatkan kesempatan ini sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan ganda atau double gain dalam bisnis mereka. 

Misalnya, ketika kita membeli barang seharga sembilan ribu lima ratus, lalu kita membayar dengan uang sepuluh ribu, mereka akan mengatakan bahwa tidak ada uang susuk, dan akhirnya memberikan beberapa buah permen sebagai pengganti uang susuk sebesar lima ratus rupiah. 

Sepertinya aneh, bukan? Kita masih menggunakan praktek tukar menukar seperti zaman dahulu kala. Sebandingkah nilai beberapa buah permen dengan uang susuk sebesar lima ratus rupiah? 

Bayangkan jika kita mengumpulkan permen-permen susuk tersebut dan mencoba melakukan pembelian ulang kepada individu tersebut. Bisakah hal tersebut terjadi?

Saya mencoba melihat sisi lain dari praktek semacam ini, dan saya merasa bahwa ini adalah bentuk kecurangan yang dilakukan oleh sejumlah individu. Mengapa disebut kecurangan? 

Karena mereka dengan sengaja menggunakan praktek uang susuk ini, kadang-kadang sebagai jebakan double gain, seperti yang saya ungkapkan di atas. 

Menurut saya, ini sangat berbahaya jika terus dibiarkan, karena dapat menjadi kebiasaan curang, akhirnya membentuk karakter, dan pada akhirnya menjadi budaya curang pada masyarakat.

Dengan adanya rupiah digital, ini mungkin adalah salah satu hal pertama dan sederhana yang dapat diatasi oleh penggunaannya. Dengan rupiah digital, tidak lagi ada istilah uang susuk atau kembalian, karena pembayaran akan presisi sesuai dengan harga barang.

Gak Ada Lagi Pembulatan 

Situasi ini memberikan peluang bagi korporasi atau oknum tertentu untuk melakukan kecurangan. Jika kita terus membiarkan hal seperti ini, kita mungkin akan terjerumus dalam budaya buruk yang melegalkan kecurangan. 

Situasi serupa sering kali saya alami saat mengisi bahan bakar minyak, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Pembulatan ke atas maupun ke bawah kerap terjadi. 

Sebagai contoh, pada layar display stand pengisian BBM tertera harga Rp 39.750, ketika saya membayar dengan uang tunai senilai empat puluh ribu rupiah, seharusnya saya mendapatkan kembalian sebesar 250 rupiah. 

Namun, kenyataannya sering kali berbeda, petugas mungkin membulatkan ke atas menjadi 40 ribu rupiah karena tidak ada uang receh, sehingga 250 rupiah masuk ke kantong mereka. Atau sebaliknya, kita diberikan susuk sebesar 500 rupiah karena menggunakan pembulatan ke bawah.

Praktik ini kadang membuat saya merasa tidak nyaman. Pembulatan ke bawah sehingga susuk menjadi lima ratus rupiah membuat hati saya gelisah, seolah-olah saya melakukan penyelewengan karena seharusnya susuk hanya 250 rupiah, tapi malah dianggap lima ratus rupiah. 

Di sisi lain, pembulatan ke atas menjadi 40 ribu rupiah tanpa memberikan susuk membuat saya merasa dirugikan, karena uang yang semestinya harus dikembalikan kepada saya diambil begitu saja.

Saya berpikir bahwa praktik semacam ini mungkin terjadi secara umum, bahkan meluas di seluruh Indonesia. Ini hanya pandangan dari satu unit kendaraan, bayangkan jika situasi ini terjadi pada 100 juta unit kendaraan yang mengisi BBM di Indonesia. 

Saya akan mencoba mengkalkulasikan berapa jumlah uang yang bocor akibat praktik semacam ini. Misalnya, jika pembulatan ke atas menyebabkan konsumen tidak diberikan susuk sebesar 50 rupiah, berapa jumlah uang yang bocor jika dikalikan dengan 100 juta unit kendaraan bermotor? 

Hasilnya ternyata fantastis, dengan akumulasi uang yang bocor dalam transaksi ini mencapai 5 milyar rupiah hanya dalam satu hari.

Meskipun perhitungan ini masih sederhana dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu, namun fakta bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 152,51 juta unit (berdasarkan data dari dataindonesia.id), membuat potensi kebocoran uang dalam transaksi semacam ini patut menjadi perhatian bersama. 

Situasi ini memberikan peluang bagi korporasi atau oknum tertentu untuk melakukan kecurangan. Jika kita terus membiarkan hal seperti ini, kita mungkin akan terjerumus dalam budaya buruk yang melegalkan kecurangan. 

Oleh karena itu, penerapan rupiah digital menjadi solusi efektif, karena tidak akan ada lagi praktik-praktik seperti ini; pembayaran akan sesuai dengan nominal yang seharusnya dibayarkan.

Pencegahan Korupsi

Orang juga bakal mikir seribu kali untuk mau korupsi jika memang rupiah digital ini benar-benar terlacak transaksinya, baik identitas maupun runutan darimana dan sampai mana rupiah digital berada. 

Tentunya ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan iklim anti korupsi dan gratifikasi, sebab semua transaksi akan terekam. Mereka akan kesulitan dalam melakukan pencucian uang ketika rupiah digital ini benar terwujud.

Tidak perlu menutup mata, di berbagai media arus besar seringkali kita mendengar berita tentang korupsi dan gratifikasi, sampai-sampai KPK saya pikir kewalahan. 

Bagaimana tidak, kasus korupsi seakan tak berujung. Dibongkar di hulu, muncul di hilir; dibongkar di hilir, tumbuh di hulu; satu ditangkap, satu lagi muncul di proses, demikian terus tanpa pernah berakhir. 

Saya pikir sistem keuangan kita juga masih mendukung manusia Indonesia untuk tetap bisa terus melakukan korupsi. Dengan adanya uang rupiah dalam bentuk fisik, pencucian uang dapat dilakukan dengan mudah dan tidak terlacak. 

Selama tidak dimasukkan ke dalam bank, transaksi yang mencurigakan ini tidak akan terlacak.

Dengan adanya rupiah digital, saya melihatnya sebagai salah satu solusi utama dalam pencegahan aksi-aksi korupsi dan gratifikasi. 

Ketika rupiah digital diberlakukan, setiap orang pasti akan menjaga rekeningnya dari transaksi yang mencurigakan. Sebab transaksi ganjil dapat menjadi indikator awal adanya dana masuk dari transaksi yang tidak seharusnya.

Indonesia Jujur

Saya berharap rupiah digital akan membawa Indonesia menuju peradaban yang jujur. 

Tidak ada lagi praktik susuk permen, pembulatan ke atas atau ke bawah saat mengisi BBM, atau selipkan uang di saku petugas sebagai tindakan gratifikasi maupun korupsi. 

Pemerasan pun bisa dihentikan dengan adanya rupiah digital ini. Aksi-aksi seperti itu akan sangat cepat terlacak oleh pemerintah jika terdapat transaksi yang mencurigakan pada nomor rekening tertentu.

Saya percaya bahwa ini merupakan langkah penting menuju Indonesia yang sehat mental, karena kebiasaan curang bisa menjadi karakter dan budaya bagi bangsa kita jika tetap dibiarkan.

Jangan terlalu khawatir bahwa rupiah digital akan menyulitkan beberapa golongan masyarakat tertentu, seperti yang berada di pedesaan atau kaum yang sudah berumur. 

Kita perlu memulai dari sekarang secara bertahap agar nanti, saat Indonesia mencapai tahun proyeksi kejayaan pada 2045, generasi tua dan warga pedesaan sudah mampu bertransaksi dengan rupiah digital. 

Langkah ini menjadi penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat ikut serta dalam perubahan menuju ekonomi digital yang lebih efisien dan transparan

Sebagaimana KTP fisik yang direncanakan akan tergantikan seluruhnya oleh identitas kependudukan digital, yaitu KTP dalam bentuk digital, saya juga mendukung ide bahwa ke depannya tidak ada lagi rupiah dalam bentuk fisik sehingga seluruhnya menjadi rupiah digital. 

Gagasan ini sejalan dengan langkah-langkah modernisasi dan adaptasi teknologi untuk menciptakan tatanan sosial yang lebih transparan dan akuntabel. 

Dengan rupiah digital, setiap transaksi akan tercatat secara digital, meminimalisir praktik-praktik curang yang dapat merugikan masyarakat.

Kemajuan ini bukan hanya dalam hal kemudahan transaksi, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk mencegah tindakan curang, korupsi, gratifikasi dan pemerasan. 

Adanya catatan digital akan membuat sulit bagi oknum-oknum tertentu untuk melakukan praktik-praktik tidak etis tanpa ketahuan.

Seiring dengan perubahan ini, generasi muda dan masyarakat pada umumnya perlu diberdayakan agar dapat mengadaptasi dan memanfaatkan teknologi ini dengan baik. 

Dengan implementasi rupiah digital, kita dapat merancang Indonesia yang lebih jujur dan transparan, menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan bangsa.

Mari kita nantikan dan dukung rupiah digital untuk menciptakan Indonesia jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun