Saya berpikir bahwa praktik semacam ini mungkin terjadi secara umum, bahkan meluas di seluruh Indonesia. Ini hanya pandangan dari satu unit kendaraan, bayangkan jika situasi ini terjadi pada 100 juta unit kendaraan yang mengisi BBM di Indonesia.Â
Saya akan mencoba mengkalkulasikan berapa jumlah uang yang bocor akibat praktik semacam ini. Misalnya, jika pembulatan ke atas menyebabkan konsumen tidak diberikan susuk sebesar 50 rupiah, berapa jumlah uang yang bocor jika dikalikan dengan 100 juta unit kendaraan bermotor?Â
Hasilnya ternyata fantastis, dengan akumulasi uang yang bocor dalam transaksi ini mencapai 5 milyar rupiah hanya dalam satu hari.
Meskipun perhitungan ini masih sederhana dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu, namun fakta bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 152,51 juta unit (berdasarkan data dari dataindonesia.id), membuat potensi kebocoran uang dalam transaksi semacam ini patut menjadi perhatian bersama.Â
Situasi ini memberikan peluang bagi korporasi atau oknum tertentu untuk melakukan kecurangan. Jika kita terus membiarkan hal seperti ini, kita mungkin akan terjerumus dalam budaya buruk yang melegalkan kecurangan.Â
Oleh karena itu, penerapan rupiah digital menjadi solusi efektif, karena tidak akan ada lagi praktik-praktik seperti ini; pembayaran akan sesuai dengan nominal yang seharusnya dibayarkan.
Pencegahan Korupsi
Orang juga bakal mikir seribu kali untuk mau korupsi jika memang rupiah digital ini benar-benar terlacak transaksinya, baik identitas maupun runutan darimana dan sampai mana rupiah digital berada.Â
Tentunya ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan iklim anti korupsi dan gratifikasi, sebab semua transaksi akan terekam. Mereka akan kesulitan dalam melakukan pencucian uang ketika rupiah digital ini benar terwujud.
Tidak perlu menutup mata, di berbagai media arus besar seringkali kita mendengar berita tentang korupsi dan gratifikasi, sampai-sampai KPK saya pikir kewalahan.Â
Bagaimana tidak, kasus korupsi seakan tak berujung. Dibongkar di hulu, muncul di hilir; dibongkar di hilir, tumbuh di hulu; satu ditangkap, satu lagi muncul di proses, demikian terus tanpa pernah berakhir.Â
Saya pikir sistem keuangan kita juga masih mendukung manusia Indonesia untuk tetap bisa terus melakukan korupsi. Dengan adanya uang rupiah dalam bentuk fisik, pencucian uang dapat dilakukan dengan mudah dan tidak terlacak.Â