Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Waspada Penculikan Anak, Peran Kunci Orang Tua dan Sekolah

21 Desember 2023   14:49 Diperbarui: 22 Desember 2023   10:29 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencurian anak | Sumber Gambar: KOMPAS.id

Setelah mengamati tiga kali percobaan simulasi, saya menyimpulkan bahwa mengandalkan anak-anak untuk menolak rayuan pelaku atau mampu bertahan dari tindakan penculikan tidak boleh menjadi fokus utama.

Berulang kali saya mencoba melakukan simulasi penculikan untuk mengamati respons putra sulung saya yang kala itu masih duduk di sekolah dasar. Metodenya sederhana, yakni dengan meminta salah satu siswa atau teman saya untuk mencoba menjemput putra sulung kami. 

Namun, hasilnya tidak sesuai harapan saya. Dalam skenario penculikan yang kami rencanakan, putra sulung justru menunjukkan sikap patuh dan tak merasa curiga saat digandeng untuk pulang bersama.

Saya memberi instruksi kepada siswa atau teman yang terlibat dalam simulasi penculikan tersebut untuk memberitahu anak saya bahwa saya tidak dapat menjemputnya dan digantikan oleh mereka. 

Meskipun telah melalui sekitar tiga kali latihan, hasilnya tetap nihil. Putra sulung kami gagal mengantisipasi skenario penculikan tersebut. Padahal, sebelum berangkat ke sekolah, saya selalu mengingatkannya bahwa saya akan menjadi orang yang menjemputnya, dan dia tidak boleh menuruti permintaan orang lain.

Selain pesan verbal di rumah, saya juga mengajarkan putra sulung tentang cara menjaga diri jika ada orang yang tiba-tiba mencoba menarik tangannya atau berusaha menculiknya. 

Saya mengajarkannya untuk mengalungkan kakinya ke kaki orang yang mencoba menculiknya. Namun, saya menyadari bahwa metode ini mungkin tidak begitu efektif. 

Kekuatan dan pemahaman anak-anak di sekolah dasar tidak sebanding dengan orang dewasa yang mungkin melakukan upaya penculikan. Selain itu, ada risiko bahwa tindakan pertahanan diri anak dapat menyebabkan penganiayaan oleh pelaku penculikan.

Anak-anak adalah makhluk yang lemah, baik dari segi fisik maupun mental. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, saya ingin berbagi pengalaman mengenai cara saya mengantisipasi potensi penculikan anak dan pengalaman-pengalaman pribadi dalam upaya menjaga keamanan mereka.

Orang Tua

Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga anak-anak dari potensi penculikan. Oleh karena itu, saya selalu memberikan pesan kepada istri atau keponakan kami yang bertugas menggantikan saya dalam menjemput putra sulung kami, agar selalu tepat waktu. 

Dengan begitu, kita dapat menghindari situasi di mana anak-anak harus menunggu terlalu lama dan memiliki kesempatan untuk bermain ke mana-mana saat menanti jemputan.

Keadaan seperti ini dapat memberi peluang kepada pelaku penculikan untuk mencoba membujuk atau merayu anak-anak, terutama dalam kondisi kegabutan dan kecemasan menunggu. 

Bayangkan, mereka yang sedang menunggu dengan rasa cemas tiba-tiba ditawari makanan atau minuman seperti es krim di tengah hari yang terik. 

Anak mana yang tidak akan tertarik dengan tawaran tersebut? Oleh karena itu, sebagai langkah antisipasi, saya berusaha sekuat tenaga untuk menjemput anak-anak tepat waktu, bahkan sebelum waktu pulang mereka.

Contohnya, jika mereka pulang pukul 14.00, saya berupaya tiba di sekolah sebelum waktu tersebut. Dengan harapan, ketika mereka keluar kelas pada pukul 14.00, saya sudah siap di sana, mengurangi peluang bagi mereka untuk berkeliaran dan memberikan peluang kepada pelaku penculikan. 

Keamanan anak-anak adalah prioritas utama, dan langkah-langkah kecil seperti ini dapat membantu menjaga mereka dari potensi bahaya penculikan.

Wali Kelas

Wali kelas juga memiliki peran yang sangat penting, seharusnya menjadi figur kedua yang penuh perhatian setelah orang tua. Terutama di tingkat sekolah dasar, mulai dari pra-TK, TK, hingga SD, wali kelas berperan sebagai penjaga utama anak-anak ketika berada di lingkungan sekolah. 

Saya sangat mengapresiasi inisiatif dari wali kelas anak kami yang selalu berkomunikasi dengan kami melalui telepon ketika saya atau istri telat menjemput. 

Hal ini menjadi sangat penting karena dalam kesibukan sehari-hari kami yang sama-sama bekerja, terkadang lupa untuk menjemput anak. Untungnya, sekolah sigap dalam memberi informasi bahwa anak kami menunggu untuk dijemput.

Komunikasi dua arah seperti ini tentu mengurangi potensi risiko penculikan. Sekolah memperhatikan dan memberi tahu kita bahwa anak-anak perlu dijemput, dan mereka juga mengamankan anak-anak yang belum dijemput dengan menempatkannya di satu tempat tertentu. 

Pada sekolah putri kecil kami, anak-anak yang menunggu dijemput biasanya ditempatkan di perpustakaan sekolah. Menurut saya, ini adalah ide brilian karena selain menunggu, anak-anak tetap dapat menikmati waktu dengan berbagai buku, ditemani oleh para guru dan teman-teman sekelas. 

Namun, terkadang ada wali kelas yang mungkin belum sepenuhnya menyadari hal ini. Mungkin hal ini perlu menjadi perhatian bersama dari pihak sekolah dan juga kesadaran pribadi sebagai wali kelas.

Dari pengalaman saya sebagai wali kelas, saya juga melakukan upaya untuk menunggu siswa-siswa sampai benar-benar meninggalkan sekolah, apakah dijemput oleh orang tua atau pulang dengan menggunakan kendaraan sendiri. 

Penculikan ternyata tidak hanya terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar, tapi kadang-kadang juga menimpa anak-anak usia SMP atau SMA yang dianggap sudah dewasa. 

Sebagai wali kelas, saya berusaha menjadi penghubung yang efektif antara orang tua dan anak-anak di sekolah, dengan menjaga ponsel selama 24 jam. Dengan begitu, kita dapat terus berkomunikasi dan menjaga keamanan anak-anak di sekolah.

Grup Orang Tua 

Grup orang tua memegang peranan utama dalam menyampaikan informasi seputar kegiatan di sekolah, termasuk jadwal masuk dan pulang, memungkinkan orang tua untuk memperkirakan waktu kembali anak-anak mereka ke rumah. 

Banyak orang tua juga menghubungi saya untuk menanyakan apakah anak mereka masih berada di sekolah. 

Dalam beberapa kasus, saya merasa bahwa kami, orang tua, dan saya sebagai wali kelas, berhasil mencegah sebuah "perjalanan ilegal" yang hampir dilakukan oleh salah satu siswa kami.

Saya menyebutnya ilegal karena perjalanan tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan orang tua dan saya sebagai wali kelas. Awalnya, siswa tersebut diberi izin untuk pulang karena sakit, namun ternyata dia pergi jalan-jalan ke luar kota bersama temannya yang diundang oleh tante temannya. 

Informasi ini saya ketahui setelah orang tua siswa tersebut menghubungi saya karena anaknya hingga sore belum pulang ke rumah. Untungnya, saya segera bertindak dengan menanyakan keberadaan siswa kepada teman-teman dekatnya.

Dalam kasus ini, siswa kami enggan mengangkat telepon dari orang tua, mungkin ada beberapa permasalahan di antara keduanya. Namun, berkat respons cepat melalui telepon saya sebagai wali kelas, siswa kami dapat kembali pulang dalam keadaan selamat tanpa adanya masalah. 

Situasi seperti ini tidak akan mendapatkan respons yang secepat itu jika hubungan antara wali kelas, orang tua, dan siswa tidak berjalan baik. Grup orang tua dan grup kelas memainkan peran penting dalam memastikan komunikasi yang efektif dan merespon cepat terhadap situasi-situasi yang mungkin berisiko, termasuk potensi penculikan.

Petugas Keamanan Sekolah

Selain melaksanakan tupoksinya sebagai turjawali, yang mencakup Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli di lingkungan sekolah, satuan pengamanan juga memegang peranan krusial sebagai bagian dari sistem pertahanan terhadap aksi penculikan. 

Penting bagi rekan-rekan di satuan pengamanan untuk memiliki kepekaan terhadap berbagai ekspresi dan perilaku siswa di seluruh sekolah. Untuk memaksimalkan peran mereka, petugas keamanan sekolah harus tetap berada dan siaga di barisan depan saat bel pulang berbunyi.

Selain tugas sebagai pengatur lalu lintas, kehadiran mereka di barisan depan juga bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak yang pulang benar-benar dijemput oleh orang tua atau wali mereka. 

Kesiagaan petugas keamanan yang berada di barisan terdepan atau di depan gerbang sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pengatur lalu lintas, tetapi juga mengurangi potensi keberanian para pelaku yang mungkin sedang mengintai calon korban.

Dengan posisi yang strategis ini, petugas keamanan dapat menjadi garda terdepan dalam melindungi keselamatan siswa. Mereka bukan hanya sebagai pengawal, tetapi juga sebagai penjaga kewaspadaan terhadap potensi bahaya, termasuk upaya penculikan. 

Keberadaan mereka yang sigap dan peka terhadap lingkungan sekolah menjadi lapisan pertahanan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan terlindungi bagi setiap siswa.

Wasana Kata

Satu hal yang pasti, aksi penculikan terjadi pada saat-saat kelalaian, seringkali hanya dalam hitungan menit. Hal ini memang seharusnya menjadi perhatian bersama.

Ancaman penculikan anak telah menjadi momok yang menghantui sepanjang masa, bahkan sejak saya berada di usia sekolah dasar dulu. 

Dalam beberapa modus yang pernah saya amati, para pelaku cenderung memilih anak-anak yang berada sendirian secara acak, atau dalam beberapa kasus, mereka mengincar target tertentu untuk diculik. 

Peran orang tua menjadi sangat krusial dalam membekali anak-anak agar selalu waspada di segala situasi. Saya secara konsisten menekankan hal ini kepada anak-anak kami, terutama saat mereka harus tinggal sendirian di rumah. 

Peringatan yang selalu saya sampaikan adalah untuk tidak membuka pintu kepada siapapun ketika mereka berada sendirian di rumah, serta untuk tidak merespons panggilan dari orang yang dikenal atau tidak dikenal.

Pentingnya pemberian pengertian ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa pelaku kejahatan seringkali bukanlah orang asing yang tidak kita kenal. 

Bahkan, mereka dapat menjadi orang terdekat atau memiliki hubungan kekeluargaan dengan kita. Kesadaran akan risiko ini membantu anak-anak untuk tetap berhati-hati dan memahami bahwa keamanan pribadi adalah prioritas utama.

Peran sekolah juga sangat vital dalam upaya pencegahan aksi penculikan. Komunikasi jadwal pulang anak-anak dan mengamankannya di ruangan tertentu saat menunggu jemputan merupakan langkah yang efektif. Satuan pengamanan sekolah juga harus menjadi pihak yang peka terhadap tindakan mencurigakan.

Terakhir, yang paling utama adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk senantiasa menjaga anak-anak kita. Jangan memberikan kesempatan kepada para pelaku kejahatan untuk melancarkan aksi keji mereka. 

Kesadaran dan tindakan preventif bersama merupakan kunci dalam menjaga keamanan anak-anak dari ancaman penculikan. 

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun