Pembagian rapor bukanlah kegiatan rutin bulanan; ini hanya dilakukan dua kali dalam setahun pada setiap level kelas, khususnya pada akhir semester. Oleh karena itu, pada kegiatan ini, sebisa mungkin diharapkan bahwa orangtua dapat menyempatkan diri untuk hadir.Â
Saya merasa prihatin ketika melihat salah satu siswa hadir tanpa didampingi orangtuanya pada saat pembagian rapor sebelumnya. Melihat raut wajahnya, saya menduga dia merasa sedih dan mungkin iri melihat teman-temannya yang didampingi oleh orangtua mereka.
Penting untuk diingat bahwa pembagian rapor bukan hanya tentang menyampaikan dokumen penilaian, melainkan sebuah momen di mana wali kelas dan guru BK berinteraksi dengan orangtua siswa untuk memberikan informasi mengenai perkembangan anak selama satu semester belajar di kelas. Seharusnya, kegiatan ini dianggap sebagai hajat penting bagi orangtua, karena ini berkaitan dengan masa depan anak-anak mereka.
Pada beberapa kesempatan, saya berpikir bahwa kehadiran orangtua saat pembagian rapor adalah salah satu wujud kepedulian mereka terhadap perkembangan anak di sekolah.Â
Ini bukan sekadar formalitas, melainkan momen krusial di mana orangtua dapat mendapatkan informasi langsung tentang prestasi dan tantangan yang dihadapi anak mereka.Â
Jadi, jika kita memang peduli terhadap anak-anak kita, mengapa harus absen pada pembagian rapor jika tidak ada kepentingan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan?Â
Kehadiran orangtua pada moment ini bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan anak-anak kita.Â
Mari bersama-sama menjadi bagian dari proses pendidikan anak, menjadikan pembagian rapor sebagai kesempatan untuk memperkuat ikatan antara sekolah dan rumah, serta membentuk pondasi yang kuat untuk masa depan anak-anak kita.
Wasana Kata
Kehadiran orangtua pada saat pembagian rapor menjadi sebuah momen yang sakral dan sangat krusial. Pada saat ini, kehadiran orangtua memiliki makna yang dalam.Â
Tanggung jawab pendidikan anak bukan hanya menjadi beban sekolah semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama kita, baik dari pihak sekolah maupun orangtua siswa. Oleh karena itu, janganlah sekolah hanya dijadikan sebagai muara terakhir dalam pendidikan anak.Â
Orangtua seharusnya tidak hanya merasa telah menunaikan kewajiban dengan membayar biaya sekolah, karena tanggung jawab mereka terhadap anak melibatkan lebih dari sekadar urusan keuangan.