Padahal, ibu sebagai seorang wanita, notabene adalah pasangan hidup yang seharusnya kita dukung. Secara alami, semua sepakat bahwa laki-laki lebih kuat dibandingkan wanita, baik dari segi fisik maupun psikis. Maka, hal-hal yang membedakan gender dalam rumah tangga seharusnya tidak diagung-agungkan.
Apalagi bagi seorang ibu pada masa kehamilan maupun pasca melahirkan, dukungan seorang ayah adalah hal yang sangat penting. Seorang ibu pasca melahirkan sangat rentan dengan postpartum syndrome, dan cara terbaik untuk menghindari sindrom ini adalah dengan dukungan seorang ayah.
Semua ini terlalu berat bagi seorang ibu untuk dipikul sendiri. Oleh karena itu, wajar jika kita mendengar berita tentang seorang ibu yang tega menganiaya buah hatinya, bahkan mengajak buah hatinya untuk mengakhiri hidup. Kita tidak tahu dalam kondisi seperti apa mereka berada, dan mungkin saja kurangnya dukungan seorang ayah menjadi penyebabnya.
Pendengar yang Baik
Tempat berbicara bagi ibu juga menjadi elemen kunci yang saya pelajari dari ayah. Menjadi pendengar yang baik adalah investasi dalam kesehatan mental keluarga. Pengalaman ini mendorong saya untuk menerapkan hal yang sama sebagai ayah sekarang, menciptakan lingkungan di mana setiap anggota keluarga dapat saling mendukung dan berbicara.Â
Masih mengenai kisah ayah dan ibu saya dulu, saya ingat ayah selalu menjadi pendengar yang baik saat ibu bercerita tentang berbagai aktivitas dan perasaannya. Ayah selalu memberikan tanggapan atau sekadar mengangguk-angguk.Â
Sejalan dengan naluri alami seorang wanita, wanita memang perlu mengeluarkan unek-unek setiap hari. Ada jumlah kata minimal yang perlu dikeluarkan agar kesehatan mentalnya terjaga (cmiiw ya). Tentu saja, tidak lucu jika berbicara tanpa ada yang mendengar. Ini bukan hanya indikator kesehatan mental, tapi juga sesuatu yang lain, hehehe.
Artinya, sejalan dengan itu, perlu ada dukungan, yaitu seseorang yang menjadi pendengar. Ayah memberikan contoh bagaimana menjadi pendengar yang baik. Dengan keteladanan ini, saya juga menerapkannya sebagai seorang ayah. Saya tidak hanya menjadi pendengar cerita dari istri, tetapi seringkali saya menjadi pendengar cerita bagi anak-anak kami.
Kadang-kadang, malah saya yang memancing mereka untuk bercerita. Saya berusaha membiasakan diri sebagai seorang ayah yang pandai mendengarkan cerita-cerita mereka.Â
Dengan berbagai cerita dari mereka, saya dapat memahami kondisi mental istri dan anak-anak saya. Saya dapat menilai apakah mereka membutuhkan penguatan atau apresiasi. Meskipun terlihat sepele, tetapi ini adalah salah satu langkah menuju kesehatan mental keluarga yang prima.
Penjaga MoodÂ
Ayah bijak dalam menghadapi konflik, menjaga agar suasana tetap positif. Sebagai ayah sekarang, fokus pada kebahagiaan anak-anak dan istri menjadi bagian integral dari upaya menjaga stabilitas emosional keluarga.Â
Menjaga mood memang tidaklah mudah, tetapi sebagai seorang ayah, bekerja sama dengan istri untuk menjaga mood bersama adalah suatu hal yang harus diutamakan.Â