Dalam kegigihan mereka untuk segera memegang uang tersebut, mereka seringkali tidak mempertimbangkan risiko dan tanggung jawab yang melekat pada pinjaman.Â
Mereka mungkin merasa resah dan tidak sabar jika apa yang mereka inginkan belum terwujud.
Kebiasaan ini sering kali dianggap enteng, bahkan dianggap sebagai tanda optimisme. Namun, sebenarnya ini adalah pola pikir yang salah, dan inilah yang sering kali menjadi akar dari banyak masalah terkait pinjaman online (pinjol).
Pola pikir ini cenderung mengabaikan konsekuensi dan risiko yang terkait dengan pinjol.Â
Akibatnya, banyak orang yang terjebak dalam pinjol, bahkan tidak hanya satu, melainkan puluhan. Mereka berutang dari satu pinjol untuk membayar pinjaman yang lain, dan seterusnya. Akhirnya, nasabah pun gagal membayar pinjol.
Kegagalan pembayaran inilah yang memicu proses penagihan dari pihak pinjol. Sayangnya, cara penagihan yang agresif sering kali membuat nasabah merasa tertekan dan bahkan depresi.
Perlu dicatat bahwa yang sebenarnya bukanlah mereka menjadi korban dari pinjol, tetapi lebih kepada cara penagihan yang membuat mereka merasa terjebak dalam tekanan.
Sebabnya, saat kita meminjam, kewajiban untuk membayar adalah hal yang tak terhindarkan. Ketika kita ditagih karena gagal bayar, itu adalah konsekuensi dari tindakan meminjam yang kita ambil.
Jadi, jika ingin menghindari menjadi bagian dari cerita ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghilangkan kebiasaan "pinjam dulu, pikir nanti."
Kedua, Konsumtif
Ketika berbelanja, jangan beli semuanya, tetapi berfokuslah pada barang-barang yang benar-benar kita butuhkan. Penting untuk memilah dan memilih mana yang termasuk dalam kategori kebutuhan dan mana yang bukan.