Dengan berbagai kegiatan guru di atas maka bisa dibayangkan kapan lagi seorang guru mempunyai waktu untuk fokus mencari tambahan pendapatan lain selain gaji. Andaikan memungkinkan ada tambahan pendapatan lain pasti tupoksi sebagai guru lah yang dikorbankan.Â
Di rumah saja sebagaimana penulis alami sendiri, kami masih harus mempersiapkan segala skenario dan berbagai perangkat pembelajaran. Baik itu memikirkan langkah-langkah saat mengajar besok, membuat LKPD untuk praktikum dan juga melakukan koreksi atas penilaian yang sudah dilakukan di sekolah.
Satu lagi yang paling vital adalah bahwa objek pekerjaan seorang guru adalah siswa. Jadi mana mungkin kita akan sering-sering tinggalkan kelas demi mencari tambahan lain, pasti kelas akan kacau dan bisa berabe ni urusan. So, alasan ini menjadi penyokong bagaimana bisa profesi guru menjadi salah satu profesi yang banyak terlilit pinjaman.Â
3. Budaya Pinjam
Nah ini juga jadi penyokong mengapa guru menjadi profesi pertama yang banyak terlilit pinjaman, ternyata setelah penulis amati telah umum di berbagai sekolah manapun banyak guru yang mengajukan pinjaman dengan berbagai macam alasan.Â
Bahkan persentase guru yang melakukan pinjaman bisa mencapai 90 persen dari jumlah keseluruhan guru yang ada pada sekolah tersebut. Bayangkan saja misal ada 100 orang guru pada sekolah tersebut berarti hanya ada 10 orang guru saja yang tidak terlilit pinjaman, 90 orang guru terlilit pinjaman.
Terlibat pinjaman dengan berbagai lembaga pemberi pinjaman adalah hal lumrah di kalangan guru. Vibes pinjam meminjam kental terasa, bahkan ada salah satu rekan penulis yang bilang bahwa pinjaman adalah penyemangat hidup untuk tetap semangat bekerja. Atau ada juga sebuah quote yang penulis pikir menyesatkan, bahwa kalau gak pinjam kapan punyanya, atau kalau gak pinjam kapan kayanya.Â
Ada semacam sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menjadikan sebuah tradisi membudaya membentuk pola pikir umum bagi kalangan guru maupun tenaga administrasi di sekolah bahwa guru PNS itu ya harus pinjam, hehehe. Dan ini real loh, gak pinjam gak asik pokoknya, jadi gak ada lagi yang namanya mau pinjam kok malu-malu. Malu-malu dengan siapa wong semuanya aja minjam kok. Kadang malah kita disalahin, "lah kok gak jadi dibeli loh barangnya, apa susahnya sih kan tinggal nggadein SK di bank aja."
Wajarlah ya hingga pada akhirnya kaum guru menjadi profesi paling banyak terlibat pinjaman, sebab pinjam dengan menjadikan SK sebagai jaminan adalah kultur yang telah terbangun dari lama dan bahkan sampai saat ini tetap ada dan bertahan. Sehingga sulit bagi guru-guru baru untuk lepas dari kultur ini karena ketika SK CPNS telah ditangan maka auto mereka masuk dalam sebuah sistem yang menganut pola pikir bahwa jadi guru PNS rugi jika tidak menggadaikan SK untuk mendapat pinjaman.
4. Objek pemasaran dagangan