Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

3 Hal Bijak Mengelola Emosi Anak Menuju Masa Depan Gemilang

6 Juli 2023   14:20 Diperbarui: 7 Juli 2023   00:54 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan rekonstruksi penganiayaan terhadap David Ozora yang dilakukan oleh Mario Dandy dan Shane Lukas I gambar diambil dari www.kompas.id

Pernah suatu ketika ananda kami tiba tiba terdiam dengan muka cemberut, ketika ditanya hanya diam dan malah menangis. Pernah juga mereka tiba tiba guling-guling di tanah dengan tangisan kencang. Atau ini yang sering terjadi biasanya, putri kecil kami spontan tanpa berkata-kata apapun tiba-tiba memukul atau mencubit kakaknya yang terpaut usia hanya 4 tahun. 

Situasi ini cukup membuat riuh rumah dan ketika dihadapkan pada kondisi ini sebagai orang tua memang harus memiliki ekstra kesabaran yang luar biasa dan pemahaman tentang tumbuh kembang anak. Anak-anak kemungkinan masih kesulitan dalam mengungkapkan situasi yang membuat mereka kesal sehingga pada akhirnya mereka melakukan tindakan buruk karena luapan emosi yang terbendung.

Pengalaman kami saat berada pada kondisi di atas yang kami lakukan adalah membuka dialog dengan melakukan sentuhan ataupun pelukan ke mereka. Cukup efektif sebab dalam pelukan kami mereka dapat menangis puas mengartikulasikan emosinya yang terpendam.  Setelah itu dialog tentang apa yang sedang terjadi mengalir begitu saja tanpa paksaan. 

Ternyata kadang mereka hanya kesal karena keinginannya tidak kami kabulkan. Atau kadang mereka ternyata kesal karena salah satu dari mereka baik adik ataupun kakak melakukan tindakan provokasi seperti nglewein (memasang muka mengejek) atau hanya sekedar tanpa sengaja tersenggol saat yang lain sedang berjalan. Sepele bukan? tapi emosi mereka yang terbendung tanpa bisa mengungkapkan atau mengkomunikasikan ketidaknyamanan yang sedang terjadi membuat situasi semakin buruk.

Sekali lagi mereka adalah anak-anak, kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan ketidaknyamanan yang terjadi belum sempurna dan maksimal. Perlu dorongan dari kita sebagai orang tua agar anak mampu mengungkapkan atau mengkomunikasikan emosi mereka dengan baik

Sering kali saat kami melihat ananda kami sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja maka kami akan mencoba melakukan dialog dengan mereka, meminta mereka untuk menceritakan apa yang membuat ketidaknyamanan mereka, mendengarkan dengan seksama, dan membantu mereka untuk menyelesaikan ketidaknyamanan yang mereka alami. 

Treatment ini merupakan latihan yang kita berikan kepada anak untuk membantu mereka berbicara, mengungkapkan emosi mereka, mengkomunikasikan apa yang sedang terjadi dan bagaimana mereka harus menghadapi ketidaknyamanan yang sedang terjadi. Ketidaknyamanan yang tanpa terungkap membuat komunikasi macet sehingga menimbulkan potensi anak berbuat buruk dengan spontan. 

Jika emosi adalah api, maka mengungkapkan emosi adalah membuka semak yang menyelubungi api, sehingga api akan padam sendiri karena tidak ada bahan yang bisa terbakar lagi. Demikian juga dengan emosi, setelah terungkap maka sesak di dada akan berkurang, apa yang membuat ketidanyamanan bisa terungkap dan penyelesaian masalah pun bisa dilakukan dengan baik.


Lalu Bagaimana jika anak memiliki masalah di luar rumah, bagaimana mereka berlatih untuk mengungkapkan emosi?

Pernah suatu ketika saat ananda masih bersekolah di taman kanak kanak, ananda kami yang pertama diadukan telah menggigit teman sekelasnya oleh orang tua yang anaknya digigit oleh ananda kami sewaktu di sekolah. Kami cukup terkejut dan serasa tidak percaya hal demikian bisa terjadi, karena anak kami cowok loh dan yang digigit adalah temannya yang cewek, dalam hati terkekeh karena "cowok kok nggigit" serasa tidak jantan kan, harusnya berantem aja, eh tidak ini juga perbuatan tidak terpuji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun