Langkah pertama ini penting, sebab kita akan mengetahui sedini mungkin saat anak sedang menghadapi masalah.Â
Dengan mengetahui anak sedang dalam masalah, maka orang tua bisa sesegera mungkin menyelesaikan masalah yang sedang anak hadapi. Masalah menjadikan emosi anak menjadi labil, penuh amarah, ketakutan, penuh dendam yang bisa berujung pada perilaku buruk yang akan dilakukan oleh anak yang dapat merugikan diri sendiri seperti melukai diri sendiri ataupun merugikan orang lain seperti menganiaya teman lain.Â
Pantauan ini bisa kita lakukan secara sederhana dengan melihat perubahan fisik maupun psikis. Penulis pernah mendapatkan putra pertama penulis pulang bermain dalam kondisi berkeringat deras, nafas ngos-ngosan, mata merah dan tangan serta kaki kemerahan. Ternyata setelah kami tanya, dia merasa kesal terhadap salah satu temannya yang berbuat curang saat bermain sepak bola sehingga terjadilah perkelahian diantara keduanya. Saat itu ananda kami masih terlihat belum puas membalas apa yang telah temannya lakukan. Untung hal ini kami ketahui, sehingga ananda kami urung mengejar temannya yang telah berbuat curang tersebut.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi andai saja ketika saat ananda kami pulang kami tidak peduli dengan perubahan perilaku yang terjadi, bisa jadi perbuatan yang lebih buruk akan terjadi. Beruntung kami paham dengan apa yang terjadi maka kami pun selaku orang tua bisa dengan segera dapat menetralisir luapan emosi yang ananda kami rasakan.Â
Memantau perilaku anak ini tidak susah kok, yang jelas jika ada perilaku yang berbeda tidak seperti biasanya maka itu merupakan sebuah indikator bahwa anak mungkin sedang tidak baik-baik saja.Â
Kami sering memperhatikan ekspresi ananda kami ketika sepulang sekolah. Jika saat kami jemput atau saat telah sampai di rumah ananda kami tampak murung maka cepat-cepat kami tanyakan bagaimana keadaan hari ini di sekolah. Kalimat pembuka ini lumayan efektif untuk membuka dialog tentang apa yang sedang terjadi.
Kunci awal bagaimana kita bisa mengelola emosi anak adalah dengan hal yang pertama ini, kita harus paham terlebih dahulu dengan apa yang terjadi pada anak. Sesekali juga kami bertanya iseng dengan kawan-kawan ananda kami di sekolah, semisal apakah ananda kami sering jail di sekolah, sering tidak masuk pelajaran dan lain-lain dengan dikemas dalam bahasa yang santai tanpa temannya tersebut merasa terinterogasi.Â
Sesekali juga kami tanyakan perkembangan ananda kami pada guru ataupun keamanan di sekolah. Emosi anak ibarat api kecil dalam semak, jika tidak segera diketahui maka api itu akan membesar dan membakar segala sesuatu yang berada di dekatnya. Demikian juga dengan mereka, emosi terpendam yang tidak diketahui oleh orang tua bisa saja menyebabkan tindakan diluar batas yang membahayakan masa depan anak.
Yuk pantau dan tanyakan apa yang terjadi pada mereka ketika mereka menjadi berbeda, agar masa depan mereka tetap terjaga!
Kedua; melatih anak mengungkapkan emosi dengan baik