Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nominated for Best in Opinion 2024

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

3 Hal Bijak Mengelola Emosi Anak Menuju Masa Depan Gemilang

6 Juli 2023   14:20 Diperbarui: 7 Juli 2023   00:54 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia keduanya pun sama, baru 19 tahun, artinya mereka baru saja melepas status mereka sebagai anak-anak. Mereka menyelesaikan permasalahan dengan cara yang buruk sehingga hasilnya pun buruk. R seorang anak SMP pun sudah memiliki keberanian yang luar biasa untuk membakar sekolahnya, padahal notabene umurnya baru 14 tahun,masih dalam usia anak-anak.  R pun mengartikulasikan emosinya dengan cara yang salah.

Mario, Aditya dan R bisa jadi adalah korban salah asuh orang tua ataupun korban dari berbagai faktor yang berada di sekitar lingkungan mereka yang tidak mendukung pertumbuhan emosi mereka secara baik. Ketiganya mengekspresikan luapan emosi dengan cara yang salah dan pada akhirnya berdampak pada hukum. 

Hukuman ini membuat masa depan mereka ternodai, seumur hidup orang akan mengingat bahwa ketiganya adalah seorang yang pernah melakukan tindakan kriminal dan pernah dihukum. Padahal mereka adalah anak dan remaja yang baru saja tumbuh dan berkembang. Tetapi tindakan yang mereka lakukan membuat mereka akhirnya mendekam di penjara untuk beberapa waktu lamanya yang membuat masa depan mereka putus di tengah jalan.

Pengalaman sebagai orang tua dalam pengelolaan emosi anak

Sumber gambar databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/29
Sumber gambar databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/29

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama periode 2016-2020 ada 655 anak yang harus berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kekerasan. Rinciannya, 506 anak melakukan kekerasan fisik dan 149 anak melakukan kekerasan psikis seperti dikutip dari databoks.katadata.co.id oleh Reza Pahlevi 29/07/2022. 

Data ini mungkin hanya puncak gunung es, hanya sekelumit yang terlihat dan terdata dan terdokumentasi, bisa jadi jumlah sebenarnya lebih dari itu. Peran orang tua ataupun keluarga menjadi penting disini. Sebab tumbuh kembang anak berada dalam keluarga dengan orang tua sebagai role modelnya. Jadi tidak salah jika dikatakan bukan anak yang salah gaul, tetapi orang tua lah yang salah dalam pengasuhan.

Kasus-kasus anak berhadapan dengan hukum sebenarnya tidak hanya sebagaimana penulis ungkapkan di atas, jauh sebelum kasus ini terjadi penulis juga pernah mengalami menjadi saksi, korban dan mungkin sebagai pelaku kekerasan juga ketika penulis berada pada fase tumbuh kembang anak-anak yang terjadi pada sekitar 20 tahun silam.

Dunia anak tidak sesimpel orang dewasa fikirkan, dunia anak hadir dengan segala permasalahan yang ada. Baik pembulian, pemerasan,merokok, pergaulan bebas, ataupun terseret dalam dunia obat-obatan terlarang, yang jadi taruhan adalah masa depan. Masa depan mereka terancam ketika mereka tersangkut masalah hukum karena pengelolaan emosi yang buruk. Padahal masa depan mereka (anak-anak) adalah masa depan kita juga. 

Oleh karena itu sebagai orang tua, penulis juga berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak penulis. Tidak hanya dalam hal pendidikan dan perkembangan fisik, tetapi juga dalam tata kelola emosi anak. Sebab pengelolaan emosi adalah keterampilan penting yang akan membantu anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang kuat, berdaya, dan siap menghadapi masa depan yang gemilang. Berikut adalah 3 hal yang penulis lakukan dalam rangka tata kelola emosi anak yang penulis lakukan di rumah.

Pertama; memantau perilaku anak

Ilustrasi anak (shutterstock) dari health.kompas.com
Ilustrasi anak (shutterstock) dari health.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun