Pengalaman dari tongkrongan di kantor, saya termasuk kaum minoritas yang tidak merokok atau non-perokok. Banyak di antara teman-teman sekantor adalah seorang perokok, baik sebagai perokok yang baru coba-coba ataupun perokok berat.Â
Kadang saya heran dan sesekali bertanya dengan teman yang merokok, apa sih kenikmatan yang diperoleh dari merokok, dan sampai dengan saat ini jawaban mereka belum benar-benar "klik" dengan pertanyaan yang selalu timbul di benak, karena saya pikir merokok adalah perbuatan sia-sia dan merusak kesehatan secara sadar dan mandiri.
Dikutip dari litbang.kemkes.go.id, hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.Â
Dalam kurun waktu 10 tahun 8,8 juta orang Indonesia menjadi perokok atau kalau dirata-ratakan, sekitar tiga di antara lima pria Indonesia adalah perokok, papar Maria Endang Sumiwi Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes berdasarkan survei GATS 2021 Â seperti dikutip pada republika.co.id.Â
Perokok Itu Egois
"Perokok hanya orang egois, orang lemah yang enggak bisa mengendalikan dirinya sendiri," ujar seorang mantan perokok berat, Nurdin Sirait (60), yang ditemui seusai rehabilitasi jantung di RS Harapan Kita, Jakarta seperti dikutip pada lifestyle.kompas.com
Apakah anda pernah melihat orang yang merokok di bawah papan larangan merokok? atau pernah sesekali terpapar asap rokok lawan bicara anda? jika jawabannya "iya" berarti kita sama.Â
Ditengah-tengah populasi pertumbuhan perokok yang semakin merajalela yaitu 8,8 juta dalam kurun waktu 10 tahun saja.
Kaum non-perokok adalah kaum minoritas yang kadangkala hak-haknya justru terabaikan, yaitu hak untuk mendapatkan ruang dengan udara dan aroma ruang yang bebas dari asap rokok.Â
Salah satu contoh ketika berada di kantor, dengan tanpa perasaan kadang teman sekehendak hati tanpa permisi segera menyalakan korek untuk merokok.Â
Padahal ruangan tersebut ruang ber AC dan di dalam ruangan tersebut banyak di tempati oleh para ibu-ibu yang masih memiliki anak balita yang kadang juga mampir sebentar untuk menjenguk orang tuanya di kantor.Â
Menyayangkan saja, rokok telah "membunuh" rasa empati perokok terhadap sesama. Mereka yang merokok tapi kita yang merasakan imbasnya.Â