Mohon tunggu...
Jun Joe Winanto
Jun Joe Winanto Mohon Tunggu... Koki - Chef

Menulis sebagai rangsangan untuk sel-sel otak agar terus berbiak. La Cheo Joe, banyak menulis buku, tetapi tidak untuk diterbitkan secara komersial. Buku-buku tersebut diperuntukkan untuk proyek Departemen Pendidikan Nasional dari beberapa penerbit. Lebih dari 100-an judul buku telah ditulisnya. Lahir pada 9 Juni di “Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Cita-citanya berbelok seratus delapan puluh derajat dari yang diidam-idamkan menjadi Dokter Kandungan. Kuliah pun sebenarnya tak diinginkan oleh kedua orang tuanya karena sesuatu dan lain hal. Cerita berkata lain, diam-diam Sang Guru Bimbingan Karier (BK) SMA-nya memberikan berkas lembaran sebagai Mahasiswa Undangan ke Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. La Cheo Joe sempat merenungi keputusan saat jari-jemarinya menjentikkan pulpen mengisi titik-titik bernama. Perjalanan kariernya di beberapa perusahaan, mengantarkannya untuk berkeliling daerah di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. La Cheo Joe sebagai penyuka olahraga selam, masak,icip-icip makanan, traveling, dan naik gunung ini, bercita-cita punya “tempat makan” sendiri dan ingin segera merampungkan salah satu bukunya yang sempat tertunda lama. Untuk mengenal lebih jauh dengannya, dapat dihubungi via email: junjoe.gen@gmail.com atau di nomor telepon 0857 1586 5945.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jero Wacik, Bali Tak Sekadar Kuta

6 Juni 2016   22:37 Diperbarui: 7 Juni 2016   11:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuta itu sudah biasa. Ini cerita lain di balik yang biasa.

Indonesia begitu kaya, baik keragaman hayati maupun budaya. Tersebar dari ujung pulau Sumatera (pulau Sabang) hingga Merauke. Anugerah terindah  Sang Pencipta beri, sudah sepatutnya kita hargai. Negara ini pun sangat dikenal sebagai negara yang subur hingga mancanegara.  Oleh karenanya, wajar saja kolonial yang datang betah bercokol dan ingin menguasai.

Negara megabiodiversityini menjadi nomor dua di dunia setelah Brasil dalam hal kekayaan baik flora, fauna, dan keindahan alam. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang sangat potensial untuk wisatawan, baik wisman maupun wisnus, untuk tahu lebih banyak mengenai Indonesia, baik dari sisi keragaman hayati maupun budaya.

Miniatur Geopark Batur, Bangli Bali. Foto: Dok. Pribadi
Miniatur Geopark Batur, Bangli Bali. Foto: Dok. Pribadi
Potensi tersebut yang terkadang jarang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai bentuk atau wujud strategis dalam mengembangkan kawasan yang berpotensi menimbulkan devisa negara sebagai daerah tujuan wisata dari sisi ekonomi kerakyatan untuk masyarakat lokal yang tetap memelihara keberlanjutan ekosistem yang ada, dan pembelajaran kearifan lokal.

Indonesia, selain kaya dengan keragaman hayati dan budaya, juga kaya dengan keragaman geologinya (geodiversity). Negara ini, kalau seperti disebutkan dalam situs National Geographic Indonesia, bahwa nusantara dianugerahi bentang alam yang sangat indah, tanah subur, hutan kaya dengan satwa endemik dan berlimpah mineral.

Geopark (Taman Bumi)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya dan alam dalam bingkai pariwisata itu dengan  membuat geopark. Konsep geopark tersebut berguna sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan kemudahan akses pariwisata berorientasi pada keragaman dan keindahan alam serta budaya.

Saat mengunjungi Museum Taman Bumi (GeoPark Batur, Bali). Foto: Dok. Pribadi
Saat mengunjungi Museum Taman Bumi (GeoPark Batur, Bali). Foto: Dok. Pribadi
Geopark menjadi pilihan pengembangan pembangunan pariwisata yang akan memperkuat gambaran pariwisata berkelanjutan di negara ini. Sekarang, negara ini terus berusaha mengembangkan dan membangun geoparknya. Salah satu yang sudah dibangun dan diakui oleh dunia (UNESCO) adalah Geopark Gunung Batur Bali. Keberhasilan Gunung Batur Bali masuk dalam sederetan Global Geopark Network tak terlepas dari kerjasama beragam pihak, penelitian, analisis, dan sebagainya.

Kemegahan Bangunan Geopark Batur, Bangli Bali. Foto: Dok. Litha Can Lai
Kemegahan Bangunan Geopark Batur, Bangli Bali. Foto: Dok. Litha Can Lai
Salah seorang yang sangat berjasa dalam hal hadirnya Geopark Gunung Batur Bali tersebut adalah Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I dan II sekaligus Mantan Menteri Ekonomi Sumber Daya Mineral, Jero Wacik. Jero Wacik, saat menjabat sebagai Kemenbudpar pernah melakukan kunjungan ke negara China, tepatnya di daerah Guillin.

Guilin, salah satu kota di RRT yang berada di timur laut Kawasan Otonomi Guangxi Zhuang. Dan sudah sejak lama daerah ini menjadi tempat tujuan wisatawan turis mancanegara. Di daerah inilah Jero Wacik melihat secara nyata penduduknya rata-rata berumur panjang, di atas 120 tahun. Ternyata, daerah Guilin ada di antara bantaran Sungai Li dan gunung-gunung kecil yang menjulang tinggi. Hal itu yang membuat hawa di Guilin terasa sejuk.

Ada hal yang benar-benar diresapi oleh Jero Wacik tatkala berada di sana. Dia berpikir, bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar  kaki gunung lebih sehat karena udara yang masih segar bebas polusi. Begitu pula dengan penduduk yang tinggal di sekitar lereng Gunung Batur. “Orang tua saya, hingga umur 90 tahunan masih sehat, dan meninggal di atas usia itu.Orang-orang tua yang sudah berumur lebih dari 90 tahun, itu karena mereka hidup di kaldera”, tutur      Jero Wacik.

Miniatur Gunung Batur yang sangat indah. Foto: Dok. Litha Can Lai
Miniatur Gunung Batur yang sangat indah. Foto: Dok. Litha Can Lai
Pulang dari Guilin, Jero Wacik memulai ide besarnya untuk membuat geopark di Indonesia, khususnya Bali. Pemikiran Jero Wacik untuk menghadirkan Geopark di Indonesia ternyata berhasil. Ini satu contoh lagi, bahwa ternyata pengorbanannya untuk mengabdi kepada negara benar-benar tidak sia-sia. Geopark Batur berhasil diakui dunia berkat kerja keras dan pembuktian kerjanya. Bayangkan saja, China memiliki 90 gunung berapi dan 10 Geopark, sementara, Indonesia dengan 127 gunung berapi, Geopark nol sama sekali. Dari sini, Jero Wacik terpacu untuk lebih menguatkan keberadaan Indonesia di kancah internasional, apalagi kala itu dirinya tepat memegang kedudukan sebagai Menteri Ekonomi dan Sumber Daya Mineral.

Kehadiran Geopark di Bali menambah lagi deret panjang tempat kunjungan wisata. Tak hanya sekadar kunjungan wisata, orang-orang yang berkunjung ke Batur, secara tidak langsung telah menyehatkan paru-paru mereka.dari hinggapan penyakit. Kaldera Batur memberikan manfaat besar untuk kehidupan orang-orang Batur khususnya, dan para wisatawan umumnya.

Sisi lain bangunan Geopark Batur yang sangat menawan. Foto: Dok. Litha Can Lai
Sisi lain bangunan Geopark Batur yang sangat menawan. Foto: Dok. Litha Can Lai
“Tidak ada minggu-minggu yang sepi, hampir setiap minggu orang-orang pergi ke Batur untuk menghirup udara segar. Jadi, Geopark itu menyehatkan rakyat”, ucap Jero Wacik.

Ada banyak keuntungan dengan kaldera Gunung Batur sebagai Global Network of National Geoparks, yaitu promosi wisata Indonesia hingga dunia internasional tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Selain itu, pengelolaan geosite, geowisata dikelola lebih baik, karena  setiap empat tahun sekali UNESCO akan melihat dan me-review lagi apa yang sudah menjadi keputusannya.

Di Indonesia sendiri ada lima Geopark lainnya yang tersebar di beberapa provinsi yaitu, Danau Toba (Sumut); Merangin (Jambi); Gunung Rinjani (NTB); Raja Ampat (Papua); dan Kawasan Kars Sewu (Jawa Timur).

Toya Bungkah-Toya Devasya

Dalam pesonanya, untuk kembali menyegarkan saraf tubuh, Bali memiliki banyak tempat pemandian air panas. Di sekitar Danau Batur, Kintamani, Bangli, Bali banyak terdapat sumber air panas, salah satu di Toya Devasya The Ayu Exclusive Kintamani Villa-Natural Hot Spring. Berlokasi di Toya Bungkah, Kintamani, Bali.  Di tempat ini ada tiga kolam air panas. Kolam paling favorit terletak tepat di sebelah Danau Batur yang langsung berhadapan dengan Gunung Batur. Tuhan menciptakan Bali dengan ragam pesona keindahan yang tiada tara.

The Ayu Excecutive Villa dengan beragam fasilitas bintang lima. Foto: Dok. Pribadi
The Ayu Excecutive Villa dengan beragam fasilitas bintang lima. Foto: Dok. Pribadi
Toya Devasya memberikan kenikmatan surga dunia. Tak hanya berendam dan berenang di kolam air panas, kita juga dapat berkegiatan, seperti outbond,  Kano, Gathering, Barbequ-an, bahkan makan malam bersama keluarga, teman, dan sahabat. Toya Devasya dibuat dengan mengusung konsep alam terbuka yang dapat dikunjungi setiap hari dengan jam-jam buka yang sudah ditentukan.

Kolam air panas Toya Devasya ini berhadapan langsung  dengan pemandangan alam. Tak diragukan kalau setiap hari tempat tersebut sesak dengan sekitar 200an orang untuk berendam dan berenang. Air panas yang yang ada di kolam tersebut benar-benar air yang muncul dari permukaan bumi di pegunungan. Airnya pun tidak berbau, tidak berwarna, dan langsung dapat diminim.

Kolam renang air panas yang menakjubkan di Toya Devasya. Foto: Dok. Pribadi
Kolam renang air panas yang menakjubkan di Toya Devasya. Foto: Dok. Pribadi
“Air panas yang terdapat di kolam pemandian atau sekitarnya dapat langsung diminum. Air panasnya tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Biasa, air panas yang keluar dari permukaan bumi mengandung belerang dengan bau agak tajam, di Toya Devasya, tidak,” begitu penuturan I Ketut Mardjana sebagai owner Toya Devasya.

Sisi lain Toya Devasya. Foto: Dok. Elisa Koraag
Sisi lain Toya Devasya. Foto: Dok. Elisa Koraag
Kolam air panas Toya Devasya ini bermanfaat juga untuk kesehatan dan penyembuhan penyakit. Seperti gatal, melemaskan otot-otot tubuh yang kaku, sebagai refleksi otot tubuh, alergi kulit, dan sebagainya.  Toya Devasya yang unik dan eksotis ini dapat menjadi pilihan tepat berlibur di akhir pekan di Bali.

Pemandangan cantik di Toya Devasya dengan latar belakang Gunung dan Danau Batur. Foto: Dok. Pribadi.
Pemandangan cantik di Toya Devasya dengan latar belakang Gunung dan Danau Batur. Foto: Dok. Pribadi.
Untuk sampai ke Toya Devasya dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam perjalanan dari Denpasar. Dapat ditempuh dengan roda dua atau roda empat. Pilih jalan yang ke arah Danau Batur setelah tiba di Panelokan. Untuk menuju lokasi, akses jalan ada di beberapa bagian yang berlubang dan kelokan tajam. Jika hendak memutuskan menginap di Toya Devasya, banyak altenatif pilihan menginap, ada fasilitas vila dan juga camping resort (tenda).

Ketika saya tiba di lokasi, disambut dengan welcome drink yang dingin dan menyegarkan. Para staf Toya Devasya sigap melayani tetamu yang datang. Benar apa yang dikatakan oleh mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata era Pak SBY-JK, Bapak Jero Wacik, kalau mau mencari kesenangan dan kebahagiaan, pergilah ke Bali. Ternyata sudah saya buktikan sendiri Pak Jero. Malah saya ketagihan untuk pergi lagi.

Salah satu vila di Toya Devasya. Foto: Dok. Pribadi
Salah satu vila di Toya Devasya. Foto: Dok. Pribadi
Satu hal yang  menjadi perhatian, Bali maju salah satunya karena putra daerah mereka yang berjuang di kancah nasional dan internasional, Jero Wacik. Beliau benar-benar mengabdikan dirinya untuk kepentingan negara bukan pribadi. Tak heran, industri pariwisata di Indonesia semakin berkibar di mancanegara karena kegigihannya memperjuangkan demi bangsa.

Uluwatu, Kecak, dan Terbenam senja. Foto: Dok. Pribadi
Uluwatu, Kecak, dan Terbenam senja. Foto: Dok. Pribadi
Didera KPK

Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak, beberapa waktu lalu, beliau didera masalah.

KPK, menjadikan Jero Wacik sebagai tersangka kasus korupsi ketika menjabat sebagai Menteri Ekonomi dan Sumber Daya Mineral. Tuduhan tak  berdasar “sengaja” dibuat KPK untuk megganjal karier politik  Jero Wacik ditingkat yang lebih tinggi.

Mungkinkah ada ketakutan KPK dengan sepak terjang Jero Wacik? Atau KPK memang menargetkan orang-orang Demokrat sebagai pesakitan korupsi? Atau KPK ingin “cuci tangan” dari gejolak politik yang ada di dalam tubuh KPK sendiri? Tuduhan yang paling menyakitkan dan sangat tidak mengenakkan tentunya untuk diri Jero Wacik dan keluarga saat ini.

Bagaimana seorang Jero Wacik melakukan korupsi Dana Operasional Menteri, sementara dirinya belum lagi diangkat sebagai menteri kala itu? Waryono Karno yang saat itu menjabat sebagai SekJen ESDM, apakah sudah tahu dan mengenal secara dekat Jero Wacik?  Ini seperti rekayasa untuk mengenyahkan anak bangsa yang ingin maju pesat untuk mengembangkan kepentingan negara.

“Tidak ada sesuatu yang tidak direncanakan Tuhan”, demikian Jero Wacik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun