Hmm… tak dapat dipungkiri. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, Indonesia menyimpan beribu jenis masakan, dari yang benar-benar asli hingga ragam campuran, salah satunya masakan Tionghoa.
Kompasianer Penggila Kuliner: Gerebek La Piazza Kampung Tempoe Doeloe Kelapa Gading, Jakarta UtaraFoto: Dok. Pribadi
Nuansa ini terlihat jelas di Jakarta Fashion Food Festival“Kampoeng Tempo Doeloe” La Piazza, Kelapa Gading Jakarta Utara. Hiasan-hiasan negeri Tirai Bambu itu bergantung cantik dalam tatanan apik di setiap gerai. Sajian kulinernya pun bervariasi, layaklah untuk memanjakan lidah sejenak.
![img-20160430-wa0028-5726f6c8b37a61f6063a5562.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/img-20160430-wa0028-5726f6c8b37a61f6063a5562.jpg?t=o&v=770)
Dunia masakan (makanan atau kuliner) dan dunia mode, itu sepertinya seiring sejalan. Ada saja hal-hal baru yang dimunculkan untuk menarik peminat atau pelanggan. Ya, makanan tidak akan pernah mati, karena menjadi salah satu kebutuhan primer manusia.
Makanan di negeri ini memang berkembang sangat luar biasa. Bayangkan saja, setiap tahun ada saja tempat makan baru (tempat wisata kuliner). Dari sini terlihat, ternyata Jakarta Fashion Food Festival berdedikasi untuk terus mengangkat industri makanan yang berlatar belakang budaya nusantara ke ranah yang lebih tinggi lagi, melalui Kampoeng Tempo Doeloe (KTD).
Tahun demi tahun Kampung Tempoe Doeloe ini menghadirkan nuansa berbeda-beda. Untuk gelaran tahun ini mengambil tema “Aneka Mie Nusantara” dengan hiasan-hiasan negeri Tirai Bambu. Ada sekitar 91 Usaha Kecil Menengah kuliner yang berpartisipasi dengan sajian lebih dari 200 menu.
Tionghoa menjadi sentral kuliner kali ini, terkenal dengan masakannya, salah satunya Mie.Seiring bergulir waktu, olahan rasanya menyesuaikan dengan rasa lokal. Hampir di setiap daerah di Indonesia, mie hadir. Di JFFF ternyata hadir delapan varian mie nusantara.Tentunya, ini menjadi pengaya kuliner dari jenis mie-mie-an di Indonesia.
![suasana-kampung-tempoe-doeloe-jpg-5726f977f09673ff06a6f4f8.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/suasana-kampung-tempoe-doeloe-jpg-5726f977f09673ff06a6f4f8.jpg?t=o&v=770)
Kali ini, bersama Kompasiner Penggila Kuliner, saya mencicipi salah satu olahan mie tersebut. Mie Kangkung. Mie-nya lembut kenyal dan tidak lengket. Variasinya ditambah dengan toge, ayam potong dadu dan dimasak dengan kecap dan bumbu lainnya, dan pastinya kangkung yang direbus sebentar (blunch), tetapi crunchy (kreyes-kreyes) masih terasa dan tidak keras. Toge direbus setengah matang.
Hal uniknya lagi adalah kuah mienya itu. Terbuat dari campuran, bisa gula jawa atau kecap yang diberi sedikit garam untuk menaikkan rasa lantas ditaburi bawang goreng. Saya rasa-rasa, kuahnya terbuat dari kecap dan tambahan sedikit garam jadi berasa gurih.Bukan terbayang lagi aroma kelezatannya, tapi Mie Kangkung itu nyata di depan mata. Ada beberapa sajian mie lainnya yang perlu dicoba, antara lain Mi Kocok Bandung, Mie Aceh Seulawah, juga Mie Cakalang Manado.
![mie-kangkung-jpg-5727708e169373070cb361fb.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/mie-kangkung-jpg-5727708e169373070cb361fb.jpg?t=o&v=770)
Ramainya pengunjung tak menyurutkan saya untuk berburu jenis makanan lainnya, apa itu? Laksa Sari. Laksa sebagai salah satu makanan khas Betawi dari dahulu hingga sekarang. Kuliner satu ini adanya di hari-hari tertentu. Biasanya saat ada perayaan pengantin Betawi, Laksa tersaji.
![laksa-olahan-jpg-57276ea5789373e30af0b41a.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/laksa-olahan-jpg-57276ea5789373e30af0b41a.jpg?t=o&v=770)
Saya sempat bercakap-cakap dengan si penjual untuk mengorek lebih jauh, bumbu-bumbu apa saja yang dicampurkan hingga terasa lezat. Alhasil keluarlah resep dari si penjual.
Laksanya divariasi dengan lontong, biasanya tidak. Bahan-bahan yang saya lihat terdiri dari bihun, telur rebus, ebi, ayam suwir, jeruk limau, sambal, emping (emping bisa diganti kerupuk), bawang goreng, dan kuah untuk siraman. Kuahnya ini ternyata dari bumbu kari dengan santan. Rasa dan aroma Laksa itu naik tatkala ebi ditaburi. Satu porsi Laksa jatuh ke dalam rengkuhan lidah saya.
![gerai-jpg-572771322f9773340a6cd0e3.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/gerai-jpg-572771322f9773340a6cd0e3.jpg?t=o&v=770)
Masih terus berkeliling mencari-cari kuliner apalagi yang ingin saya cicipi. Pilihan saya jatuh ke Bakso Radja. Kenapa Bakso Radja itu menggoda saya? Itu karena bakso yang disajikan besarnya hampir sekepal tangan orang dewasa. Saya pikir, “Lumayan juga buat nampol perut yang lagi kosong, ditambah lagi hujan deras mengguyur La Piazza”. Bukan buat ngelempar yang lain lho yaaa…
![bakso-radja-jpg-57276f4b719373570548d10d.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/bakso-radja-jpg-57276f4b719373570548d10d.jpg?t=o&v=770)
Benar saja, Bakso Radja itu berkuah gurih. Tak ingin cepat-cepat saya menghabiskannya. Bakso ini begitu nikmat menghampiri lidah dan gigi geligi saya berkelahi dengan bola-bola daging tersebut. Benar-benar daging sapi asli. Campuran tepung di daging itu hanya seperberapa dari daging, hasilnya adalah daging yang lembut dan tidak keras dikunyah.
Saya masih belum puas menikmati sajian dari puluhan booth kuliner tersebut. Ingin segera kembali lagi ke sana! Untuk yang belum sempat mampir, segera meluncur. Gelarannya lumayan lama dari 22 April s.d. 22 Mei 2016 ini. Kapan lagi icip-icip kuliner Kampung Tempoe Doeloe. Grab it or leave it guys!!
![logo-kpk-572776d8567b612e0aa9b62d.png](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/02/logo-kpk-572776d8567b612e0aa9b62d.png?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI