Ramainya pengunjung tak menyurutkan saya untuk berburu jenis makanan lainnya, apa itu? Laksa Sari. Laksa sebagai salah satu makanan khas Betawi dari dahulu hingga sekarang. Kuliner satu ini adanya di hari-hari tertentu. Biasanya saat ada perayaan pengantin Betawi, Laksa tersaji.
Saya sempat bercakap-cakap dengan si penjual untuk mengorek lebih jauh, bumbu-bumbu apa saja yang dicampurkan hingga terasa lezat. Alhasil keluarlah resep dari si penjual.
Laksanya divariasi dengan lontong, biasanya tidak. Bahan-bahan yang saya lihat terdiri dari bihun, telur rebus, ebi, ayam suwir, jeruk limau, sambal, emping (emping bisa diganti kerupuk), bawang goreng, dan kuah untuk siraman. Kuahnya ini ternyata dari bumbu kari dengan santan. Rasa dan aroma Laksa itu naik tatkala ebi ditaburi. Satu porsi Laksa jatuh ke dalam rengkuhan lidah saya.
Masih terus berkeliling mencari-cari kuliner apalagi yang ingin saya cicipi. Pilihan saya jatuh ke Bakso Radja. Kenapa Bakso Radja itu menggoda saya? Itu karena bakso yang disajikan besarnya hampir sekepal tangan orang dewasa. Saya pikir, “Lumayan juga buat nampol perut yang lagi kosong, ditambah lagi hujan deras mengguyur La Piazza”. Bukan buat ngelempar yang lain lho yaaa…
Benar saja, Bakso Radja itu berkuah gurih. Tak ingin cepat-cepat saya menghabiskannya. Bakso ini begitu nikmat menghampiri lidah dan gigi geligi saya berkelahi dengan bola-bola daging tersebut. Benar-benar daging sapi asli. Campuran tepung di daging itu hanya seperberapa dari daging, hasilnya adalah daging yang lembut dan tidak keras dikunyah.
Saya masih belum puas menikmati sajian dari puluhan booth kuliner tersebut. Ingin segera kembali lagi ke sana! Untuk yang belum sempat mampir, segera meluncur. Gelarannya lumayan lama dari 22 April s.d. 22 Mei 2016 ini. Kapan lagi icip-icip kuliner Kampung Tempoe Doeloe. Grab it or leave it guys!!