Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat AS (US Department of Health and Human Service) memperkirakan bahwa ada 905.000 anak di AS yang menjadi korban pelecehan atau pengabaian anak pada 2006. Sementara di Indonesia, menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, sepanjang tahun 2005 ada 736 kasus kekerasan. Dari jumlah tersebut bentuk pelecehan anak yang paling tinggi adalah pelecehan seksual mencapai angka 327 kasus atau 44.43% dari total kasus pelecehan anak, yang menduduki peringkat kedua adalah kekerasan fisik dengan jumlah kasus 233 atau 31.66%, sedangkan 23.91% atau 176 kasus adalah kasus pelecehan emosional.
Pelecehan anak lebih dari sekedar memar atau tulang patah. Sementara pelecehan fisik sebagai salah satu bentuk pelecehan anak mungkin memiliki tanda-tanda yang paling mudah terlihat, jenis pelecehan lainnya, seperti pelecehan emosional atau pengabaian anak-anak, juga meninggalkan luka yang dalam dan lama. Beberapa tanda-tanda pelecehan anak tidak bisa dibedakan satu dengan yang lain. Bagaimanapun, dengan mempelajari jenis pelecehan secara umum, kita dapat membuat perubahan besar dalam kehidupan seorang anak. Semakin dini seorang anak yang dilecehkan mendapat pertolongan, maka semakin besar peluangnya untuk terhindar dan pulih dari pelecehan itu. Pelajari tanda dan gejala pelecehan anak dan bantu mereka ke luar dari masalahnya.
Faktor risiko pengabaian dan pelecehan anak
Pengabaian dan pelecehan anak terjadi di berbagai kalangan keluarga – bahkan di dalam keluarga yang terkesan bahagia, anak-anak masih berisiko tinggi di dalam situasi tertentu. Berikut beberapa risiko yang memperbesar peluang pengabaian dan pelecehan anak yang disarikan dari helpguide.org, kidscape.org. preventchildabuse.org,dan childwelfare.gov
Kekerasan rumah tangga. Menyaksikan kekerasan rumah tangga adalah sesuatu hal yang sangat mengerikan bagi anak-anak dan mengganggu jiwa mereka. Bahkan bila seseorang ibu berbuat yang terbaik untuk melindungi anak-anaknya dan menjaganya dari pelecehan secara fisik, situasinya masih sangat mengerikan. Jika Anda berada dalam hubungan yang penuh dengan kekerasan, ke luar dari situasi tersebut merupakan jalan terbaik untuk melindungi anak-anak.
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Hidup bersama dengan seseorang yang kecanduan alkohol sangat sulit bagi anak-anak dan dapat dengan mudah dilecehkan dan diabaikan. Orang tua yang suka mabuk tidak mampu memelihara anak-anak mereka.
Gangguan mental yang belum pulih. Orang tua yang menderita depresi, gangguan ansietas (cepat panik) atau gangguan mental lainnya kesulitan untuk merawat diri mereka sendiri , apalagi anak-anaknya. Orang tua yang sakit mental atau mengalami trauma biasanya menjaga jarak terhadap anak-anknya, atau cepat marah tanpa alasan yang pasti.
Stres dan kemiskinan. Membesarkan anak memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kondisi keuangan yang minim bisa menimbulkan stress pada orang tua dan ini akan berdampak pada hubungan mereka dengan anak-anak.
Tanda dan Gejala Pelecehan Anak
Meskipun tanda-tanda ini tidak selalu menunjukkan bahwa seorang anak dilecehkan, namun tanda-tanda ini dapat membantu orang dewasa mengenali ada sesuatu yang salah. Kemungkinan pelecehan diselidiki jika anak-anak menujukkan beberapa gejala ini, atau salah satu gejala ini namun intensitasnya tinggi.
Pelecehan seksual
Merupakan jenis pelecehan yang tersembunyi dan terumit.Penting untuk diketahui bahwa pelecehan seksual tidak selalu melibatkan kontak tubuh. Exposing(memaparkan) anak ke situasi atau organ seksual, meskipun tidak ada sentuhan. Pelecehan seksual biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dikenal oleh sang anak – kebanyakan dari kerabat dekat. Anehnya, berlawanan dengan keyakinan kita selama ini, yang menganggap pelecehan seksual hanya terjadi pada anak perempuan, ternyata pelecehan juga terjadi pada anak laki-laki. Sesungguhnya, kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak laki-laki banyak yang tidak dilaporkan karena malu. Selain kerusakan fisik yang disebabkan pelecehan seksual, komponen emosional juga kuat. Anak-anak yang dilecehan secara seksual merasa malu dan bersalah. Mereka mungkin merasa ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya pelecehan tersebut. Kondisi itu dapat memicu kebencian terhadap diri sendiri dan problem seksual ketika mereka tumbuh dewasa – sering Tanda-tanda anak-anak yang mengalami pelecehan seksual:
Sulit berjalan atau duduk
Menjadi anak yang sangat penuh kasih sayang atau memiliki pengetahuan seksual yang tidak sesuai untuk anak-anak seusianya
Mengalami problem medis seperti rasa gatal dan nyeri pada organ intimnya
Reaksi ekstrim lainnya seperti depresi, mencederai diri sendiri, berupaya bunuh diri dan tidak ada atau hilangnya selera makan
Perubahan kepribadian seperti merasa tidak nyaman atau tidak mandiri
Berperilaku seperti anak-anak di bawah usianya, seperti mengisap jempol atau membawa mainan anak yang sudah usang.
Menarik diri dari lingkungan social
Tidak mampu berkonsentrasi
Kurang kepercayaan atau khawatir pada seseorang yang belum dikenalnya dengan baik, seperti tidak ingin hanya berdua dengan seseorang yang belum dikenal.
Mulai mengompol lagi, mengalami mimpi buruk baik siang maupun malam
Menjadi cemas bila busananya ditanggalkan
Mencoba untuk bersifat “sangat baik” atau sempurna; sangat reaktif terhadap kritik.
Pelecehan secara fisik meliputi melukai atau membahayakan anak secara fisik. Misalnya dengan menerapkan hukuman secara fisik (misalnya memukul anak dengan menggunakan ikat pinggang) kepada anak yang tidak sesuai dengan kondisi fisik atau usia sang anak.Banyak orang tua atau pengasuh anak mempertahankan tindakan mereka sebagai suatu bentuk penerapan kedisiplinan. Namun ada perbedaan besar antara penggunaan hukuman secara fisik dengan disiplin dan pelecehan fisik. Tujuan membuat anak-anak disiplin adalah untuk mengajarkan kepada mereka mana yang benar dari yang salah, bukan membuat mereka hidup di dalam kekhawatiran. Tanda-tanda pelecehan fisik adalah sebagai berikut.
Luka atau memar yang terjadi berulang namun tidak bisa dijelaskan
Menolak menjelaskan luka yang terjadi
Memakai pakaian yang tidak lazim, misalnya memakai pakaian serba tertutup atau lengan panjang bahkan di hari panas.
Kepala botak baik sebagian atau keseluruhan
Takut menjalani pemeriksaan medis
Kecenderungan mencederai diri sendiri
Sering bersikap agresi (menyerang) terhadap teman-temannya
Khawatir terkena kontak fisik –manarik diri jika disentuh
Mengakui bahwa mereka dihukum, tetapi hukuman berlebihan (seperti seorang anak dipukul setiap malam agar mau belajar)
Merasa khawatir tersangka pelaku pelecehan dihubungi
Pelecehan emosional
Tongkat dan batu mungkin akan mematahkan tulangku tetapi tidak akan pernah melukai hatiku. Pepatah lama itu bertolak belakang dengan pelecehan emosional terhadap anak yang dapat merusak kesehatan mental anak atau perkembangan sosialnya, meninggalkan luka psikologis dalam jangka panjang. Contoh-contoh pelecehan anak secara emosional meliputi:
·Tindakan meremehkan, mempermalukan dan menghinakan seorang anak secara terus menerus
·Memanggil dengan panggilan/julukan yang tidak disukai dan membuat perbandingan negatif dengan yang lain.
·Mengatakan kepada seorang anak bahwa ia “tidak baik,” “tidak bermanfaat,” “buruk,” atau “salah.”
·Sering berteriak, mengancam atau menghardik terhadap anak
Sementara tanda-tanda anak yang mengalami pelecehan emosional adalah:
·Kelambatan perkembangan emosional, mental dan fisik
·Gangguan berbicara secara mendadak
·Merasa rendah diri berkesinambungan (Saya bego, buruk, tak berharga, dll)
·Bereaksi berlebihan terhadap kesalahan
·Sangat mengkhawatirkan setiap situasi uang baru
·Berespons tidak sesuai terhadap segala perlakukan (saya memang berhak menerimanya)
·Perilaku neurotis (sering menggerakkan anggota tubuhnya, memilin-milin rambut, mencederai diri sendiri)
·Bertindak sangat agresif atau sebaliknya terlalu pasif
Pengabaian atau penyia-nyiaan anak
Pengabaian anak suatu jenis pelecehan anak yang paling umum –merupakan suatu pola kegagalan untuk menyediakan kebutuhan dasar anak, meliputi makanan, pakaian, sarana kesehatan atau pengawasan yang cukup bagi anak. Pengabaian aanak tidak mudah untuk ditandai. Kadang-kadang orang tua secara mental maupun secara fisik menjadi tidak mampu untuk merawat seorang anak, seperti mengalami luka serius, depresi yang belum disembuhkan atau ansietas. Lain waktu, penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan mungkin secara serius mengganggu pertimbangan dan kemampuan untuk mempertahankan keamanan seorang anak. Tanda-tanda anak yang diabaikan/disia-siakan
- Kelaparan
- Kebersihan tidak terjaga
- Kelelahan
- Busana kekecilan atau robek
- Masalah medis tidak disembuhkan
- Tidak ada hubungan sosial
- Rakus
- Cenderung bersikap merusak
Biasanya seorang anak menjadi subjek dari kombinasi berbagai jenis pelecehan yang berbeda. Juga mungkin seorang anak tidak menunjukkan gejala seperti di atas dan. menyembunyikan apa yang terjadi pada seseorang.(JJW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H