Mohon tunggu...
Junita
Junita Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswi

وَاُفَوِّضُ اَمْرِيْٓ اِلَى اللّٰهِ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengulas Konsep Perkembangan Vygotsky yang Popular

25 Maret 2020   23:25 Diperbarui: 26 Maret 2020   00:36 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan makhluk sosial yang terus bertumbuh dan berkembang. 

Perkembangan pada manusia merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, karena proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang terjadi akan melibatkan pembelajaran dengan menggunakan temuan-temuan masyarakat.

Salah satu perkembangan yang dialami manusia ialah Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sosial khususnya pada anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena pada fase ini membutuhkan proses yang sangat serius dalam membentuk karakter untuk meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih  baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, anak harus bekerja atau bersosialisasi dengan teman yang lebih terampil (lebih dewasa) supaya dapat memimpinnya secara sistematis untuk memecahkan masalah yang kompleks.

Lev Vygotsky adalah tokoh pendidikan yang melihat bagaimana pembelajaran itu terjadi melalui sudut pandang social. Perkembangan kognitif dalam pandangan Vygotsky diperoleh melalui dua jalur, yaitu proses dasar secara biologis dan proses psikologi yang bersifat sosiobudaya.

Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari adanya interaksi social tiap-tiap individu dalam konteks budaya. Vigotsky juga yakin jika, pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam  jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat (4) konsep pembelajaran yang popular, yaitu:

1.   Konsep Sosiokultural
Dalam konsep Sosiokultural Lev vgotsky mengatakan jika jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial- budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman  jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya. 

Menurut Vygotsky (Salkind, 2004: 278), setiap fungsi dalam perkembangan  budaya anak akan muncul dua kali yaitu pada tingkat sosial dalam hubungan antarmanusia atau interpsikologi, kemudian muncul di tingkat personal dalam diri anak atau intrapsikologi. Hal ini berarti, pada proses sosial dan budaya yang terjadi akan membentuk pemikiran anak untuk memahami perkembangan kognitifnya. Kemajuan perkembangan kognitif anak juga diperoleh dari hasil interaksi sosial dengan orang tua. Orang tua di sini tidak selalu orangtua kandung, melainkan bisa orang dewasa lain atau bahkan teman sebaya yang lebih paham akan sesuatu yang belum diketahui olehnya.

Dalam pandangan Vygotsky, semua kerja kognitif tingkat tinggi manusia mempunyai asal-usul dalam interaksi sosial yang terjadi pada individu dalam konteks budaya tertentu. Kognisi merupakan internalisasi dari interaksi sosial. Teori kognisi sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan sosial yang baru untuk memahami proses pendidikan.

2. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan  proksimal (zone of proximal development) atau dapat diartikan sebagai daerah  perkembangan terdekat (DPT).

Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan  berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan instrumental, sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk meyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah  bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan intermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal.

Inti dari teori ini dan kunci utamanya ialah dalam pentingnya peran guru atau orang lain yang lebih berpengalaman untuk membantu perkembangan pembelajaran pada anak. Ide vygotsky menekankan pada peran penting guru dalam menyediakan bimbingan kepada siswa, memberikan masukan dan saran serta menawarkan berbagai macam strategi dalam memecahkan masalah.

Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.

Vygotsky menciptakan konsep Zone Proximal Development (ZPD) sebagai cara psikolog mendidik dan memikirkan pengembangan anak-anak serta, bagaimana mereka belajar dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang diperlukan guna melaksanakan bidang tugas yang berkaitan dengan pengembangan.

ZPD mengembangkan suatu hubungan perspektif psikologis umum pada pengembangan anak dengan suatu perspektif bersifat pendidikan pada instruksi. Istilah ini mengacu pada proses dimana seseorang yang sedang belajar secara tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar, pakar itu bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai permasalahannya.

3. Scaffolding

Scaffolding merupakan konsep yang menekankan dukungan tahap demi tahap untuk belajar pada pemecahan masalah sebagai suatu hal penting dalam pemikiran konstruktivitas modern.

Winataputra, dkk (2008:6.21) menanambahkan bahwa Scaffolding ialah sebuah proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada siswa untuk mencapai apa yang harus dipahami dari apa yang sudah diketahui. Berdasarkan pemahaman guru terhadap kemampuan siswa, siswa didorong dan ditugaskan untuk mengerjakan tugas yang sedikit lebih sulit, dan selangkah lebih tinggi dari kemampuan yang saat ini dmiliki dengan intensitas bimbingan yang semakin berkurang. 

Dengan cara ini, kemampuan berpikir siswa akan berkembang, di samping sesuai dengan perkembangan intelektual siswa,  juga dipengaruhi oleh tantangan berpikir dalam penugasan oleh guru.

4. Bahasa dan Pikiran
Penggunanan dialog sebagai alat scaffolding hanyalah satu contoh dari peran  penting bahasa dalam perkembangan anak. 

Menurut Vygotsky, anak-anak menggunakan  percakapan bahasa tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga membantu mereka memecahkan tugas.

Vygotsky lebih percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan membantu perilaku mereka. Penggunaan bahasa untuk pengaturan diri (self-regulation) ini dinamakan private speech. 

Sebagai contoh, anak-anak kecil berbicara keras kepada diri mereka sendiri mengenai hal-hal seperti mainan mereka dan tugas-tugas yang sedang berusaha mereka selesaikan. Jadi, ketika mereka mengerjakan sebuah puzzle, seorang anak mungkin berkata, “potongan ini tidak cocok; mungkin aku akan mencoba yang itu”. Beberapa menit kemudian ia megatakan, “ini sulit”. Bagi Piaget, private speech adalah egosentris dan tidak dewasa, tetapi bagi Vygotsky, hal ini merupakan alat penting dari pemikiran selama bertahun-tahun pada masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak berbicara kepada diri sendiri, mereka menggunaka bahasa untuk mengatur perilaku mereka dan membimbing diri sendiri.

Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya  berkembang secara independen satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan jika semua fungsi mental memiliki asal-usul eksternal atau sosial. Anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat berfokus pada pemikiran-pemikiran mereka sendiri.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun