Mohon tunggu...
Junita Fitriani
Junita Fitriani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Manusia biasa. senang berpetualang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

One Day Trip Gunung Galunggung Tasikmalaya

9 Juni 2014   11:21 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:36 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_328082" align="aligncenter" width="614" caption="Kawah Gunung Galunggung"][/caption]

Akhir bulan mei kemarin, saya, ( satu orang ) pacar, dan dua teman saya ( mendadak )memutuskan pergi berjalan-jalan ke Gunung Galunggung, Tasikmalaya. Kami memutuskan untuk melakukan one day trip.

Kami berkumpul di Kampung rambutan. Sekitar pukul sembilan kami berangkat menggunakan bus eksekutif primajasa jurusan Tasikmalaya. Estimasi perjalanan Kampung Rambutan-Tasikmalaya kurang lebih 6-8 jam. Tarif bus 60 ribu. Karena kami naik bus dari luar terminal, tempat duduk di dalam bis sudah penuh. hanya tersisa tiga kursi. ALhasil pacar saya duduk di bagian belakang bus, di smoking room.  Di Pasar Rebo, kurang lebih 5-6 orang naik. Sayang sekali mereka tidak mendapatkan tempat duduk. Selama perjalanan mereka berdiri, namun karena perjalanan memakan waktu yang lama, kadang merek duduk lesehan di bawah, berdiri lagi, dst.

Selama perjalanan, saya tidak bisa tidur. Selain (melamun) memandangi lampu jalan, BBMan dengan sang pacar yang duduk terpisah, tentunya karena sopir busnya ngebut!

Selama perjalanan sopir bus sering mengerem mendadak, sampai salah satu penumpang mengancam akan melaporkan ke pihak primajasa. Sambil iseng saya searching di google review tentang bus primajasa jurusan tasik, ternyata memang beberapa orang bilang naik primajasa sangat direkomendasikan jika kita ingin cepat sampai tujuan. Oh begitu toh..

Kurang lebih pukul 12, (maaf, kalau tidak salah ) setelah keluar tol cileunyi  kami beristirahat sebentar di sebuah warung. Menutrut review di blog, sopir primajasa memang suka istirahat di sebuah warung kurang lebih 30-60 menit. Lumayan bisa untuk sekedar minum kopi hangat dan meluruskan kaki. Kebelet ke kamar mandi? jangan khawatir, di sebelah kanan warung ada WC umum untuk pria. Sedangkan jika perempuan ingin ke kamar mandi, dipersilahkan menggunakan kamar mandi didalam rumah si empunya warung. Jangan lupa bayar 2000 ya : p

Menurut empunya penjaga WC umum, perjalanan ke Tasik kurang lebih 2 jam lagi. Itu artinya perjalanan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam. WOw, tapi kenyataanya kita lihat saja nanti..

DI daerah ciawi ( bukan ciawi bogor  yaa ), mulai macet. Saya juga tidak tahu apa penyebab terjadinya macet. Setelah kurang lebih 40-60 menit, jalan kembali normal ( abang sopir pun kembali ngebut )

Kurang lebih pukul tiga dini hari kami turun di Pasar dekat Terminal Indihiyang. Berdasarkan info dari blog dan teman (sependakian), kami harus turun di Terminal di INdihiyang, lalu jalan lagi menuju pasar. Untung saja kenek bus ini meneriakkan : "Ayo gunung galunggung..gunung galunggung..yang mau ke galunggung turun disini.." saya dan teman-teman cepat-cepat bersiap untuk turun.

Turun dari Bus, kami langsung disambut dua orang tukang ojeg, tentu saja menawarkan untuk mengantar. Namun kami tolak dengan halus, karena hal yang pertama kali saya cari saat menginjakkan kaki adalah mencari mesjid atau mushola. Itu sudah bagian dari rencana jika kami tiba di Tasik terlalu pagi, karena saya tidak mau kami terlantung-lantung sambil menunggu pagi.

Kebetulan, saat kami turun dari bus, kami mendengar suara adzan. Saya kira saat itu waktu subuh, ternyata masih jam tiga. Lalu adzan jam tiga itu adzan apa ya? ( yasudahlah )

Setelah mendapatkan petunjuk dari dua abang tukang ojeg, kami bergegas mencari masjid (tentunya sebelumnya sempat ditawarkan untuk naik ojeg ke masjid), untung saja kami tidak naik ojeg. Letak masjid tidak jauh dari tempat kami turun bus. Jadi saat turun bus, di depan kami ada jalan pertigaan. Kalau ke kiri, masih terus ke Terminal Indihiyang, Kanan ke arah Gunung Galunggung. Nah jika ingin mampir ke masjid, langsung saja menyebrang, dan lurus ikuti jalan sampai bertemu portal di sebelah kanan, lalu belok. tidak jauh dari situ ada masjid berwarna hijau.

"Ini toh Tasik..." gumam saya dalam hati. Sejuk...

Kurang lebih dua jam menumpang tidur dan solat di mesjid, pukul lima kami berangkat. Sebelum berangkat, saya mampir dulu ke tukang bubur ayam di dekat masjid. sambel bubur ayamnya sangat enak, patut dicoba. Harganya juga tergolong murah.

Kami berencana naik angkot dari pasar sampai ke tempat gerbang wisata galunggung, lalu sambung naik ojeg atau carter angkot ke kaki galunggung. Menurut informasi warga, angkot baru ada sekitar pukul setengah enam. Ongkos angkot sampai kegerbang wisata galunggung berkisar antara 9-10 ribu. Padahal saya lihat review di blog sekitar 7 ribu (tahun 2013 sih : p ). Saat kami menunggu angkot, lagi-lagi kami didatangi tukang ojeg ( mungkin wajah kami mengalihkan dunia mereka : p )

"Neng Bade Kamana ? " ( Neng, mau kemana ? )

"Bade ka galunggung kang" ( Mau ke galunggung Bang )

" Hayu atuh sareng abdi, 20 rebu " ( ayo sama saya, 20 ribu )

" 20 rebu teh samotornya. Samotor teh duaan. Tap kudu dugi ka kaki galunggungna, alim dugi ka gerbang galunggung hungkul" ( 20 ribu itu satu motor ya. Tapi harus sampe kaki galunggungnya, ga cuma ampe gerbang doang"

*abang tukang ojeg mikir*

*diskusi sama temennya yang satu lagi*

"nya muhun atuh hayu.." ( yaudah ayo )

saya : ngulangin dan negesin lagi kalo 20 ribu itu satu motor, satu motor itu dua orang ( cengtri ma abangnya : p ), dan mape kaki galunggung.

*si abang ngangguk*

*tiba-tiba dua tukang ojeg dateng lagi*

*tapi ditolak, kan butuhnya dua*

Yup, deal. Lumayan kan. jadi satu orang cuma keluarin sepuluh ribu dari pasar sampai kaki galunggung.

Namun ternyata....

Perjalanan dari pasar ke gunung galunggung kurang lebih 40-50 menit menggunakan ojeg. Walaupun harus cengtri, tapi saya sangat menikmati perjalanan. Selain merasakan lembutnya belaian udara tasik (eeaaa), mata saya juga dimanjakan dengan pemandangan hijau dikiri kanan saya. Ahhh..mari lupakan tangerang selatan sejenak : p

Kondisi jalannya sendiri unik. semakin dekat galunggung, jalannya semakin mulus ( seperti wajah saya ). Kira-kira sekitar setengah sampai sepertiga perjalanna terakhir, jalanan mulai naik turun. Motor yang membawa saya tidak kuat naik tanjakan, sudah mulai terasa di awal. motornya 'ngeden' kalau naik tanjakan. Sedangkan motor yang dinaiki teman saya naik dengan lancarnya (ya nasiip ; p )

Akhirnya beberapa ratus meter menuju galunggung, sang motor sepertinya sudah tidak bisa lagi dipaksakan. Mungkin karena ada perasaan tidak enak hati, abang tukang ojeg tetap memaksakan diri untuk antar kami sampai kaki galunggung. Tapi mendengar suara motornya yang seperti orang meraung-raung buat saya tidak tega. AKhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menggunkan motor si abang. Kasihan. karena tidak tega, akhirnya saya membayar diluar kesepakatan awal, dilebihkan. Karena selain kasian sama motornya, saya juga kasihan sama abangnya. Jangan sampai motornya rusak karena anterin saya ke galunggung huhu. Nanti si abang cari nafkah dari manaaaa (nyakar tembok)

Yaah akhirnya saya dan pacar memutuskan untu jalan kaki sampai gerbang galunggung, lalu naik ojeg ke kaki galunggung. Sepertinya teman saya saat itu sudah sampai di kaki galunggung. Saya sendiri tidak bisa menghubungi mereka, karena tidak ada sinyal.

Walaupun masih harus jalan kaki lumayan jauh, tapi kami senang. Karena pemandangannya yang indaah di aknan kiri, udara yang sejuk, bisa jalan kaki sambil selfie tamala *eh

[caption id="attachment_328086" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan menuju gerbang galunggung"]

1402257793102900617
1402257793102900617
[/caption]

Sesampainya di gerbang galunggung, saya langsung minta tukang ojeg untuk antarkan  kami berdua (cengtri lagi), dengan ongkos 10 ribu. Sambil jalan saya membeli tiket seharga 4ribuan di gerbang.

Melewati pintu gerbang sedikit, ada dua  persimpangan. Kanan ke pemandian air panas, kiri ke kaki galunggung. Kondisi jalannya sendiri lebih menanjak dan tidak bagus. Saya tidak bisa membayangkan jika motor yang tadi tetap mau memaksakan untuk antarkan sampai kaki. ENtah jadi apa itu motor nantinya ; p

Perjalanan dari gerbang ke kaki galunggung kurang keih memakan waktu 7-10 menit perjalanan. Benar saja ternyata teman saya sudah ada ditempat. Mencoba menghubungi saya, tapi tidak bisa. Ternyata sinyal telkomsel masih tertangkap di galunggung. Pakai tri? jangan harap.

[caption id="attachment_328088" align="aligncenter" width="540" caption="Narsis sebelum naik tangga galunggung"]

14022588421881343406
14022588421881343406
[/caption]

kurang lebih setengah tujuh kami mulai menaiki anak tangga gunung galunggug. Menurut informasi, jumlah tangga menuju kawah galunggung kurang lebih 600an tangga. sudah ada segerombolan anak muda juga yang akan naik ke kawah galunggung. Setelah kurang lebih 30 menit naik (sambil foto-foto tentunya) kami sampai di atas. Suasana di atas masih sepi. Hanya ada kami dan segerombolan anak muda yang sebelumnya bertemu di kaki galunggung. Terdapatbeberapa warung-warung kecil yang menjual minuman dan mie. Sebagian dari mereka pun belum buka lapak. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak, duduk-duduk sambil mengobrol di depan warung yang belum buka. Dari tempat kami duduk, kami bisa melihat kawah galunggung di bawah.

Setelah bertanya sedikit ke penjaga warung, kami memutuskan untuk pergi ke bawah, ke kawah galunggung. Ada dua cara untuk menuju kawah, lewat jalan pasir yang landai menurun (ada di sisi kiri kawah ) dan lewat turunan yang lebih 'ramah', yang sudah ada jalurnya ( ada di sebelah kanan). Kami memutuskan untuk menggunakan jalur sebelah kanan. JIka kita lihat dari atas, sepertinya jarak ke bawah tidak jauh, namun ternyata lumayan jauh juga hehe.

[caption id="attachment_328089" align="aligncenter" width="614" caption="Jalan menuju kawah galunggung"]

14022594791911217425
14022594791911217425
[/caption]

Akhirnya kami sampai di kawah galunggung. Kawah berwarna hijau, airnya pun bau belerang. Di kejauhan terlihat sebuah masjid, tidak jauh dari masjid ada bendera merah putih. Menurut informasi, masjid di gunung tersebut digunakan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan ritual. Jadi jika berniat untuk kesana, mungkin sebaiknya izin atau bertanya-tanya dahulu kepada warga setempat.

[caption id="attachment_328090" align="aligncenter" width="614" caption="kawah galunggung"]

14022597551476126038
14022597551476126038
[/caption]

Ternyata di kawah galunggung juga ada warung. Jadi jangan takut jika tidak bawa bekal dan kehausan di kawah galunggung, jangan langsung memasahkan diri meminum air kawah hehe, karena ternyata tidak jauh dari situ ada warung. Harganya tergolong murah.

Setelah mampir makan mie dan minum-minum sebentar di warung tersebut, kami melanjutkan perjalanan. di dekat warung, ada dua buah bukit ( semacam bukit kecil ), salah satu diantaranya terdapat tiang dengan bendera merah putih di atasnya.

[caption id="attachment_328091" align="aligncenter" width="540" caption="bukit dan bendera"]

140226004155819095
140226004155819095
[/caption]

Setelah berfoto ria di bukit, kami melanjutkan perjalanan. Untuk kembali lagi ke atas, kami menggunakan jalur lain, yaitu jalur pasir batuan halus yang landai. rack nya lumayan mengasyikkan, bisa 'sosorodotan' di pasir batuan halus: p. Saran saya jika ingin lewat jalan pasir ini lebih baik menggunakan sepatu. Karena jika menggunakan sepatu gunung seperti saya, walaupun pake kaos kaki batunya masuk ke sendal dan menusuk telapak kaki saya.

kurang lebih pukul 10 kami sudah kembali di atas. Setelah duduk-duduk sebentar di warung, kami melanjutkan perjalanan untuk turun ke kaki galunggung. Ternyata tangga untuk naik/turun ke galunggung ada dua, tangga lama dan baru. UNtuk turun ke kaki galunggung, kami tetap menggunakan tangga baru.

Jika ingin menggunakan tangga lama, kita akan berjalan kaki lagi sedikit untuk tiba di kaki galunggung. Oleh karena itulah kami menggunakan tangga baru. Dari tangga lama ke tangga baru kita harus berjalan kurang lebih 5 menit.

Saat turun, kondisi tangga penuh dengan wisatawan yang baru akan naik ke kawah galunggung. Utung saja kami sudah naik dari jam 7, karena ternyata wisatawan mulai berdatangan jam 10.

Sesampainya di kaki, setela kami meluruskan kaki di warung dekat mushola, kami melanjutkan perjalanan menggunakan ojeg menuju pemandian air panas galunggung. Lagi-lagi cengtri, dengan ongkos 15 ribu per motor.

Kami tidak dipungut biaya lagi unutk masuk ke pemandian air panas, karena sudah satu tarif drngan tiket masuk ke kawah galunggung. Sesampainya disana, kami tidak ada selera untuk mandi air panas. Karena ternyata pemandiannya berupa kolam besar, dengan air yang berwarna coklat kehijauan.

Kami meutuskan untuk menyewa bale yang bisa diisi ramai-ramai dengan satu tikar tepat di depan kolam tersebut. lalu kami memutuskan untuk istirahat da tidur sejenak. Harga sewa tikar dan tempatnya 10 ribu.

Setelah tidur , mandi, dan ganti baju kami metuskan untuk pulang. Waktu menunjukkan kurang lebih pukul 1 siang. Diluar gerbang, sudah menanti angkot hijau jurusan terminal indihiyang yang masih kosong. Setelah menunggu kuang lebih 15 menit, sopir angkot datang, kami pun berangkat.

Perjalanan pulang menggunakan angkot sedikit membosankan. Selain panas, kondisis jalan yang kurang bagus juga jadi lebih terasa dibandingkan jika menggunakan motor. Sesampainya di terminal, kami 'digetok' ongkosnya dari yang seharusnya 10 ribu per orang menjadi 15 ribu per orang. api kami hanya membayar 12.500 per orang, karena kami tidak membayar memakai uang pas. Jadi saran saya pakailah uang pas

Menginjakkan kaki di terminal indihiyang, seperti menginnjakkan kaki di kota mati *lebay. Suasananya lengang, sepi, gelap, kosong. Hanya ada beberapa warung makan yang buka. Berhati-hatilah saat memilih warung makan, karena warung makan yang kami datangi makanannya basi dan dikerubungi semut. Hargaya juga mahal. Satu porsi bisa sampai 30 ribu, padahal hanya nasi, teh, dan pepes ayam semut. Kurang lebih pukul setengah empat bus primajasa datang. Kami menggunakan bus Ac ekonomi primajasa yang harganya lebih murah daripada eksekutif. Jarak tiap kursinya lebih sempit, formasi tempat duduknya 2-3. Berbeda dengan eksekutif yang jarak antar kursinya lebih luas dan formasi kursi 2-2.

Kami tiba di Kampung rambutan kurang lebih pukul setengah 11 malam.

Tips :

1. Anda yang berangkat dari Kampung Rambutan sebaiknya naik bus dari dalam terminal agar dapat tempat duduk.

2. JIka anda ingin menggunakan ojeg untuk ke kaki galunggung, alangkah lebih baik jika tanyakan dan pastikan terlebih dahulu kondisimotornya, apakah bisa nanjak dengan baik atau tidak

3. Usahakan naik ke kawah sebelum pukul sembilan pagi, supaya perjalanan anda ke kawah dengan menaiki tangga tidak terhambat oleh banyaknya orang yang akan naik ke kawah juga

4. Selalu siapkan uang pas untuk ongkos

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun