Setelah mampir makan mie dan minum-minum sebentar di warung tersebut, kami melanjutkan perjalanan. di dekat warung, ada dua buah bukit ( semacam bukit kecil ), salah satu diantaranya terdapat tiang dengan bendera merah putih di atasnya.
[caption id="attachment_328091" align="aligncenter" width="540" caption="bukit dan bendera"]
Setelah berfoto ria di bukit, kami melanjutkan perjalanan. Untuk kembali lagi ke atas, kami menggunakan jalur lain, yaitu jalur pasir batuan halus yang landai. rack nya lumayan mengasyikkan, bisa 'sosorodotan' di pasir batuan halus: p. Saran saya jika ingin lewat jalan pasir ini lebih baik menggunakan sepatu. Karena jika menggunakan sepatu gunung seperti saya, walaupun pake kaos kaki batunya masuk ke sendal dan menusuk telapak kaki saya.
kurang lebih pukul 10 kami sudah kembali di atas. Setelah duduk-duduk sebentar di warung, kami melanjutkan perjalanan untuk turun ke kaki galunggung. Ternyata tangga untuk naik/turun ke galunggung ada dua, tangga lama dan baru. UNtuk turun ke kaki galunggung, kami tetap menggunakan tangga baru.
Jika ingin menggunakan tangga lama, kita akan berjalan kaki lagi sedikit untuk tiba di kaki galunggung. Oleh karena itulah kami menggunakan tangga baru. Dari tangga lama ke tangga baru kita harus berjalan kurang lebih 5 menit.
Saat turun, kondisi tangga penuh dengan wisatawan yang baru akan naik ke kawah galunggung. Utung saja kami sudah naik dari jam 7, karena ternyata wisatawan mulai berdatangan jam 10.
Sesampainya di kaki, setela kami meluruskan kaki di warung dekat mushola, kami melanjutkan perjalanan menggunakan ojeg menuju pemandian air panas galunggung. Lagi-lagi cengtri, dengan ongkos 15 ribu per motor.
Kami tidak dipungut biaya lagi unutk masuk ke pemandian air panas, karena sudah satu tarif drngan tiket masuk ke kawah galunggung. Sesampainya disana, kami tidak ada selera untuk mandi air panas. Karena ternyata pemandiannya berupa kolam besar, dengan air yang berwarna coklat kehijauan.
Kami meutuskan untuk menyewa bale yang bisa diisi ramai-ramai dengan satu tikar tepat di depan kolam tersebut. lalu kami memutuskan untuk istirahat da tidur sejenak. Harga sewa tikar dan tempatnya 10 ribu.
Setelah tidur , mandi, dan ganti baju kami metuskan untuk pulang. Waktu menunjukkan kurang lebih pukul 1 siang. Diluar gerbang, sudah menanti angkot hijau jurusan terminal indihiyang yang masih kosong. Setelah menunggu kuang lebih 15 menit, sopir angkot datang, kami pun berangkat.
Perjalanan pulang menggunakan angkot sedikit membosankan. Selain panas, kondisis jalan yang kurang bagus juga jadi lebih terasa dibandingkan jika menggunakan motor. Sesampainya di terminal, kami 'digetok' ongkosnya dari yang seharusnya 10 ribu per orang menjadi 15 ribu per orang. api kami hanya membayar 12.500 per orang, karena kami tidak membayar memakai uang pas. Jadi saran saya pakailah uang pas