Mohon tunggu...
Junirullah
Junirullah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

- Nama lengkap Junirullah - Nama panggilan Jun - Profesi IT dan Seniman - Peserta Workshop Dapodik 2013 Medan - Angkatan II PPWS Online 2014 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Eksploitasi Ilegal Merubah Suhu Panas Cuaca Tidak Menentu Sulawesi Menyebabkan Perih Gerah Masyarakat

7 November 2021   23:04 Diperbarui: 7 November 2021   23:13 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalan yang parah, bercampur lumpur, di jepret oleh Paparazia

namun pada kenyataannya di Kota Kendari banyak anak anak terlantar tak dipeduli, para fakir miskin yang terus kelaparan di jalanan, apalagi PDAM kadang sebulan tak hidup alasan perbaikan mesin yang rusak, masyarakat melarat, dan hanya terbaca di media lokal bahwa Walikota begini, 

Inspektorat begitu, itu masuk koloni koruptor, karena dari sebahagian pejabat di Kendari sudah masuk daftar hitam koruptor dan sebagai ganti pejabat tersebut yang di tunjuk dan dipilih juga saudaranya koruptor sendiri, apakah ini masih sistem kerajaan ala orde lama atau orde baru?!,

seakan akan dibuat seperti merekayasa berita, walaupun program itu ada, namun yang dilihat dan di nilai disini adalah hasil dari kenyataan program, padahal kinerjanya membohongi masyarakat dan rakyatnya jika hal ini dibiarkan maka hancurlah Pemerintah yang mengatasnakan namanya untuk kepentingan Rakyat,

Pembakaran yang terlihat kering dan hujan banjir di Poasia Kendari Sulawesi Tenggara
Pembakaran yang terlihat kering dan hujan banjir di Poasia Kendari Sulawesi Tenggara

Parahnya kinerja seperti ini, apakah yang dikerjakan oknum-oknum pemerintah Kendari?, tak beres dan tidak betul jika seperti ini, banyak hal hal yang masih tersembunyi dibalik pemberitaan yang bermanis manis dengan sedapnya bumbu pemberitaan yang menutupi sebahagian area yang tidak di expos di media media berita lain, hal ini mencipta kebohongan yang telak huck terjatuh satu persatu rakyat yang tak berdaya,

TKA pertambangan di Sulawesi Tenggra bukan bekerja namun membantai satwa liar buaya langka yang dilindungi, sumber medsos Paparazia
TKA pertambangan di Sulawesi Tenggra bukan bekerja namun membantai satwa liar buaya langka yang dilindungi, sumber medsos Paparazia

Lihat kejamnya komunis?, hal ini dapat dilihat dari teganya membantai satwa liar yang tak bersalah, dikonfirmasi kata mereka oknum sudah dibereskan dan buaya langka itupun sudah tak ada ditempat itu, alias sudah disantap sebagai umpan makanan mereka para TKA, 

sungguh mengerikan pemberitaan ini dalam beberapa bulan yang lalu, tenaga kerja asing sudah berani membunuh satwa liar yang dilindungi, malah untuk pembelaan diri koloni TKA ini mengatakan mereka tidak tahu bahwa satwa tersebut dilindungi dan kata mereka di negara mereka memakan buaya itu tidak dilarang, parah betul ini TKA, apa tidak ada yang pedulikah lagi dengan keadaan lingkungan di Kepulauan Sulawesi?!

Hasil pembakaran hutan di Poasia Kendari, jika hujan maka banjir dan ruas air naik kepermukaan jalan, di jepret Paparazia
Hasil pembakaran hutan di Poasia Kendari, jika hujan maka banjir dan ruas air naik kepermukaan jalan, di jepret Paparazia

Begitulah kejamnya manusia memperlakukan alam dengan secara tak bermoral dan tak memiliki pemikiran yang jernih akan hal dampak yang akan terjadi mendatang, sepantasnya oknum para pejabat itu jangan dibiarkan lagi menjadi pejabat daerah yang menguasai kekuasaan untuk kepentingan isi perutnya saja, 

pemimpin di Kepulauan Sulawesi masih seperti orde lama atau orde baru yang hanya memiliki program menguntungkan untu kepentingan sendiri hal ini diperparah lagi oleh hadirnya media lokal yang terus memberitakan yang tak sesuai dengan keadaan lingkungan jika dilihat dari segi ril pada kenyataan toh tak sesuai dengan apa yang diberitakan, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun