namun yang jelas di fakta-fakta yang di informasikan semua media baik itu laporan langsung dari sumber TKP maupun dari aBang-aBang para Senior itu juga jelas yang berlaku itu cerita kenyataan dilapangan
Dalam fakta merewin atau memutar ulang tentang kumpulan hal peristiwa dan kejadian yang di alami profesi pewarta, peliput, wartawan, aktivis, yang kritis itu di anggap ancaman bagi objek yang akan di beritakan dan sampai sekarang ini masih menjadi dilema bagi penggiat profesi intertaimen di Indonesia.
kalau dalam proses membuat kue; tepung mengaduk telor di tambah air, gula, garam, terus ditambah merica, dan kacang, kemudian rajang bawang merah dan bawang putih serta penambahan cabe rawitan, kemudian di kukus, dan goreng kembali gimana? apa yang terfikir?, rasa apa itu kue?, enak kagak kalau di kunyah?, atau langsung di telan begitu saja, tanpa meminum air terlebih dahulu?!
Apakah proses kerja profesi pembuat kue, sama dengan halnya para profesi tersebut diatas?, jelas tidak sama dalam kata objeknya, namun sama dalam kata prosesnya, yaitu "proses", jadi benar toh, semua profesi pasti ada prosesnya.
Maka dari hal itu tersebut semua diatas harus ada orang yang saling empati sesama profesi terutama dan utama itu pemerhati akar rumput, setidaknya adalah apresiasi padangan sebelah mata untuk melihat perjuangan mereka,
Dan jangan menghilangkan cerita kenyataannya dengan menindih cerita yang berlaku syaraf seperti menapak hidup di zaman batu, kemudian hilang hanya bertuliskan ukiran nama batu nisan dan hanya memajang corak rangkaian papan dalam nama bunga di zaman milenial sekarang ini.
27-08-2021. Penulis. Junirullah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H