Berbicara mengenai konflik yang terjadi di laut china selatan merupakan topik yang masih jarang sekali disadari oleh generasi muda pada saat ini, jangankan untuk menjadi topik yang didiskusikan dalam forum-forum kepemudaan, untuk sekedar menyadari ancaman tersebut terhadap kedaulatan Indonesia pun masih sangat minim. Padahal kita mengetahi bahwa peran generasi muda untuk menjaga kedaulatan Indonesia, merupakan hal yang sangat penting pada saat ini, dan di masa yang akan datang. Perkembangan media sosial sangat mempengaruhi aktivitas generasi muda pada saat ini. Media sosial yang pada dasarnya dapat membantu manusia untuk dapat terhubung dengan manusia lainnya untuk saling terkoneksi, malah memberikan dampak negatif bagi generasi muda saat ini, dikarenakan kurang bijak nya generasi muda dalam memfilter konten negatif yang menurut kami masih mendominasi di semua platform media sosial yang muncul di era sekarang ini. Hal ini menyebabkan lemahnya kepekaan generasi muda untuk mendalami isu-isu global terutama yang berkaitan dengan kedaulatan Indonesia.
      Berdasarkan hal tersebut tulisan ini akan membahas bagaimana  Peran Generasi Muda Dalam Menjaga Kedaulatan Indonesia di Tengah Tekanan Konflik di Laut China Selatan, dengan harapan dapat memberikan kesadaran bagi generasi muda akan perannya sebagai generasi pawaris bangsa di masa yang akan datang. Di dalam tulisan ini akan di sajikan pula kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk berperan dalam menjaga kedaulatan Indonesia di tengah konflik laut china selatan.
SEJARAH KEDAULATAN LAUT INDONESIA
      Ketika akan membahas mengenai kedaulatan laut Indonesia dan konflik di laut china selatan, ada peristiwa sejarah penting yang mungkin masih sangat sedikit generasi muda yang mengetahuinya yaitu, " Deklarasi Djuanda" , yang dikeluarkan pada 13 Desember 1957, yang menjadi tonggak penting dalam menegaskan kedaulatan laut Indonesia. Pada tahun 1939 batas wilayah laut indonesia masih diatur oleh otoritas Hindia-Belanda. Dalam aturan tersebut pulau-pulau di wilayah nusantara dipisahkan oleh laut dan setiap pulau hanya berhak atas 3 mil wilayah perairan yang di ukur dari garis pantai. Kapal-kapal asing pun bebas berkeliaran diantara pulau-pulau dan mengancam kedaulatan Indonesia. Karena itu tanggal 13 desember 1957 Kabinet Karya dibawah pimpinan perdana menteri Djuanda mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai "Deklarasi Djuanda".
      Deklarasi ini menyatakan bahwa seluruh wilayah kepulauan Indonesia, beserta laut di antaranya, merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Awalnya deklarasi Djuanda ditentang oleh hampir seluruh negara di dunia. Tetapi Pemerintah Indonesia tidak menyerah, selama bertahun-tahun Indonesia memperjuangkan konsep negara kepulauan yang ada dalam deklarasi Djuanda agar diterima masyarakat Internasional. Perjuangan panjang itupun mencapai keberhasilan saat isi deklarasi Djuanda diakui dan ditetapkan oleh konvensi hukum laut PBB ke-3 pada tanggal 10 desember 1982.
ANCAMAN NYATA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN TERHADAP KEDAULATAN INDONESIA
Kondisi geopolitik di Asia Tenggara telah berubah seiring dengan persaingan hegemoni antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Situasi ini menciptakan dinamika baru di wilayah perbatasan Laut Natuna Utara, yang merupakan bagian penting dari Alur Laut Kepulauan Indonesia. Aspek pertahanan memegang peranan krusial dalam mengamankan jalur pelayaran strategis ini, mengingat potensi ancaman yang selalu mengintai. Presiden Joko Widodo telah menegaskan visi maritim Indonesia pada tahun 2014, dengan menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan mengembalikan kejayaan sektor maritim negara. Salah satu pilar utama dari visi ini adalah pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan laut. Salah satu ancaman yang menonjol di wilayah Laut Natuna Utara adalah klaim sepihak Tiongkok atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landasan Kontinen Indonesia. Klaim ini dikenal sebagai "Sembilan Garis Putus-Putus" (Nine Dash Line). Situasi ini telah memicu berbagai insiden, seperti masuknya kapal penangkap ikan Tiongkok ke wilayah kedaulatan Indonesia. Dalam upaya menanggapi situasi ini, Indonesia telah melakukan langkah-langkah diplomatik dan pertahanan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melaksanakan latihan militer Puncak Angkasa Yudha oleh TNI AU sebagai bentuk diplomasi pertahanan. Indonesia juga telah mengambil tindakan tegas terhadap kapal-kapal asing yang melanggar wilayah teritorialnya, seperti penangkapan kapal penangkap ikan Tiongkok pada 2016.
      Selain itu, Indonesia juga telah melakukan upaya diplomatik dalam penyelesaian konflik di Laut Tiongkok Selatan, mengingat pentingnya wilayah ini bagi kegiatan ekspor-impor dan jalur perdagangan internasional Indonesia. Kebijakan One Belt One Road (OBOR) Tiongkok juga menjadi perhatian karena berpotensi menciptakan efek "borderless" di wilayah yang dilalui. Dalam rangka menegaskan kedaulatannya, Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan memberi nama "Laut Natuna Utara" pada wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut Tiongkok Selatan. Pemberian nama ini didasarkan pada kesepakatan batas wilayah ZEE dengan Singapura dan Filipina, dan telah didaftarkan ke International Hydrographic Organization (IHO) untuk memperkuat landasan hukum Indonesia di wilayah tersebut. Penamaan Laut Natuna Utara menjadi simbol penting bagi Indonesia dalam menegaskan kedaulatannya di wilayah ini, sekaligus menunjukkan siapa yang berkuasa dan memiliki hak atas wilayah strategis tersebut.
      Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak dapat mengabaikan ancaman terhadap kedaulatannya di Laut China Selatan. Langkah-langkah tegas harus diambil untuk melindungi integritas wilayah dan sumber daya alam Indonesia, serta menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah memperkuat kapasitas pertahanan dan keamanan maritim Indonesia. Ini mencakup investasi dalam alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang modern, peningkatan jumlah dan kualitas personel angkatan laut, serta perbaikan infrastruktur di wilayah kepulauan terluar Indonesia. Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan kerja sama dengan negara-negara tetangga dan mitra strategis untuk membangun front persatuan dalam menghadapi ancaman ini. Di samping upaya militer, diplomasi juga memegang peranan penting dalam menjaga kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan. Indonesia harus terus mendorong penyelesaian konflik secara damai melalui dialog dan negosiasi, dengan berpegang pada prinsip-prinsip hukum internasional dan Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS). Dalam hal ini, Indonesia dapat mengambil peran sebagai fasilitator dan penyeimbang di antara pihak-pihak yang berkonflik, dengan menawarkan solusi yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak.
PERAN GENERASI MUDA INDONESIA MENYELESAIKAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN
      Upaya menjaga kedaulatan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan militer saja. Masyarakat Indonesia, teruma generasi muda juga harus memiliki kesadaran dan partisipasi yang tinggi dalam mendukung upaya tersebut.
Berikut adalah beberapa peran penting yang dapat dilakukan oleh generasi muda Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara di tengah konflik Laut China Selatan:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman
      Generasi muda perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka tentang isu Laut China Selatan, sejarah wilayah tersebut, dan kepentingan nasional Indonesia di kawasan ini. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun non-formal, seperti seminar, diskusi, dan studi mandiri.
Berikut adalah beberapa hal penting untuk dapat disadari dan pemahami oleh generasi muda tentang isu Laut China Selatan:
- sejarah Laut China Selatan : Memahami sejarah Laut China Selatan, termasuk perkembangan konflik dan klaim wilayah oleh negara-negara di kawasan tersebut, akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang akar masalah dan dinamika yang terjadi.
- Kepentingan nasional Indonesia: Generasi muda perlu memahami kepentingan nasional Indonesia di Laut China Selatan, baik dari segi ekonomi (sumber daya alam, jalur perdagangan), politik (kedaulatan wilayah), maupun keamanan (ancaman militer, kejahatan transnasional).
- Kebijakan dan upaya pemerintah: Memahami kebijakan dan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di Laut China Selatan, seperti diplomasi, kerja sama regional, dan penguatan pertahanan.
- Hukum laut internasional: Memiliki pengetahuan tentang hukum laut internasional, konvensi-konvensi terkait, dan klaim wilayah Indonesia di Laut China Selatan akan membantu generasi muda dalam memahami dasar hukum dan posisi Indonesia dalam konflik tersebut.
- Dampak bagi Indonesia: Mengetahui dampak potensial dari konflik Laut China Selatan terhadap Indonesia, seperti gangguan jalur perdagangan, ancaman keamanan, dan potensi konflik terbuka, akan meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya isu ini.
Dengan pemahaman yang memadai, generasi muda dapat berkontribusi dalam mendukung upaya Indonesia dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di Laut China Selatan, serta mempromosikan penyelesaian konflik secara damai dan kerja sama regional di kawasan tersebut.
2. Memperkuat Nasionalisme dan Rasa Cinta Tanah Air
      Memperkuat nasionalisme dan rasa cinta tanah air bagi generasi muda sangat penting agar mereka memiliki semangat dan kesiapan untuk membela serta memajukan bangsa dan negara. Berikut poin-poin kegiatan yang dapat dilakukan:
- Mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatannya. Hal ini akan menumbuhkan rasa bangga dan apresiasi terhadap perjuangan para pahlawan.
- Terlibat dalam kegiatan kepemudaan dan kemasyarakatan yang mempromosikan nilai-nilai kebangsaan, seperti upacara bendera, bakti sosial, perkemahan wawasan kebangsaan, dll.
- Mengikuti program pertukaran pelajar/mahasiswa ke daerah perbatasan untuk mempelajari langsung kondisi dan tantangan yang dihadapi masyarakat di sana.
- Membuat konten kreatif (video, infografis, kampanye daring) yang menginspirasi cinta tanah air dan mempromosikan kekayaan budaya serta potensi bangsa Indonesia.
- Berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya yang menampilkan kekayaan tradisi Indonesia, seperti tari, musik, sastra, dll.
- Mempelajari dan mempraktikkan kearifan lokal serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
- Bergabung dalam organisasi kepemudaan atau komunitas yang berfokus pada isu-isu nasionalisme, bela negara, dan pembangunan bangsa.
- Melakukan kunjungan atau studi lapangan ke tempat-tempat bersejarah, museum, monumen, dll untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
- Mengikuti diskusi, seminar, atau kegiatan lain yang membahas isu-isu kebangsaan, kedaulatan, dan pembangunan nasional.
- Mempelajari kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia, serta mengikuti perkembangan diplomasi dan upaya pemerintah dalam menjaga kedaulatan negara.
      Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan generasi muda dapat semakin memahami jati diri bangsa, menghargai perjuangan para pendahulu, serta memiliki semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air yang kuat.
  3. Berpartisipasi dalam Diplomasi Publik
      Generasi muda dapat berpartisipasi dalam diplomasi publik dengan mempromosikan posisi dan kepentingan Indonesia di Laut China Selatan melalui media sosial, forum-forum internasional, dan kegiatan budaya. Generasi muda dapat berpartisipasi dalam diplomasi publik untuk menyelesaikan konflik di Laut China Selatan dengan cara-cara sebagai berikut:
- Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, terutama kalangan muda, tentang isu Laut China Selatan melalui kegiatan edukasi, diskusi, seminar, atau kampanye publik.
- Membuat dan menyebarkan konten kreatif seperti video, infografis, atau kampanye media sosial yang mempromosikan perdamaian, penyelesaian konflik secara damai, dan pentingnya kerja sama regional di Laut China Selatan.
- Menjalin hubungan dan kerjasama dengan organisasi kepemudaan atau komunitas pemuda dari negara-negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan untuk membangun saling pengertian dan kepercayaan.
- Mengadakan program pertukaran pelajar/mahasiswa, kunjungan budaya, atau kegiatan bersama dengan pemuda dari negara-negara di kawasan tersebut untuk mempromosikan perdamaian dan dialog antar-budaya.
- Berpartisipasi dalam simulasi perundingan atau model pertemuan internasional untuk memahami proses negosiasi dan diplomasi dalam menyelesaikan konflik Laut China Selatan.
- Melakukan penelitian atau menulis artikel, opini, atau karya ilmiah yang menawarkan perspektif dan solusi kreatif untuk menyelesaikan konflik secara damai.
- Mengikuti kompetisi atau kontes proposal penyelesaian konflik Laut China Selatan yang diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi terkait.
- Bergabung dengan organisasi non-pemerintah atau kelompok masyarakat sipil yang mendorong penyelesaian damai konflik Laut China Selatan melalui advokasi, lobi, atau aksi perdamaian.
- Menjadi sukarelawan atau pengamat dalam forum atau pertemuan regional yang membahas isu Laut China Selatan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.
- Menggunakan platform media sosial atau saluran online untuk menyuarakan pentingnya penyelesaian damai konflik Laut China Selatan dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya tersebut.
Dengan partisipasi aktif generasi muda dalam diplomasi publik, diharapkan dapat membantu menciptakan kesadaran, saling pengertian, dan mendorong penyelesaian konflik Laut China Selatan secara damai melalui jalur diplomasi dan kerja sama regional.
4. Mengembangkan Keterampilan Terkait
      Generasi muda dapat mengembangkan keterampilan yang terkait dengan isu Laut China Selatan, seperti hukum laut internasional, keamanan maritim, teknologi kelautan, dan sebagainya. Hal ini akan membantu Indonesia dalam memperkuat kapasitasnya di bidang tersebut. Tentu, saya dapat menjelaskan lebih detail mengenai pentingnya generasi muda mengembangkan keterampilan terkait isu Laut China Selatan untuk memperkuat kapasitas Indonesia. Generasi muda dapat berkontribusi dengan mengembangkan keterampilan dalam bidang-bidang seperti:
- Keamanan maritim: Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam aspek pertahanan dan pengamanan wilayah perairan, seperti patroli laut, deteksi ancaman, dan penanganan insiden keamanan maritim. Hal ini dapat membantu Indonesia dalam menjaga kedaulatan dan keamanan di wilayah perairan Laut China Selatan yang menjadi klaim Indonesia.
- Teknologi kelautan: Menguasai teknologi terkait eksplorasi, eksploitasi, dan konservasi sumber daya kelautan, seperti penginderaan jarak jauh, pemetaan bawah laut, dan sistem informasi geografis. Keterampilan ini dapat mendukung Indonesia dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya alam di Laut China Selatan secara optimal dan berkelanjutan.
- Diplomasi dan negosiasi: Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bernegosiasi, dan membangun hubungan dengan pihak-pihak terkait, baik negara maupun organisasi internasional. Keterampilan ini sangat penting untuk mendukung upaya diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan sengketa Laut China Selatan secara damai.
- Penelitian dan analisis: Memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian, mengumpulkan data, dan menganalisis informasi terkait isu-isu strategis di Laut China Selatan, seperti potensi sumber daya, aktivitas negara lain, dan dinamika regional. Hal ini dapat membantu Indonesia dalam membuat kebijakan dan strategi yang tepat.
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut, generasi muda Indonesia dapat berkontribusi secara signifikan dalam memperkuat kapasitas negara dalam mengelola dan menyelesaikan konflik di Laut China Selatan. Selain itu, mereka juga dapat berperan dalam mempromosikan perdamaian, kerja sama regional, dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan di kawasan tersebut.
5. Mendukung Kebijakan Pemerintah
      Generasi muda perlu mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia di Laut China Selatan, seperti diplomasi, penguatan pertahanan, dan kerja sama regional. Berikut adalah berbagai kebijakan dan langkah-langkah yang telah ditempuh Pemerintah Indonesia untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di Laut China Selatan, antara lain:
- Diplomasi: Indonesia aktif terlibat dalam diplomasi dengan negara-negara di kawasan Laut China Selatan, baik secara bilateral maupun multilateral. Hal ini bertujuan untuk mencari solusi damai dalam menyelesaikan sengketa wilayah dan mempromosikan kerja sama regional.
- Penguatan pertahanan: Pemerintah meningkatkan kekuatan pertahanan di wilayah perairan Laut China Selatan, seperti penambahan alutsista, patroli laut, dan pembangunan pangkalan militer di pulau-pulau terdepan. Hal ini dilakukan untuk menegaskan kedaulatan Indonesia dan mengamankan wilayah perairan dari ancaman seperti pencurian sumber daya alam dan aktivitas ilegal lainnya.
- Kerja sama regional: Indonesia aktif terlibat dalam forum-forum kerja sama regional seperti ASEAN dan ARF (ASEAN Regional Forum) untuk membahas isu-isu keamanan dan membangun kepercayaan antar negara di kawasan tersebut.
Untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut, generasi muda dapat berperan dengan cara:
- Meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya isu Laut China Selatan bagi Indonesia melalui kegiatan edukasi, diskusi, dan kampanye publik.
- Mempelajari dan mengembangkan keterampilan terkait, seperti hukum laut internasional, keamanan maritim, diplomasi, dan teknologi kelautan, untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengelola isu ini.
- Berpartisipasi dalam diplomasi publik, seperti pertukaran pelajar/mahasiswa, kunjungan budaya, dan kegiatan bersama dengan pemuda dari negara-negara di kawasan Laut China Selatan untuk membangun saling pengertian dan kepercayaan.
- Mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat pertahanan di wilayah perairan Laut China Selatan, seperti dengan mengikuti program bela negara atau bergabung dengan organisasi kepemudaan yang mendukung pembangunan kekuatan pertahanan.
- Terlibat dalam penelitian, advokasi, atau kegiatan lain yang mendorong penyelesaian damai konflik Laut China Selatan dan mempromosikan kerja sama regional.
      Dengan keterlibatan aktif dan dukungan dari generasi muda, Indonesia akan lebih kuat dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan nasionalnya di Laut China Selatan. Hal ini juga akan membantu menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut, serta mendorong kerja sama regional yang saling menguntungkan.
6. Menjadi Duta Perdamaian
      Sebagai generasi muda, mereka dapat menjadi duta perdamaian dengan mempromosikan penyelesaian konflik secara damai dan menghindari penggunaan kekerasan. Hal ini sejalan dengan prinsip Indonesia sebagai negara yang mencintai perdamaian. Indonesia dikenal sebagai negara yang selalu mengedepankan pendekatan diplomasi dan penyelesaian konflik secara damai dalam menangani permasalahan di kawasan regional maupun internasional. Prinsip ini tercermin dalam kebijakan luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada filosofi "bebas aktif" dan tidak memihak pada salah satu kekuatan besar. Dalam konteks konflik Laut China Selatan, generasi muda Indonesia dapat berperan sebagai duta perdamaian dengan cara-cara sebagai berikut:
- Mempromosikan dialog dan diplomasi sebagai jalan utama dalam menyelesaikan sengketa wilayah di Laut China Selatan. Mereka dapat menyuarakan pentingnya negosiasi dan kompromi daripada menggunakan kekerasan atau kekuatan militer.
- Mengampanyekan prinsip-prinsip penyelesaian konflik secara damai seperti menghormati hukum internasional, menjunjung tinggi kedaulatan negara, dan menghargai kepentingan semua pihak yang terlibat.
- Membuat dan menyebarkan konten kreatif seperti video, infografis, atau kampanye media sosial yang mempromosikan perdamaian, toleransi, dan kerja sama regional di Laut China Selatan.
- Menjalin hubungan dan kerjasama dengan organisasi kepemudaan atau komunitas pemuda dari negara-negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan. Melalui interaksi dan dialog, mereka dapat membangun saling pengertian dan kepercayaan.
- Mengadakan program pertukaran pelajar/mahasiswa, kunjungan budaya, atau kegiatan bersama dengan pemuda dari negara-negara di kawasan tersebut untuk mempromosikan perdamaian dan dialog antar-budaya.
- Berpartisipasi dalam simulasi perundingan atau model pertemuan internasional untuk memahami proses negosiasi dan diplomasi dalam menyelesaikan konflik Laut China Selatan secara damai.
- Bergabung dengan organisasi non-pemerintah atau kelompok masyarakat sipil yang mendorong penyelesaian damai konflik Laut China Selatan melalui advokasi, lobi, atau aksi perdamaian.
- Menggunakan platform media sosial atau saluran online untuk menyuarakan pentingnya penyelesaian damai konflik Laut China Selatan dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya tersebut.
Dengan menjadi duta perdamaian, generasi muda Indonesia dapat berkontribusi dalam mempromosikan penyelesaian konflik secara damai di Laut China Selatan. Hal ini sejalan dengan prinsip Indonesia sebagai negara yang mencintai perdamaian dan selalu mengutamakan diplomasi dalam menangani permasalahan internasional.
      Sebagai negara maritim yang besar, generasi muda Indonesia tidak dapat mengabaikan pentingnya menjaga kedaulatan dan integritas wilayah lautnya. Konflik Laut China Selatan merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi dengan kebijakan dan langkah-langkah yang tegas, komprehensif, dan berkelanjutan. Dengan kerjasama antara pemerintah, militer, dan masyarakat, serta generasi muda Indonesia akan mampu mempertahankan kedaulatannya di Laut China Selatan dan menjaga stabilitas serta keamanan di kawasan yang strategis ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H