Mohon tunggu...
Bentara Manusia
Bentara Manusia Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang Kayu

Lelah, jalani saja, Tuhan tahu waktuNya, kudibawah kendaliNya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menarik Makna dari "Sexy Killers", Sudut Pandang Mahasiswa Sosialisme-Neomilterisme

16 April 2019   23:55 Diperbarui: 17 April 2019   09:17 12888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali pada film ini, bukan saja PLTU yang berbahaya. Proses penambangan batubara dari perut bumi membuat petani, nelayan, Ibu, kehilangan haknya. Fakta-fakta di film ini seharunya sudah lama ada. Namun, tak banyak yang berani untuk melawannya.

Pemilihan calon presiden dan calon presiden 17 April 2019 adalah puncak kemarahan yang dituangkan dalam film ini. Sebuah propaganda laiknya Hitler ketika jaman Nazi atau Amerika ketika berperang melawan Vietnam yang mengubah pola pikir calon pemilih, mengetahui siapa dibalik calon yang membiayai kampanye dan tim.

Perusahan-perusahan besar bersatu padu. Sebagian berkaca mata membela tim a dan sebagian lainnya tim b. Padahal kalau dirunut orang-orangnya ya sama saja. Mungkin sebuah strategi memang pantas kita sebut oligarki, jika a kalah, b menang, perusahaan masih tetap bisa jalan dan aman. Inilah yang dinamakan ijon politik sejak dulu. Kepentingan pribadi menjadi utama dibandingkan kepentingan nasional.

Siapa negarawan nasionalis yang laik untuk menjadi nahkoda negeri ini?

Penulis tidak menerangkan perusahan dan nama pemilik seperti yang terdapat dalam grafik bergerak film dokumenter. Jika ingin mengetahui bahwa kedua tim sama saja, silakan langsung menonton film tersebut di youtube.com https://www.youtube.com/watch?v=9f4yD44blpw  

Hingga hari ini sudah mencapai delapan koma enam juta per 16 April 2019 lebih penonton semenjak diupload oleh Watchdoc Documentary. Dalam acara menonton bersama karya dokumenter tersebut, panitia acara sempat sejenak menghentikan film. Berniat untuk mengisi dengan memantik presentasi seorang Dosen yang disebutkan di awal.

Namun, beberapa mahasiswa pun keluar sambil menyuarakan, "Keluar atau selesaikan filmnya!" ruangan tampak memanas dan untuk meredakan suasan, panitia pun melanjutkan kembali film tersebut hingga selesai. Menariknya mereka yang walk out tadi masuk kembali dan kursi telah diisi oleh beberapa mahasiswa yang tadinya duduk beralaskan lantai.

Setelah film berlangsung, dalam pikiran berlangsung tanda tanya? Pertama, siapakah yang membiayai pembuatan film dokumenter tersebut? Apakah tujuan dari film ini untuk mempropagandakan agar pemilih menjadi waras dan hati-hati dalam memilih nahkoda negrinya? Atau agar semua paham bahwa lingkungan dan politik berhubungan dekat?

Tanpa banyak asumsi, ternyata waktu menunjukkan sudah pukul 17.00 WIB. Kami pun memutuskan untuk pulang tanpa mengikuti kajian mendalam lanjutan dari pemutaran film tersebut. Mungkin mereka mengira kami bagian dari mahasiswa yang walk out dari ruangan. Oh tidak, kami pulang karena masih ada agenda lain yang harus terlaksana. Tidur? Mungkin. Tak perlu kau tahu juga kan?

Terpantik dalam renungan malam setelah sore hari menonton suramnya perijianan pertambangan pun menghantui secara pribadi. Lalu tulisan ini terhenti dan dilanjutkan hingga selesai pada hari ini.

Film ini pun menjadi bahan mengolok-olok kedua pasangan. Sebagai penikmat atau penonton, pengahrgaan terhadap karya ini tetap harus dijunjung. Proses yang begitu lama dalam pembuatannya, bukan tidak mungkin mengalami dinamika perubahan di lapangan seperti saat ini. pernyataan pro kontra pun menyala-nyala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun