Tajuk rencana hari ini untuk dalam negeri membahas kebohongan Ratna Sarumpaet berjudul "Akhir Drama Seorang Ratna" sedangkan untuk Luar Negeri, tajuk rencana KOMPAS berjudul "Rosmah dan Pemberantasan Korupsi" dan di halaman opini terdapat tulisan orang bijaksana, berjudul "Merayakan Kebohongan" milik Pak Agus Sudibyo.Â
Dari halaman demi halaman kunikmati tanpa peduli, bahwa sofa dan ruangan kosong ini bukan untuk mahasiswa, bagaimana pula, ini hak semua orang. Kan aku tak merusak dan mencuri, jelas-jelas juga didukung CCTV. Aturan tidak tertulis itu mau melarangku, namun aku bersiteguh tak mau patuh.
Lalu aku membuka halaman selanjutnya. Kudengar kembali suara gesekan pintu membuka ke kiri dan kenan. Seorang Bapak berbaju pegawai masuk dan menyapaku, "hai Nak, sedang baca koran ya?"
"Iya Bapak. Monggo Bapak. Berita hari ini, masih berita duka yang menyelimuti hati dan pikiran dan perasaan kita." Si Bapak mengambil koran bermerek berbeda di bawah meja. Beliau membaca dan sesekali mengucap  sambil berbisik pelan "astaga, ngerinya, wahhh" perasaan beliau kemudian menyatu dengan tulisan-tulisan pemilik tinta. Kulirik beliau, masih fokus membaca halaman per halaman.
Selang beberapa menit, kami berdua dikacaukan oleh sebuah panggilan Ibu. Ibu itu memanggil si Bapak, kusingkat, tujuannya untuk segera si Bapak menandatangani sebuah surat penting dan genting.Â
Lalu si Bapak temanku membaca, pergi mendahuluiku ke ruangan, ke mana ia akupun tak tahu. Aku masih bersahaja membaca koran sendirian dalam kesunyian yang menambah ruang berpikirku jernih dalam menanggapi opini dan objektifitas isi koran hari ini.
Suara pintu kembali bergesekan dan menghasilkan suara berat. Kali ini seorang Perempuan berbeda berprofesi sama, berambut pendek sebahu, berpakaian ala-ala ajudan atau pengawal pribadi raja, ia spontan mendekatiku dan berkata, "Mas sedang apa? Lagi menunggu siapa ya?" sedikit nada yang membuatku mulai tak nyaman. Teguran kedua dengan selisih waktu yang dekat, lagi-lagi hanya karena aku duduk di sofa sambil membaca koran.
"Saya mahasiswa Bu, lagi membaca koran. Perpustakaan sedang tutup. Dan saya harus mengetahui isi warta Indonesia siang ini." Dengan ketakutan juga ia mengatakan kembali, "ruangan ini untuk pejabat dan tamu penting saja, tidak diperuntukkan Mahasiswa. Nanti kalau kamu dilihat saya akan dimarah atasan. Kamu kalau baca koran silahkan di luar saja. Jangan di sini, ini (ruangan dan sofa)Â bukan untuk Mahasiswa.kalau membaca keluar, bawa koran kamu."
"Mas, jangan ditangga bacanya, nanti dilihat orang tidak elok. Di atas saja, di depan ruang Auditorium membacanya."
"Bu, ini saya mau membaca koran saja harus mengungsi jauh ya! Aku mulai kasar, namun tetap dalam kondisi wajar, kenapa sih kok sulit sekali mau baca koran saja. Di situ ada sofa dan ruangan kosong melompong. Masakan dilarang, di mana larangan yang melarang kami mahasiswa untuk duduk di sofa batu itu? Ditempel di mana? Siapa yang mengeluarkannya? Parah,ini di luar etika."Â