Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Guru Besar Psikologi Sosial BINUS; Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI); Editor-in-Chief ANIMA Indonesian Psychological Journal; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Butuh Kesadaran Kritis Mengenali Jurnal Predator: Implikasi Terhadap Integritas Akademik

22 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:18 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Artikel ini memiliki dua tujuan. Yang pertama adalah menjelaskan mengapa, setelah 38 tahun penerbitan di jurnal akademik "terkemuka/bereputasi", saya telah memutuskan untuk menerbitkan secara eksklusif dalam jurnal-jurnal yang para kritikus sebut jurnal "predator". Kata sifat "predator" sangat tidak tepat dalam konteks ini , karena predator sejati (yaitu, pelaku eksploitasi, penindasan, dan penjarahan) sesungguhnya adalah perusahaan penerbit multinasional kaya yang memperlakukan peneliti dan penulis sebagai buruh budak (slave laborers). Tujuan kedua adalah untuk mengadvokasi bahwa akademisi lain (terutama yang berada  dalam disiplin filsafat saya sendiri) mengikuti jejak saya. 

Kata kunci: Filsafat; Akademisi; Penerbitan; Berkala; Eksploitasi; Keadilan; Penindasan 

predatory-journal-jpg-60580c788ede483ba15abd02.jpg
predatory-journal-jpg-60580c788ede483ba15abd02.jpg

Pendahuluan

predator (predatory) (adj.) berusaha mengeksploitasi atau menindas orang lain . . . dari kata Latin  praedatorius, dari  praedator  'penjarah' (New Oxford American Dictionary, 2010: p. 1376 [huruf tebal dan miring pada aslinya; elipsis ditambahkan]).

plunder (menjarah) (v.) mengambil materi dari (karya artistik atau akademis) untuk tujuan sendiri (New Oxford American Dictionary, 2010: p. 1346 [huruf tebal pada aslinya]).

Filsuf Inggris R.M. Hare (1919-2002) pernah mengatakan kepada saya, dalam surat-menyurat, bahwa ia telah "menulis terlalu banyak" [1]. Saya telah mendengar pandangan atau sikap yang sama yang diungkapkan oleh orang lain, termasuk filsuf pendidikan Inggris, John Boyd Wilson (1928-2003) [2]. Sekarang dalam tahun ke-40 saya sebagai seorang filsuf yang berpraktik (practicing philosopher), saya tidak bisa mengatakan bahwa saya telah menerbitkan terlalu banyak, tetapi saya telah banyak menerbitkan.

Karir penerbitan saya dimulai pada tahun 1982, ketika saya masih menjadi mahasiswa hukum di Wayne State University di Detroit, Michigan. Saya menulis esai tentang topik bunuh diri untuk mata kuliah Sejarah Hukum. Dosen mata kuliah itu, Edward M. Wise (1938-2000), menulis surat kepada editor Wayne Law Review untuk merekomendasikan penerbitan artikel ini. Semua ini dilakukan tanpa sepengetahuan saya. Pada tahun 1982, ketika saya baru berusia 25 tahun, esai 31 halaman saya, yang berjudul, "Status Hukum Bunuh Diri Pada Masa Awal Amerika: Perbandingan dengan Pengalaman Inggris" (Burgess-Jackson, 1982), muncul dalam bentuk  cetak. Ini adalah salah satu prestasi saya yang paling membanggakan. Inilah saya pada saat itu: Seorang mahasiswa hukum rendah yang nilai tahun pertamanya tidak cukup baik untuk membuat kajian hukum (law review). Namun demikian, seluruh tim mahasiswa tingkat pertama mengolah/memeriksa esai saya, seolah-olah saya adalah seorang sarjana yang mapan/bereputasi (established scholar). Saya masih tertawa kecil memikirkannya.

Sampai dengan setahun yang lalu, saya telah menerbitkan 31 artikel tunggal dalam jurnal-jurnal bidang hukum, sejarah, dan filsafat [3].  Semuanya ditinjau/ditelaah sejawat atau ditinjau oleh mahasiswa hukum [4]. Saya telah  menerbitkan dalam beberapa jurnal terkemuka/terbaik dalam disiplin saya: Canadian Journal of Philosophy (dua kali), Southern Journal of Philosophy, Public Affairs Quarterly (dua kali), Criminal Justice Ethics, Journal of Social Philosophy (tiga kali), Philosophy and Rhetoric, Social Theory and Practice (dua kali), Metaphilosophy, Ethical Theory and Moral Practice, International Journal for Philosophy of Religion (dua kali), dan Journal of Ethics. Saya juga telah menerbitkan sebuah buku (tentang pemerkosaan) (Burgess-Jackson, 1999) dengan Oxford University Press, yang merupakan salah satu penerbit besar karya ilmiah di dunia. Meskipun saya terdaftar sebagai editor dari buku tersebut, saya menulis 37% dari 321 halamannya, termasuk dua bab substantif: "A History of Rape Law" (17 halaman) dan "A Theory of Rape" (26 halaman).

Saya mengatakan semua ini bukan untuk menyombongkan diri (jelasnya), tetapi untuk mencegah ada dari pembaca yang mengajukan sanggahan atau keberatan, sebagai berikut: bahwa saya menerbitkan artikel di jurnal "predator" karena saya tidak mampu mempublikasikan artikel di jurnal "terkemuka/bereputasi tinggi". Dengan kata lain,  saya sengaja mencantumkan riwayat publikasi saya di berbagai jurnal bereputasi, dengan tujuan agar tidak ada yang berpikir bahwa saya sedang menerbitkan di jurnal "predator" karena kebutuhan praktis saya semata. Rekam jejak saya sebagai penulis yang menerbitkan di jurnal terkemuka/terdepan di bidangnya menunjukkan bahwa saya dapat terus bermain (playing the game) selama saya terus menulis. Kendati demikian, saya percaya bahwa melakukan hal tersebut adalah tidak bermoral (immoral). Saya dulu berpikir bahwa editor dan penerbit telah membantu saya (doing me a favor) dengan  menerbitkan  karya ilmiah saya. Saya sekarang percaya bahwa saya lah yang membantu mereka (doing them a favor). Mengapa demikian? Saya membantu mereka dengan cara menciptakan karya ilmiah yang mendatangkan keuntungan yang besar buat mereka. Dengan menulis karya-karya itu, betapapun, saya pada hakikatnya melakukan pekerjaan (I do the labor); saya menaruh hati dan jiwa saya ke dalam semua hal yang saya tuliskan. Mengapa harus pihak lain, terutama pihak-pihak yang sudah kaya secara fantastis (fantastically wealthy),  mendapatkan keuntungan dari itu? Kita tidak harus menjadi seorang Marxis untuk memahami maksud kalimat saya. Seseorang hanya perlu memiliki rasa keadilan (sense of justice) untuk dapat mengerti akan hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun