Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Guru Besar Psikologi Sosial BINUS; Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI); Editor-in-Chief ANIMA Indonesian Psychological Journal; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Butuh Kesadaran Kritis Mengenali Jurnal Predator: Implikasi Terhadap Integritas Akademik

22 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:18 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin contoh dari konteks lain akan membuat hal ini jelas. Istilah "pemerkosaan" didefinisikan dalam hukum sebagai "Hubungan seksual yang melanggar hukum dengan seorang wanita tanpa persetujuannya" (Unlawful sexual intercourse with a female without her consent) atau "Penetrasi seksual yang melanggar hukum terhadap seorang wanita oleh seorang pria secara paksa dan bertentangan dengan keinginan si wanita" (The unlawful carnal knowledge of a woman by a man forcibly and against her will) (Black's Law Dictionary, 1979: p. 1134). Elemen  kunci dalam definisi ini adalah "tanpa persetujuan si wanita" dan "secara paksa dan bertentangan dengan kehendak si wanita." Misalkan saya memiliki sikap negatif terhadap "seks yang tidak diinginkan" (contohnya). Saya dapat menggambarkannya sebagai "pemerkosaan," berharap dengan demikian untuk memanipulasi lawan bicara saya untuk membentuk sikap negatif terhadap seks yang tidak diinginkan. Tapi seks yang tidak diinginkan bukanlah pemerkosaan (unwanted sex is not rape) [23]. Hukum tidak pernah mendefinisikan "pemerkosaan" sebagai seks yang tidak diinginkan. Tindakan seks tertentu yang "tidak diinginkan" oleh  seorang wanita mungkin tidak naik status perbuatannya ke tingkat pemerkosaan, sebagaimana makna istilah tersebut dimengerti dalam hukum [24].

Proses penerapan istilah negatif (atau positif) untuk sesuatu yang bukan dirujuk oleh istilah itu, secara ketat, dengan tujuan mengubah pendapat seseorang tentang hal itu, disebut juga "definisi persuasif" [25]. Semacam inilah definisi yang  digunakan oleh mereka yang menggunakan istilah "predator" lakukan ketika mereka menggambarkan jurnal tertentu sebagai predator. Mereka mencoba menginduksi lawan bicara mereka untuk membentuk sikap negatif terhadap jurnal-jurnal itu, bukan dengan berdebat tentang kelayakan argumen (dimana perdebatan merupakan sesuatu yang terhormat dan bereputasi) tetapi dengan menggunakan retorika manipulatif (dimana retorika ini sebenarnya tidaklah sopan dan tidaklah bereputasi). Definisi persuasif bertentangan dengan segala filsafat yang melatarbelakanginya. Penggunaan definisi persuasif adalah tanda bahwa penggunanya tidak dapat membuat kasus rasional untuk proposisi/pernyataan yang dimaksudkannya --- dalam hal ini, bahwa jurnal  tertentu buruk (dalam arti tertentu) atau tidak layak untuk memperoleh perlindungan akademik. Ironisnya, tentu saja, adalah bahwa beberapa istilah yang digunakan oleh  Allf  untuk menggambarkan apa yang disebutnya jurnal "predator"---istilah-istilah seperti "ditipu" (duped), "gadungan" (bogus), dan "palsu" (fake)---dengan sempurna menggambarkan teknik argumentatif yang tidak sopan dan tidak bereputasi itu

Sebagai catatan, saya akan menjadi yang pertama dalam antrean untuk mengutuk pemasaran yang menipu atau segala jenis paksaan. Jika sebuah jurnal terlibat dalam penipuan untuk memastikan/mengamankan artikel yang dapat dipublikasikan, atau menekan penulis untuk mempublikasikan di situs itu, jurnal itu harus diperingatkan. Namun, tidak  satu pun dari hal-hal tersebut telah terjadi dalam interaksi saya dengan jurnal-jurnal "predator".   Yang terjadi adalah sebaliknya. Saya diperlakukan dengan hormat (hal yang justru tidak terjadi pada sejumlah jurnal "terkemuka/bereputasi" yang berinteraksi dengan saya) oleh jurnal "predator" dari awal hingga akhir; Saya diberikan semua informasi yang relevan tentang ketentuan perjanjian (terms of the agreement); dan saya ditawari banyak kesempatan untuk meninjau bukti dapur terbitan (galley proofs) sebelum publikasi, untuk memperbaiki kesalahan editorial atau typesetting.   Allf  membuatnya seolah-olah semua atau sebagian besar jurnal "predator"  terlibat dalam praktik bisnis yang tidak beretika (sharp business practices) atau bentuk-bentuk lain tindakan yang dipertanyakan atau tidak bermoral. Tidak ada bukti bahwa hal yang dikemukakan oleh Allf tersebut merupakan kebenaran, dan justru banyak bukti bahwa yang dikemukakan Allf tidaklah benar. Pengalaman saya sampai saat ini sangat serasi (congenial), pada kenyataannya, sehingga saya menantikan untuk berurusan lebih lanjut dengan jurnal "predator". Saya tidak malang; saya bukannya tidak  berdaya. Saya bukan mangsa siapa-siapa.

Moralitas dan Kepentingan Diri

Pada titik ini  (jika Anda telah sampai sejauh ini), Anda mungkin berpikir: "Saya setuju bahwa terus menerbitkan dalam jurnal 'terkemuka/bereputasi' secara moral adalah problematik, jika tidak benar-benar zalim, karena berbagai alasan yang disediakan Burgess-Jackson, tetapi publikasi dalam jurnal-jurnal itu sangat penting untuk karier saya. Saya ingin memperoleh jabatan akademik; Saya ingin akhirnya dipromosikan menjadi profesor penuh; Saya ingin dihormati dengan baik oleh sejawat dan rekan-rekan saya ketika saya melakukan perjalanan ilmiah (scholarly journey) saya. Saya  tidak ingin menjadi orang buangan atau bahan tertawaan dalam disiplin yang saya pilih, dan saya tentu tidak ingin harus menyerah (atau berisiko kehilangan) karier ilmiah sama sekali. Penerbitan dalam jurnal 'predator' pasti akan membahayakan prospek karir saya."

Ini adalah konflik klasik antara moralitas dan kepentingan diri sendiri [26]. Kecuali Anda adalah seorang egois etis (ethical egoist), Anda percaya bahwa moralitas dan kepentingan diri adalah berbeda (terpisah). Ini tidak berarti bahwa keduanya selalu terpisah, karena keduanya mungkin kebetulan datang bersama-sama dalam kasus tertentu (atau kasus-kasus tertentu); hal itu berarti bahwa keduanya tidak selalu datang bersama-sama. Kadang-kadang melakukan hal yang benar adalah merugikan diri sendiri (Sometimes doing the right thing is costly to self). Kadang-kadang bertindak seturut kepentingan diri seseorang adalah mengkompromikan, atau bahkan melanggar, prinsip-prinsip moral seseorang. Kadang-kadang,  tragisnya,  seseorang tidak  bisa sekaligus bermoral dan bijaksana.

Misalkan Anda dibesarkan makan daging. Anda menyukai rasanya dan bagaimana rasa tersebut Anda nikmati, tetapi  Anda telah diyakinkan (dengan argumen filosofis yang dihasilkan oleh orang-orang yang Anda kagumi, seperti Peter Singer atau Tom Regan) bahwa makan daging adalah salah. Apakah Anda akan terus makan daging? Jika Anda melakukannya, Anda akan menderita disonansi/kesenjangan kognitif (belum lagi hati nurani yang merasa bersalah). Cara terbaik untuk mencegah kesenjangan kognitif sambil berpegang pada keyakinan moral Anda adalah mengubah perilaku Anda. Ini sulit untuk dilakukan, terutama ketika perilaku itu merupakan kebiasaan, tetapi dapat dilakukan. Jika Anda memutuskan untuk menerbitkan dalam jurnal-jurnal "predator" dan untuk meninggalkan publikasi di jurnal-jurnal "terkemuka/bereputasi", maka Anda hendaknya,  sebagai bentuk pertahanan diri, bersiap untuk menjelaskan dan membenarkan/menjustifikasikan tindakan Anda kepada orang-orang yang berada di atas Anda dalam hierarki akademik, seperti ketua departemen/jurusan Anda atau dekan fakultas Anda. Latihan bersama (joint exercise) dalam penjelasan dan pembenaran itu sendiri merupakan tindakan keilmuwanan (act of scholarship), belum lagi aspek integritas akademik. Justru itulah sebabnya saya menulis artikel ini: untuk menjelaskan ---dan membenarkan---perilaku nonkonformis saya (my heretical conduct), perilaku saya yang tidak ikut-ikutan.

Apakah saran saya kepada Anda? Lakukanlah hal yang benar. Fiat justitia, ruat clum [27]. Hal ini mungkin tidak mudah; memang, itu tidak akan mudah. Anda melawan daya yang kuat (powerful forces), baik secara akademis maupun ekonomis. Namun demikian, alternatifnya, adalah Anda berpartisipasi dalam institusi yang Anda yakini sebagai zalim --- dan memiliki alasan untuk percaya pada kezaliman. Dapatkah Anda hidup dengan diri sendiri jika Anda melakukan hal yang terakhir ini?

Kesimpulan

"Para akademisi sudah muak ditipu, dan mengusulkan berbagai cara untuk membuat penelitian mereka tersedia" (Smith, 2006: p. 454).

Artikel ini memiliki dua tujuan. Yang pertama adalah menjelaskan mengapa, setelah 38 tahun penerbitan di jurnal akademik "terkemuka/bereputasi", saya telah memutuskan untuk menerbitkan secara eksklusif artikel-artikel saya dalam media yang  para kritikus sebut sebagai jurnal "predator". Kata sifat "predator" sangat tidak tepat dalam konteks ini, karena predator sejati/true predators (yaitu, pelaku eksploitasi, penindasan, penjarahanan) adalah perusahaan penerbitan multinasional kaya yang memperlakukan peneliti dan penulis sebagai buruh budak (slave laborers). Tujuan  kedua adalah untuk mengadvokasi agar akademisi lain (terutama yang berada dalam disiplin filsafat saya sendiri) mengikuti jejak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun