Nah, sekarang bagaimana kalau kita usung juga, "With Hoax Everyone Pays" ("Hoaks = Korupsi kata-kata. Semua membayar hoaks-mu").
Bila setuju dengan gagasan ini, bagaimana kalau kita buatkan pemetaan secara lebih tersistem tentang: Apa saja yang sudah (dan sedang) dibayar (material dan non-material) oleh bangsa ini dari hoaks yang ada? Bagaimana bangsa ini sudah (dan sedang) membayarnya (atau bahkan terlibat hutang karenanya)? Harapan saya, tumbuh empati-empati yang tepat dari masyarakat yang--katanya--kolektivistik dan interdependen ini sebelum berpartisipasi dalam apapun mengenai potensi dan aktualita hoaks.
Penumbuhan empati-empati tersebut nyatanya bukan soal sederhana. Para pakar tentang empati sampai menyatakan bahwa empati merupakan kerja keras ("Empathy is hard work"; Cameron et al., 2018) .
Menjadi Pancasilais memang tidak butuh slogan, melainkan butuh kerja keras. Kerja keras di antaranya mulai dengan membadani bahwa hoaks adalah korupsi. Lagi, dengan menumbuhkembangkan empati agar orang lain tidak menjadi susah dengan membayar hoaks kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H