Mohon tunggu...
Lyfe

"5 cm", Persahabatan Itu Bagaikan Mata dengan Tangan

24 Februari 2018   19:39 Diperbarui: 24 Februari 2018   19:50 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
andycivilianz.wordpress.com

Latar tempat yang digunakan novel 5cm ini cukup banyak. Tempat favorit mereka untuk berkumpul adalah Secret Garden, dirumah arial.

"Ke Secret Gardenyuk... udah mulai bau asep nih," Arial yang sangat peduli pada kesehatan dan antirokok---sama seperti Riani---mengajak mereka pindah tongkrongan, ke bungalow taman rumahnya, (hal 36).

 Disanalah tempat mereka mencurahkan segala keluh kesah, sedih, gembira, canda tawa dan di Secret Garden juga mereka memutuskan untuk tidak saling bertemu dan berkomunikasi selama tiga bulan. Mereka memutuskan itu karena merasa bosan dengan dunia yang mereka jalani selama ini selalu berlima, kehidupan standar-standar aja. Mereka tidak menemukan diri mereka sebenarnya, mereka ingin melihat dunia luar dan ingin punya mimpi.

Sejak saat itu mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Genta sibuk dengan Event Organizer-nya selalu merindukan bertemu Riani, sahabat sekaligus wanita idamannya. Ian yang mulai menyentuh skripsi yang sudah lama ditinggalkannya. Usaha Ian menyelesaikan skripsinya berhasil berkat bimbingan dengan dosennya, Pak Sukoto Legowo. Arial yang sibuk fitness, kuliah, PDKT dengan Indy---yang dikenalnya di tempat fitness---dan akhirnya jadian di Puncak, Bogor. Zafran yang terus berusaha mendekati dan bertemu dengan dinda. Rian yang cantik, cerdas dan selalu memperhatikan penampilan ini sibuk di mengurus urusan kantornya.

Sampai waktunya, yaitu tanggal 7 Agustus, Genta menge-SMS kelima sahabatnya untuk berkumpul kembali pada tanggal 14 Agustus di Stasiun Kereta Senen dengan membawa perlengkapan mendaki dan makanan untuk empat hari. Mendapat SMS dari Genta, empat sahabat lainnya sangat gembira. Mereka berkumpul di Stasiun Kereta api Senen tepatnya di restoran padang, selain lima sahabat tersebut Adinda juga ikut dalam rombongan. Mereka meluapkan kegembiraanya yang selama ini tependam. Dengan barang bawaan masing-masing, mereka naik kereta api ekonomi Matarmaja trayek Malang---Jakarta.

Selama perjalanan mereka bercerita, bercanda, dan berfilosofi sepuasnya, mereka sangat menikmati perjalanan kereta api ekonomi walaupun begitu panas, padat dan sesak. Banyak pengalaman yang mereka peroleh selama di kereta. Mereka bertemu orang baru, memelihat pahitnya hidup rakyat pedesaaan, melihat indahnya alam, dan menambah kecintaan mereka pada Indonesia dari makanan khas tradisional yang mereka beli di beberapa station tempat kereta berhenti. Kereta api berhenti dibeberapa stasiun dan akhirnya sampai di stasiun Malang.

Setelah sampai di stasiun terakhir, mereka melanjutkan perjalanan menuju Mahameru. Perjalanan menuju puncak Mahameru penuh tantangan. Mereka berhenti dibeberapa tempat untuk beristirahat sebelum sampai ke puncak Mahameru. Mereka bertemu dengan beberapa gerombolan pendaki lain yang juga ingin ke puncak Mahameru tepat pada tanggal 17 Agustus. Tempat istirahat pertama mereka adalah Ranu Pane. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan menelusuri jalan setapak, lembah ilalang, hutan dan melawan angin Semeru yang dinginnya menusuk tulang dan sampai di Ranu Kumbolo. Di sana mereka kembali menyaksikan keindahan alam yang diibaratkan surganya Sumeru. Setelah istiharat di Ranu Kumbolo mereka melanjutkan perjalanan menuju Arcopodo. Di sana mereka menemukan banyak batu nisan para pendaki yang hilang di gunung tersebut. Tantang terakhir yang harus mereka hadapi sebelum sampai ke puncak Mahameru adalah medan berpasir penuh kerikil yang sangat terjal, bila tidak hati-hati nyawa taruhannya. Rintang terakhir telah terlewati walaupun beberapa diantara mereka ada yang cidera, tetapi perjuangan mereka menuju puncak telah tercapai. Mereka bersama rombongan lain mengadakan upacara bendera 17 Agustus di puncak tertinggi Pulau Jawa, Indonesia. Setelah upacara sakral itu, mereka kembali menelusuri lembah Semeru dengan kebanggaan dan rasa cinta tanah air yang menggebu. Dalam perjalanan pulang, mereka istirahat di Ranu Kumbolo, di sanalah akhirnya Genta menutarakan isi hatinya pada Riani, tetapi diluar dugaan Riani curhat pada Genta tentang perasaanya pada Zafran. Genta sangat terkejut, tetapi ikut bahagia mendengarnya. Zafran yang menguping pembicaraan Genta dan Riani tersadar bahwa ternyata ada gadis yang lebih mencintainya dibandingkan Adinda.

Perjuangan menuju puncak Mahameru memberi banyak pelajaran berharga bagi mereka dalam memaknai hidup terutama bagaimana menggapai mimpi. Mereka percaya semua keyakinan, harapan, cita-cita dan mimpi taruh menggantung 5 cm di depan kening maka semua itu akan tercapai dengan disertai doa. Perjalanan hidup mereka tidak luput dari cerita cinta yang berakhir dengan pasangan yang telah ditakdirkan, seperti Zafran dengan Riani, Arial dengan Indy, Genta dengan Ica (sahabat Riani), Adinda dengan Daniek, Ia dengan Bunda Happy.

Latar waktu pada novel ini mulai dari pagi menuju pagi. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

"Halo selamat sore... kediaman Bapak Arinto dan Ibu Arini, Arial, dan Arinda. Ada yang bisa saya bantu?" Dinda mengangkat telepon." (hal 73).

Sang dosen masih membolak-balik Bab II Ian, sementara Ian menatap keluar sebentar. Matahari pagi menjelang siang menembus jendela kelas, membentuk garis-garis sinar dengan partikel-partikel kecil yang beterbangan. (hal 115).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun