"Kita balik lagi ke Socrates, Bapak Genta. Pada zaman Socrates ada sekumpulan orang bijak yang dinamakansophis."
"Trus...?"
"Sophisini sangat berbeda dengan Socrates yang terus mencari tahu kebenaran dengan kerendahan hatinya, tanpa mengharapkan apa-apa. Sophismempunyai arti kata berpengetahuan, pandai, dan bijaksana. Tapi, kaumsophismengajarkan kebijaksanaan dengan meminta imbalan atau uang."
"Oh matre...,Beda banget dongsama Socrates."
"Tul...." Zafran meneruskan, "Kalo guesih bisa bilang orangorang di desa ini adalah Socrates-Socrates yang masih punya kerendahan hati, mencintai alamnya, hidup dengan kekuatan mahabesar setiap
harinya. Udah bukan barang baru lagi kalo orang desa lebih ramah daripada orang kota. "Tul nggak, Ta?"
"Bener juga lo,dan mungkin orang kota adalah orang yang tinggal di goa dan hidup dengan bayang-bayang sendiri, yang tiap hari berkutat dengan itu-itu aja, ngejar materi mulu." (hal 156).
Dan juga terdapat pada salah satu kutipan berikut ini:
Setelah semua menenangkan diri (kecuali Zafran), akhirnya Riani berhasil ngebujuk untuk patungan beli pizza dan beli monopoli (yang nyarinya susah bener). Mereka sepakat, untuk entah keberapa kalinya, pergi ke rumah Arial... dengan satu tujuan: bermain monopoli. Ian yang males mikir dan trauma karena setiap main monopoli selalu masuk penjara, menawarkan diri jadi bank. Semua langsung setuju. (hal 24).
Tidak hanya itu, novel ini juga menyajikan beberapa unsur komedi yang dapat menghibur pembaca, walau terkadang lawakan tersebut hanya dapat dimengerti dengan pemahaman yang cukup.
Zafran ketawa sambil membuka kacamatanya sedikit, melihat nakal ke arah Dinda dan menaik-naikkan alisnya."Hahaha," semuanya ngakak ngeliatkelakuan Zafran. (hal 148).