Mohon tunggu...
Ahmad Junaedi
Ahmad Junaedi Mohon Tunggu... penyunting naskah -

seorang pecinta sejarah NKRI, sastra Arab, selalu antusias dengan segala hal yang berbau sejarah (kecuali perdukunan) dan pelintas dimensi kultur kuno hingga modern

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gemuruh Sejarah di Bekas Rumah H.O.S Cokroaminoto

2 November 2015   15:28 Diperbarui: 4 April 2017   16:46 2305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semaun pernah menjadi tokoh penting di awal PKI tumbuh. Kartosuwiryo merupakan pendiri Negara Islam Indonesia (NII) pada 1949. Tan Malaka dikenal publik sebagai aktivitas pergerakan untuk kemerdekaan. Di rumah sederhana itu, mereka sering berkumpul untuk berdikusi, berdebat, bercengkerama maupun belajar ilmu agama dari sang mentor, yaitu Pak Cokro.

Waktu berjalan begitu cepat saat saya menyusuri sudut demi sudut rumah tersebut. Jam di dinding sudah berangka 3 lebih 20 menit di sore hari. Hari makin sore, sang juru kunci rumah pun masih bersemangat bercerita. Beliau melanjutkan ceritanya, bahwa dulu Pak Cokro memang dikenal pribadi yang vokal, lantang, dan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Terlebih bila kebijakan tersebut, berat sebelah atau hanya menguntungkan pihak penjajah. Di sisi lain, dia dikenal sebagai sosok relijius.

Agama, merupakan penopang paling utama dalam setiap gerakan maupun organisasi yang dia jalankan. Agama pula yang menjadi landasan paham nasionalisme dan sosialisme yang dia miliki. Keduanya menyatu dalam dirinya; menggerakkan setiap orang untuk mewujudkan rasa cinta tanah air sekaligus melahirkan segala bentuk resistensi terhadap bangsa penjajah dan penindas.

***

 [caption caption="Berfoto sejenak sesaat sebelum meninggalkan situs sejarah di gang VII Peneleh"]

[/caption]

[caption caption="sebuah plakat cagar budaya oleh Pemerintah Kota terhadap rumah peninggalan Pak Cokro"]

[/caption]

Rumah Pak Cokro ini bisa kita tempuh cukup mudah. Bila kita tempuh dari terminal Bungurasih, kita bisa naik bus kota dengan rute Jembatan Merah. Selanjutnya, kita naik mikrolet dengan trayek Keputih. Mikrolet atau bemo akan melintasi kawasan Jembatan Peneleh, dan mintalah untuk berhenti di sana. Dari jembatan Peneleh, kita langsung saja mencari lokasi utama, yang berada di gang Peneleh 7 nomor 29-31.

Rumah Pak Cokro memang tampak sangat sederhana. Namun, kesederhanaan rumah itu mampu melahirkan tokoh-tokoh besar negeri ini di kemudian hari nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun