Kain berhasil mengelabui Tuhan saat Nuh bersama kaumnya yang berada dalam perahu besar yang dibuat atas perintah-Nya. Satu persatu kaum Nuh mati, dengan salah satu faktor penyebabnya Kain yang melakukan. Pada masa itu, Nuh mengumpulkan hewan berpasangan demi keberlangsungan hidup, kecuali unicorn yang tak berpasangan. Bahkan, Kain bersetubuh dengan istri Nuh dan menantunya. Ketika ketahuan bahwa Kain yang membunuh kaum dan istrinya, Nuh pun memilih menenggelamkan diri ke laut, bunuh diri.
Saat tiba waktunya, Tuhan datang memerintahkan Nuh keluar dari perahunya. Tetapi, hanya ribuan hewan yang keluar, baru setelah itu Kain menampakkan batang hidungnya di pintu perahu. Tak ada manusia tersisa, kaum Nuh yang dibawa olehnya mati semua dan Nuh sendiripun mati bunuh diri atas bujukan Kain. Pada saat itulah, Kain merasa puas membalas dendam kepada Tuhan, karena Tuhan tidak memiliki ras manusia lagi di dunia untuk diregenerasi, kecuali dia sendiri. Meskipun tak sama, Kain-Kain modern untuk saat ini mungkin bisa kita jumpai karakternya.
Karya ini merupakan pseudo-parafrasa tentang kehadiran manusia dengan gaya dan tutur khas Saramago yang ateis-komunis. Jika dicermati, karya ini akan memberikan pukulan telak bagi keberagamaan dan keberimanan kita kepada Tuhan. Ada hal-hal yang dibicarakan oleh Saramago yang mungkin belum tentu kita mengetahuinya, seperti kebingungan Tuhan tentang kesempurnaan manusia pertama yang tentunya tanpa pusar, karena mereka diciptakan tanpa dilahirkan dengan plasenta. Selamat membaca dan memperdalam keimanan dengan kisah-kisah dalam buku ini!
--------------------------------------------------
Judul        : Kain, Perjalanan Sang Pembunuh Pertama
Penulis       : José Saramago
Penerjemah    : An Ismanto
Penerbit      : Basabasi
Cetakan      : I, Desember 2017
Tebal        : 192 hlm.; 14 x 20 cm
ISBN Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-6651-57-0